Arkhytirema, Hikmatul Iman New Age Ala Islam (1)


Rupanya New Age tidak hanya di luar negeri di Bandung juga rupanya telah lama lahir Para New Age ini. Kalau dilihat lahirnya Zaman Baru atau Gerakan Zaman Baru (Inggris: New Age) adalah suatu gerakan spiritual yang terbentuk di pertengahan abad ke-20. Merupakan gabungan dari spiritualitas Timur, dan Barat, serta tradisi-tradisi metafisika yang mengemukakan suatu filsafat yang berpusatkan kepada manusia.

Gerakan ini mulai dikembangkan dengan munculnya latihan-latihan pengembangan diri, seminar pengembangan diri, yoga, waitankung, seminar kata-kata motivasi, dll.

Tujuannya untuk menciptakan sebuah "spiritualitas yang tanpa batasan atau dogma-dogma yang mengikat". Dengan menekankan bahwa Pikiran, Jiwa, dan Raga saling berhubungan, serta adanya bentuk Monisme dan kesatuan di dalam alam semesta. Lebih jauh gerakan ini mencoba menciptakan "suatu pandangan yang menggabungkan ilmu pengetahuan dan spiritualitas" dan oleh karenanya gerakan ini menganut berbagai bentuk ilmu pengetahuan dan ilmu semu.




Judul Buku : ARKHYTIREMA
Pengarang : Dicky Zainal Arifin
Halaman : 346 Halaman + 77 Halaman Glosarium
Penerbit : Lemurian Production
Tahun Terbit : April 2011


HMINEWS – Gambaran manusia sempurna sebagai khalifah Allah Swt di muka bumi mendapatkan tantangan dari teori Darwin yang menyebutkan manusia merupakan turunan langsung dari kera. Entah apa yang mendasari teori ini, namun ilmuwan muslim, Harun Yahya membantah teori Darwin tersebut sebagai penipuan terhadap eksistensialisme manusia sebagai pemimpin di muka bumi.

Antitesis lain menyebutkan bahwa teori Darwin seakan mencabut akar-akar kemanusiaan sehingga terbentuk image atau citra a-historisitas dan diakronisasi eksistensi manusia jaman ADHAMA (red: ADAM) hingga jaman sekarang. Keadaan ini secara langsung mendudukan manusia menjadi mahluk keturunan kera, tidak memiliki intelektual tinggi, dan tentunya berada pada masa kegelapan sejarah manusia. Sedihnya lagi, penggambaran manusia kera ini “dilesakan” dalam struktur pendidikan nasional yang masuk dalam kurikulum-kurikulum sekolah di tanah air.

Berlawanan dengan pengetahuan sekarang yang kerap menghubungkan manusia dengan kera, ternyata sejarah manusia sejak ADHAMA termasuk keturunan-keturunanya hingga jaman NOAH memiliki peradaban yang sangat tinggi. Sebuah peradaban dengan teknologi yang sangat tinggi (hightech) -kalau tidak dikatakan sebuah peradaban nanotech.

Bagaimanakah fenomena kehidupan jaman generasi awal ADHAMA? Bagaimanakah sistem budaya, struktur ideologi, konstruksi pengetahuan, bahkan bagaimana sistem sosial, ekonomi, politik? Apakah sama persis dengan jaman sekarang, ataukah memiliki kekhasan-kekhasan sistem? Bagaimanakah munculnya tulis menulis? Lalu bagaimana sistem agama sejak ADHAMA, apakah ajaran hanifnya sinkron dengan ajaran HAMMADZ (red: Nabi MUHAMMAD SAW)?

Melalui Novel ARKHYTIREMA; edisi kelahiran ini, pertanyaan-pertanyaan di atas dipaparkan secara utuh, realis, dan fenomenal, mulai dari tradisi kelahiran (BHABAR) hingga petualangan ke galaksi lain di jagat raya ini. Secara umum, novel ini terbagi dalam dua bagian. Bagian pertama menceritakan sosok ARKHYTIREMA, mulai dari kelahirannya hingga proses pendidikan yang ditempanya. Sedangkan bagian yang kedua menceritakan petualangan ARKHYTIREMA ke galaksi lain dalam mencari manusia pertama ADHAMA.

“Modernnya” Jaman Dulu

Salah satu kebanggan jaman modern sekarang adalah melahirkan di dalam air atau dengan istilah lain water birth. Dalam konsepsi ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang, proses melahirkan dalam kondisi water birth merupakan sarat teknologi tinggi.

Mungkin anggapan seperti ini tidak sepenuhnya benar, karena pada jaman dulu, di IZLAN LEMURIAN (BENUA LEMURIAN) tradisi water birth sudah pemandangan sehari-hari. Bahkan proses BHABAR (melahirkan) tersebut dilakukan di sebuah MORTAPHRABEENA, yaitu sebuah tempat yang dikondisikan seperti di dalam rahim dengan menggunakan plasenta sintetis yang dihubungkan viva cerobong untuk “memflug in” ilmu pengetahuan dan teknologi (halaman 9).

Praktis, saat kelahiran, si ibu sama sekali tidak merasakan sakit dan si bayi pun sudah memiliki dasar-dasar pengetahuan yang sudah “diflug in” tadi, tinggal dalam proses kehidupannnya, sang bayi dirangsang melalui sistem pendidikan (PRODIMAAR) agar akal dan hatinya merealisasikan konsepsi yang sudah ada.

Proses BHABAR (kelahiran) ini, sebenarnya mengedepankan isu tokoh seorang anak bangsa LEMURIAN bernama ARKHYTIREMA yang diambil dari istilah (kejadian) yang berasal dari kata ARK (bahtera), KHY (tenaga), TI (dari), RHEM (12 planet dalam keadaan berhenti) A (panggilan untuk anak). Jadi, ARKHYTIREMA berarti anak bahtera yang memiliki tenaga dari 12 planet dalam keadaan berhenti (halaman 29).

Pada waktu itu ARKHYTIREMA lahir diperkirakan pada 419 ORIGOM atau 40.000 SM. ARKHYTIREMA lahir ketika IZLAN LEMURIAN, atau juga dikenal dengan nama Bangsa MU, belum dihancurkan oleh BHALLAMIN, raja Bangsa ATLANTIS.

Pasca BHABAR, ARKHYTIREMA kecil menimpa pendidikan dalam sistem pendidikan PRODIMAAR, yaitu sistem pendidikan yang memaksimalkan potensi anak tanpa mengganggu kebebasan anak berpikir dan bergerak. Pada masa ini, pendidikan yang ditempa sungguh sangat berbeda dengan jaman modern sekarang. Sistem pendidikan PRODIMAAR berupa visual dan audio yang disisipi subliminal program, yaitu sebuah sistem yang dirancang untuk mempengaruhi alam bawah sadar agar ilmu pengetahuan secara otomatis “menempel” di alam bawah pemikiran anak tersebut (halaman 37).

Dari PRODIMAAR inilah, ARKHYTIREMA mulai menemukan rasa dan pemikiran kritis terhadap fenomena kehidupan, manusia, planet dan jagat raya. Bahkan kekritisannya itu menyebabkan dirinya terpacu untuk mencari sang pencipta dan melakukan petualangan ke berbagai galaksi. Khusunya dalam sebuah sessi di Ruang GAMMA (red: seperti ruang kelas laboratorium sekolah), ARKHYTIREMA kecil sempat bertanya, “bolehkah saya bertemu dengan Sang Pencipta? Seperti apakah Beliau? Apakah seperti kita? Ataukah mahluk yang tidak pernah bisa kita bayangkan?” ucapnya kepada profiler.

Profiler tersebut didampingi kedua orang tua ARKHYTIREMA, dan disaat anaknya bertanya seperti itu, sang ayah langsung angkat bicara, “ABHA (red: ayah) belum pernah bertemu dengan Sang Pencipta, Tetapi apabila ingin merasakan DATHnya (red: zat), perhatikanlah ciptaan-ciptaanNya, disana terkandung rahasia yang sangat luar biasa, apabila kita mau berpikir. Bagaimana kita hidup? Bagaimana kita berjalan? Bagaimana sebuah mahluk itu dari tidak ada menjadi ada? Tidak mungkin semua itu berdiri sendiri, pasti ada yang menciptakan. Apabila kita membuat sesuatu, seperti yang pernah ABHA contohkan membuat robot plasma, pasti kita buat robot-robot plasma tersebut tidak memikirkan yang mebuatnya. Tergantung dari programnya. Kita tidak deprogram untuk memikirkan Sang Pencipta, seperti kita memprogram robot plasma, agar dia tidak bisa berpikir, hanya sekedar melaksanakan apa yang kita perintahkan. Meskipun kita sudah membuat kecerdasan buatan, tetapi kita tidak bisa memprogram kecerdasan buatan tersebut untuk mengerti sang pencipta

rogrammer. Ketika kita memikirkan sang pencipta, tidak akan pernah terbayang mahluk apapun karena program tersebut tidak ada di alam bawah sadar. Kita tidak ditanamkan memori tentang itu” (halaman 80).

Mendengar penjelasan sang ayah, ARKHYTIREMA terdiam sejenak. Tidak mungkin bagi dirinya bertemu Sang Pencipta. Namun karena jiwa mudanya masih penuh dengan semangat belajar dan berpetualang, rasa penasaran itu selalu tertanam dan selalu belum terpuaskan. Akhirnya ARKHYTIREMA memutuskan untuk mencari ADHAMA yang kekuatannya melebihi dirinya.


Petualangan Mencari ADHAMA

“Aku harus bertemu dengan ADHAMA. Aku harus menemukan beliau untuk menguji seperti apa kekuatan manusia yang memiliki penguasaan energy 100%,” ucap ARKHYTIREMA penasaran ingin mencoba menjajal kekuatan ADHAMA (halaman 101).

Ia kemudian meminta ujin kedua orang tuanya, namun kedua orangtuanya hanya mengerutkan dahi dan terdiam. Kedua orangtuanya sadar bahwa mereka tidak bisa menahan keiingintahuan anaknya sendiri. Orang tuanya akan mengijinkan dirinya mencari ADHAMA apabila Dewan Lemurian mengijinkan. Dengan diskusi yang cukup alot, akhirnya Dewan Lemurian yang dipimpin RHAMIDAAR akhirnya mengijinkan ARKHYTIREMA mencari ADHAMA. Pada saat inilah dimulainya petualangan ARKHYTIREMA pergi ke galaksi-galaksi lain melalui BARQHA.

Melalui BARQHA, yaitu sebuah alat untuk menghubungkan portal ke portal lain melalui worm hole, ARKHYTIREMA kemudian menjelajah galaksi-galaksi lain yang ternyata memiliki kehidupan yang persis sama dengan di ARDH GRUMMA (red: Bumi). Di setiap Planet yang dilewatinya, ARKHYTIREMA dihadapkan berbagai konflik yang berbeda-beda.

Kedatangan ARKHYTIREMA terkadang disambut bak seorang dewa, namun di planet lain disambut sebagai pengacau. Namun konflik-konflik tersebut muncul dari NISPHA-NISPHA (Nafsu) penghuni planet (bahkan para pendatang) yang cenderung ingin menguasai planet tersebut. ARKHYTIREMA muncul seperti “Sang Pembebas” yang selalu dapat enyelseaikan masalah dengan mendudukan keadilan dan kesejahteraan bagi semua penghuni planet tersebut.

Nampaknya para pembaca disuguhkan sebuah cerita dari sebuah dongeng yang belum pernah terlintas sedikitpun, namun keadaan itu merupakan kejadian nyata yang dialami ARKHYTIREMA. Selain itu, novel ini sarat dengan ajaran-ajaran dan petuah-petuah bijak, terutama bagaimana menghormati sesama, berbuat adil dan beribadah kepada Yang Maha Kuasa (red: Allah Swt).

Sistematisasi bahasanya cukup sederhana, tidak ada cerita flash back, semuanya mengalir dari sebuah kehidupan ARKHYTIREMA. Bentuk redaksi bahasa pun sangat berbeda dari biasanya. Istilah-istilah baru dalam novel ini sengaja dibuat menggunakan Huruf Kapital sehingga memudahkan para pembaca untuk mengingat istilah-istilah tersebut. Selain itu, novel ini juga dilengkapi dengan glosarium yang sengaja terpisah untuk memudahkan pembaca menemukan arti-arti dari redaksi bahasa yang sulit dimengerti.

Memang diakui penulis, novel ini sedikit memunculkan pro kontra terkait bangunan sejarah mengenai agama, kebudayaan dan peradaban manusia. Namun setidaknya novel ini memberikan pengetahuan yang hakiki mengenai tugas dan hakekat manusia sebagai KHALIFAH di muka bumi.



Ulas Buku Arkhytirema

Dicky Zainal Arifin: Arkhytirema (1) 


 
Dalam jagat buku Indonesia, sepertinya novel ini kurang bergema. Setidaknya teman teman di Blogger Buku Indonesia belum ada yang mereview buku ini. Mungkin karena kita tidak bisa mendapatkannya di rak toko-toko buku terkemuka. Karenanya mungkin dikategorikan sebagai buku indie. Dan kepada buku indie.... sahabat sahabat blogger biasanya jadi kurang bersahabat.

Tidak terliput, bukan berarti tidak bergigi. Malah dalam komunitas kecil, kehadirannya sempat membuat hiruk pikuk. Novel ini dianggap 'menyimpang'. Buku ini memang akrab dalam komunitas Hikmatul Iman, komunitas yang ditukangi oleh Dicky Zainal Arifin, pengarang buku ini. Tapi juga akrab di komunitas yang kritis terhadap Hikmatul Iman. Kelompok terakhir ini yang menuduh novel ini 'cenderung sesat'.

Dari sudut ide cerita, saya melihatnya sebagai lebih dari bagus. Ide ide sama yang melahirkan cerita sekaliber Harry Potter atau Twilight-nya Stephenie Meyer. Itu adalah cerita tentang dunia tersendiri, dunia alternatif yang hidup di tengah dunia keseharian kita. Eh, ternyata ada dunia penyihir! Ada juga dunia drakula dan serigala! Mereka membaur di antara kita. Dan mendengar cerita kehidupan mereka, kita setengah mati jatuh cinta. (Mungkin karena kehidupan keseharian kita sendiri memang sudah pada taraf membosankan)

Kita menjalani hidup dengan pemahaman sebagai umat dan keturunan nabi Adam. Kita hidup dalam masa paling modern dalam peradaban bumi. Bagaimana kalau buku ini menunjukan selama ini kita..... keliru?! Bagaimana kalau selama ini kita diawasi sesuatu yang... diluar jangkauan kita. Sesuatu yang berasal dari peradaban masa lalu, peradaban nenek moyang yang melahirkan monumen monumen besar semisal piramid.

Entah dari mana Dicky menggali ide cerita ini. Masa neolitikum adalah masa 10.000 SM yang ditandai dengan berakhirnya banjir besar. Kalangan agama menyebutnya sebagai peristiwa Nuh (Noah). Sejarawan sepakat menjadikan momen ini sebagai mulainya peradaban dimana manusia mulai menetap dan bercocok tanam. Masa sebelum 10.000 SM dianggap sebagai masa kegelapan. Tapi, benarkah demikian?

Beberapa artefak yang ditemukan mulai mematahkan asumsi 'masa kegelapan' ini. Dengan berani Dicky mengklaim bahwa pernah hidup satu peradaban besar yang menjadi nenek moyang bangsa Nusantara. Mereka dikenal dengan bangsa Lemurian. Bangsa Lemurian dikenal sebagai penguasa teknologi tinggi yang sudah terbiasa dengan perjalanan antar planet, antar galaksi. Mereka berkomunikasi dalam bahasa Sunda (!) walau lebih banyak dalam format telepati alih alih komunikasi verbal. Jumlah mereka tidak lebih dari satu juta jiwa. Mereka tinggal dalam rumah rumah berbentuk piramid dengan sumber energi kristal. Wanita wanita Lemurian melahirkan bayi mereka dengan teknik waterbirth. Wilayah Lemurian kemungkinan adalah lembah di Samudra Pasifik, sebelum wilayah itu menjadi samudra setelah banjir besar. Jadi letaknya memang dekat dengan Nusantara. Mereka penganut monotheisme.

Cerita dimulai dengan kelahiran bayi Arkhytirema. Sebuah kelahiran yang spesial karena waktunya bersamaan dengan sejajarnya 12 planet dalam satu garis lurus. Akibatnya sang bayi tumbuh di luar kebiasaan. Ia menjadi bayi super. Saya membayangkannya percis seperti bayi Kal El yang melahirkan Superman.

Sebagaimana tradisi Lemurian, ia digembleng dengan sekolah khusus ala Lemurian dibawah bimbingan seorang profiler. Digembleng dari planet ke planet. Akhirnya sampai pada tahun terakhir di kelas Gamma. Ia lulus dengan minat yang dalam akan asal muasal manusia. Ini dia pertanyaan yang bikin bingung profilernya : kalau memang penghulu manusia masih eksis, dimanakah kini Adam berada? bagaimana saya bisa menuju ke sana untuk membuktikannya? Sebuah pertanyaan yang bikin 'Dewan Pakar' Lemurian turun tangan. Seluruh penduduk kota gaduh.

Akhirnya demi menyelamatkan 'karir' anak ini, Dewan Pakar setuju untuk melepas Arkhytirema melakukan kelana Galaksi demi cita citanya menemui Adam penghulu manusia. Dia mesti loncat dari satu 'portal waktu' ke portal waktu lainnya untuk meraih keinginannya itu. Petualangan yang membawanya mengenal bangsa bangsa alien dan konflik di antara mereka. Tercapai kah cita citanya?

Buku ini merupakan buku pertama dari trilogi Arkhytirema. Dicky Zainal Arifin dikenal sebagai guru utama (suhu?) perguruan tenaga dalam Hikamatul Iman di Bandung. Selain itu dia adalah healer dengan memanfaatkan tenaga murni manusia. Rupanya kepiawaiannya mengolah tenaga dalam membawanya pada metoda timetravel yang memungkinkan orang bolak balik dari masa lalu - masa kini - masa depan. Hmm. Anda boleh berdebat tentang masalah ini. Yang jelas bahan bahan novel ini kelihatannya digali dari hasil implengan-nya itu.

Yang jelas, menurut saya, Dicky bukan novelis. Terlepas dari ide novel yang brilian, novel ini belum lah menjadi novel sesungguhnya. Novel novel besar selalu menyimpan misteri atau kejutan yang disimpan hingga lembar terakhir. sebuah penguakan yang menjadikan pembacanya tercenung. Sebuah closing yang membuatnya buah bibir para penggila buku. Saya menjagokan Dan Brown untuk hal ini. Buku Dicky terlalu datar, tanpa misteri, tanpa kejutan. Padahal potensi itu ada dan sangat besar pada alur cerita ini. Misalnya tokoh 'Adam' dapat dikemas lebih misterius. Atau dijadikan sebagai 'Dumbledore', kepala sekolah yang bikin jutaan pembaca Harry Potter terharu biru di kisah akhir.

Buku ini berpotensi menjadi Harry Potter atau Twilight yang mengekspose romantika sekolah. Pelajaran sihir dan ramuan, kisah cinta Harry-Harmione-Ron, dan kegilaan orang Inggris akan soccer, menjadikan Harry Potter menjadi buku paling ditunggu buku berikutnya. Begitu juga Twilight. Namun Arkhytirema miskin teman teman sekolah dan terlalu super untuk jadi anak anak. Kenakalan kenakalan khas anak anak menjadi hilang begitu saja. Buku ini lebih concern pada proses aliran 'tenaga dalam' tubuh dan bagaimana tenaga dalam yang terolah menimbulkan dampak yang luar biasa (tidak salah, sih).

Demikian pula saat petualangan antar planet dimulai. Buku ini tidak membuka ruang untuk Arkhytirema menjadi manusia biasa 'seperti kita kita'. Atau layaknya Superman remaja saat di Smallville. Dia selalu ditampilkan dengan cara gagah saat singgah di planet baru. Bertempur tanpa pernah kalah. Kadang pembaca merindukan saat sang Hero datang sebagai orang biasa dan berbaur dengan masyarakat barunya. Menikmati kuliner mereka, menyeruput secangkir espresso, menjalin 'hubungan' dengan gadis lokal, menelusuri gang gang kota, sampai akhirnya terlibat konflik dan menjadi pahlawan secara alamiah.

Saya merasa terganggu dengan penulisan dengan huruf huruf besar tiap nama dalam buku ini. Arkhytirema selalu ditulis dengan ARKHYTIREMA. Begitu juga dengan nama nama lain. Begitu pula kata BARQHA yang merujuk pada portal waktu selalu ditulis dalam huruf kapital. Bayangkan bila dalam satu halaman harus menyebut begitu banyak nama orang, maka halaman itu dipenuhi banyak huruf kapital. Sangat mengganggu. Plus sebenarnya nama Arkhytirema yang panjang dan susah itu bisa sekali kali dipanggil dengan bung Arkhy saja, kan?

Saat resensi ini ditulis, buku keduanya sudah terbit. Sambil menunggu buku ketiga, saya usul ke Kang Dicky bagaimana kalau buku ketiga anda didampingi seorang cowriter, seorang novelis berpengalaman yang dapat memberikan sentuhan 'sebuah' novel. Agar novel ini lebih greget. Agar misi moralitas anda dapat dikemas lebih halus tanpa kesan menggurui. Agar novel ini menjadi lebih... WOW!

Koreksi : dari hasil penelusuran lebih jauh penulis terhadap beberapa literatur dan aktivitas HI, kelihatannya lokasi Lemuria dulu adalah di Nusantara ini sendiri. Menurut versi mereka, Nusantara dulu adalah hamparan atau lempeng yang menyatu. Itu terjadi 40.000 tahun sebelum masehi. Pulau pulau Nusantara sekarang (Jawa, Sumatera, sdb) adalah daratan dataran tinggi kala itu. 



Dicky Zainal Abidin, Arkhytirema: Buku Kedua, Tentang Alien (2)


The Truth is out there,

Apakah alien benar benar ada. Siapakah alien itu? Bagi Dicky, alien adalah bagian dari sejarah peradaban manusia sendiri. Kita sendiri sebenarnya alien. Apa yang kita anggap hari ini sebagai alien adalah para keturunan Adam yang terpencar menghuni berbagai planet di galaksi semesta.

Sekurang-kurangnya ada lima bangsa besar yang diturunkan  Adam. Pertama adalah bangsa manusia, yang menghuni planet bumi ini. Dulu melahirkan dua bangsa kuat, Lemurian dan Atlantean (bangsa Atlantis). Kemudian ada 'saudara saudara' seketurunan yang menghuni planet lain yaitu Tarx, Mosram, Bropa, dan Zneznela.

Sampai di sini sulit membedakan, apakah 'bangsa bangsa' yang 'diciptakan' Dicky itu nyata atau hanya sekedar imajinasi seorang Dicky. Saya menyerahkan kembali kepada anda untuk believe it or not. Yang jelas, para penentang Dicky sering menuduh Arkhytirema bukan sekedar novel bagi para member Hikmatul Iman. Sepertinya memang benar, The truth is (still) out there.

Kembali ke bangsa alien ini. Dalam sejarahnya, para alien ini kerap berkunjung dan meninggalkan jejak pada peradaban bumi. Gambar di samping mendekati gambaran bangsa Tarx, dengan kepala dan mata yang besar. Mereka berkembang biak dengan cara kloning. Pesawat mereka berbentuk oval berwarna keperakan tanpa asesoris di luarnya.

Selanjutnya ada bangsa Mosram. Itu yang kepalanya lonjong. Mirip crystal skull dalam film Indiana Jones. Mereka juga menggunakan metode kloning untuk berkembang biak. Pesawat mereka lonjong ke atas dengan tonjolan tonjolan piramid yang bisa terbuka untuk mengeluarkan senjata.

Bangsa Zneznela dapat anda bayangkan seperti film Extra terrestrial garapan Steven Spielberg. Bentuk lehernya panjang panjang. Pesawatnya berbentuk seperti kota dengan banyak bangunan bertingkat di dalamnya.Yang paling spektakuler adalah bangsa Bropa. Mereka berkolaborasi dengan bangsa China kuno dan melahirkan bangsa Han, Ukuran tubuh dari keturunan mereka lebih pendek dari kebanyakan ukuran manusia normal (hanya kurang dari 4 kaki). Pesawatnya berbentuk piring dengan asesoris rumit pada badan eksteriornya.

Pada buku kedua ini Dicky mengeksplorasi novelnya lebih jauh dengan memperkenalkan bahasa dari masing masing bangsa ini. Kembali akan terjadi kontroversi. Apakah bahasa yang dipergunakan adalah bahasa 'sesungguhnya' mereka, atau hanya 'racauan' seorang Dicky. Ada baiknya kita mengingat kembali, ini kan hanya sekedar novel.

Pertemuan Arkhytirema dengan keempat bangsa ini terjadi di planet Gogoma. Terjadi pertikian antar bangsa dalam rangka memperebutkan tambang dan kekayaan alam planet ini. Arkhytirema di utus Adam menjadi duta perdamaian dengan misi menyelesaikan konflik di antara mereka.

Orang Han, alien?

Seperti biasa novel ini banyak dibubuhi catatan kaki. Mungkin untuk menghindari kesan 'meracau'. Sebagian data didapat dari riset yang cukup mendalam dari berbagai referensi dalam dan luar negeri. Cuman, penjulukkan 'pemuda sakti' bagi Arkhytirema dan banyaknya pertempuran dengan 'tenaga dalam' menggiring imajinasi saya layaknya membaca cerita silat ala Jan Mintaraga dan Ganes TH.


Dicky Zainal Arifin, Arkhytirema: Buku Kedua, Tentang Kontroversi (3)


Dicky memang belum berhenti menebar kontroversi. Konon para alien yang dibedakan dalam empat bangsa Tarx, Mosram, Zneznela, dan Bropa ternyata adalah keturunan nabi Adam dari putranya Qabil. Mereka kemudian diusir dari planet bumi karena berkelahi melulu. Empat bangsa besar ini kemudian menguasai galaksi galaksi lain yang bahkan lebih luas dari galaksi Bimasakti.

Buku kedua dari trilogi Arkhytirema dibagi lagi dalam dua buku, Gogoma dan Brodella. Krisis Gogoma adalah krisis memperebutkan tambang logam di Gogoma yang berujung tewasnya keempat raja empat besar alien di atas. Sedangkan krisis Brodella adalah penjajahan bangsa Brodella (bangsa raksasa) yang ternyata didalangi oleh bangsa Bropa. Krisis Brodella berujung manis karena kali ini Arkhy bertemu teman perjalanan yang, ehm, cantik jelita putri raja Bropa.

Namun disamping kontroversi, kita harus fair menilai buku ini banyak menyisipkan pesan moral yang bagus. Dan tentu saja beberapa hasil riset/ teknologi yang lumayan menarik hati. Coba simak:

Manusia memang mengeluarkan hormon Tryptophan Hydroxilase (TH) ketika marah dan mengeluarkan Prolactin ketika sedih. TH bisa membuat manusia turun kecerdasan, maka oleh sebab itu, rasa marah adalah pantangan besar bagi mereka yang ingin menyelesaikan sebuah permasalahan. Ada istilah di bangsa Lemurian ANJANA AMBIKA ANJANA BALGIKA atau kamu marah kamu bodoh. Hormon Prolactin sangat banyak pada wanita, maka wanita lebih banyak menangis dari pria. Airmata mengandung hormon adrenokortikotropik dan leusin enkephalin (obat penghilang rasa sakit alami). Maka mereka yang menangis lebih mudah mengatasi masalah emosi dari pada yang menahan tangis namun emosi meledak ledak (telah disingkat dan disesuaikan seperlunya, penulis).

Hal lain yang selalu dibahas berulang ulang adalah mengenai mythocondria. Organ dalam tubuh manusia inilah yang menjadi pembeda di antara pergaulan bangsa bangsa di galaksi. Mythocondria adalah organ dalam tubuh yang mempengaruhi tingkat berpikir dan energi. Umumnya manusia sekarang, menurut Kang Dicky, mempunyai tingkat energi 2,5% saja. Karena memang organ mythocondria-nya dibatasi oleh klad untuk selevel itu. Bangsa lemurian dulu mempunyai rata rata penguasaan energi 40%. Makanya mereka dengan mudah mengembangkan teknologi kristal, levitasi, dan telepati. Bangsa lain semisal Bropa bisa mengembangkannya hingga 100%. Jadi masalah Mythocondria dan Klad ini menjadi penentu kualitas seseorang atau suatu bangsa.

Penguasaan energi dan berpikir ini juga sangat dipengaruhi cara membaca dan konsumsi makanan. Cara membaca huruf latin yang dari kiri ke kanan dipercaya makin memperburuk tingkat energi mythocondria. Makanya membaca huruf arab (dan Alquran) secara logika bisa meninggikan kecerdasan. Terlalu banyak memakan makanan berpengawet juga diyakini buruk bagi penguasaan energi. Sebaliknya latihan pengolahan energi (tenaga dalam?) dipercaya bisa menaikkan level energi dan berpikir anda.

Hal lain adalah, dengan penguasaan energi 2,5%, maka orang cenderung berlibido tinggi. Perkembangbiakkan manusia sekarang tertinggi dibanding saudara saudaranya di planet lain yang penguasaan energinya lebih tinggi. (Jadi semakin rendah penguasaan energi seseorang, semakin bodoh orang itu, namun makin jreng saja alat reproduksinya? begitu kah?) Nyambung juga kalau membaca tulisan saya sebelumnya tentang apa yang paling dicari orang Indonesia di Internet.

Tentu saja hal hal kontroversial diatas berpulang kepada anda untuk believe it or not. Selalu ada sisi positif dan negatif dari segala sesuatu. Anda yang memutuskan.

Dicky Zainal Arifin, Arkhytirema: Moyang Urang Sunda (4) 


Samar samar saya menangkap Dicky Zainal Arifin rupanya menyisipkan pesan bahwa nenek moyang Urang Sunda adalah bangsa Lemurian (Dicky sendiri Urang Sunda dan tinggal di Bandung). Sebuah bangsa yang nabi Adam mengharapkannya menjadi role model bagi bangsa bangsa lain sealamsemesta. Mereka bangsa Lemurian menggunakan bahasa yang disebut bahasa Sunda. Beberapa kata lemurian diadopsi menjadi bahasa Sunda kiwari (masa kini) seperti kata nuhun untuk menyatakan terima kasih.

Beberapa cerita rakyat Sunda seperti Nini Anteh (yang pergi ke bulan) diyakini sebagai warisan cerita yang berdasar pada teknologi yang dikembangkan bangsa Nirranthea sebagai pengembang satelit bumi atau bulan. Bagi Dicky, bulan adalah hasil rekayasa teknologi yang terbuat dari logam. Kalaupun ada 'lapisan' tanah sekarang, itu sisa sisa tumbukan dengan asteroid selama jutaan tahun. Dengan sendirinya spekulasi adanya gunung berapi di bulan setidaknya terpatahkan. Namun siapa yang 'memesan' bulan untuk bumi belum jelas betul. Bangsa Lemurian rupanya sudah terbiasa bergaul dengan bangsa bangsa alien dari galaksi lain. Bangsa Nirranthea tadi hanya bagian kecil dari warga Galaksi. Bangsa Alien Mosram dipercaya menjadi bangsa dibalik kejayaan bangsa Mesir dan Maya.

Kerajaan pertama di Nusantara adalah Salaksanagara dengan rajanya, siapa lagi kalau bukan Arkhytirema. Versi Dicky ini berimpit dengan versi umum bahwa raja pertama adalah Aki Terum dengan kerajaan yang bernama Salakanagara. Kerajaan Salakanagara ini yang menurunkan kerajaan Tarumanagara. Namun versi Dicky akan sedikit aneh karena Salakanagara tercatan berdiri pada 130 Masehi. Terpaut jauh dari waktu eksisnya Arkhytirema sebelum masa neolitikum. Kecuali ada versi salakanagara lebih purba, atau Arkhytirema yang sanggup hidup hingga ribuan tahun.....

Konsekuensi lain dari sejarah versi Dicky adalah berarti raja raja Sunda yang selama ini dikenal lebih kuat darah biru Indianya (Dewawarman adalah orang India yang menjadi raja di Salakanagara, dia menantu Aki Terum) ternyata kuat juga darah biru Lemuriannya. Barangkali ini mungkin juga menjadi penjelasan awal mengapa raja raja Sunda cenderung monotheis ditengah pengaruh Hindu yang kuat polytheis. Apakah 'kesaktian' raja raja Sunda yang kita sering dengar itu juga warisan dari Arkhytirema, hanya Dicky yang bisa menjawab.

Bangsa Lemurian dulu juga kerap diceritakan menjalin hubungan internasional terutama dengan dua bangsa besar lainnya di bumi yaitu China dan India. Bangsa Lemurian kemudian hancur akibat serangan bangsa Atlantean. Kisah bangsa Atlantean kemudian diceritakan kembali oleh Plato (300 SM) dari Yunani dengan sebutan Atlantis. Mereka bangsa Atlantis pun akhirnya hancur oleh peristiwa banjir besar nabi Nuh sekitar 10.000 SM. Plato sendiri mendengar kisah Atlantis ini dari penuturan seorang pendeta Mesir tanpa menyebut letak pasti pusat peradabannya. Makanya letak geografis Atlantis dulu sampai saat ini masih diperdebatkan. Namun dengan novel Arkhytirema, Dicky sependapat dengan profesor Santos, bahwa letak Atlantis adalah di Nusantara!

Pertanyaannya adalah kalau bangsa Lemurian digambarkan begitu hebat dalam hal teknologi dan peradaban, mengapa akhirnya harus runtuh ditangan bangsa Atlantis yang tidak lebih canggih teknologinya. Satu pertanyaan yang saya belum temukan dalam dua buku pertama trilogi Arkhytirema.


Tidak ada komentar