Banyak tuduhan bahwa seorang anggota Freemason adalah seorang ateis. Tuduhan itu semakin menjadi bertambah berat dengan menudingnya bahwa ateisme akan merubuhkan agama-agama yang ada di dunia.
Banyak blog Indonesia pula yang membuat spekulasi-spekulasi dan membangun teori konspirasi yang menyatakan bahwa organisasi Freemason bekerja secara gelap agar orang meninggalkan agama dan menjadi ateis.
Humanisme sekuler yang menjadi pelita hidup Freemasonry justru menjadi tudingan yang keras sebagai penyembah berhala humanisme. Kisah pun bersambung menjadi bagi mereka yang beragama, yang menjunjung humanisme pun tak ayal menjadi tertuding sebagai antek Freemason yang juga dituding sebagai zion dan antek yahudi.
Dalam statuta Freemasonry yang disusun oleh anggota Grand Logde of England tahun 1723 – lima tahun setelah organisasi ini secara resmi didirikan di London, menyatakan secara jelas pada Pasal 1 menjelaskan tentang Tuhan dan keagamaan (God and Religion) seperti yang tertera di bawah ini:
I. Concerning GOD and RELIGION.
and if he rightly understands the Art, he will never be a stupid
Atheist, nor an irreligious Libertine. But though in ancient
Times Masons were charg’d in every Country to be of
the Religion of that Country or Nation, whatever it was, yet
’tis now thought more expedient only to oblige them to that
Religion in which all Men agree, leaving their particular
Opinions to themselves ; that is, to be good Men and true, or
Men of Honour and Honesty, by whatever Denominations
or Persuasions they may be distinguish’d ; whereby Masonry
becomes the Center of Union, and the Means of conciliating
true Friendship among Persons that must else have remain’d
at a perpetual Distance. http://freemasonry.bcy.ca/history/anderson/charges.html
Sekalipun statuta itu sudah berusia lebih dari 250 tahun dan tidak pernah mengalami perubahan, tetapi mengapa organisasi ini menjadi tertuduh sebagai organisasi ateisme? Bahkan Freemason juga sering dimanfaatkan guna memfitnah fihak lain sebagai kelompok yang dibayangi Freemason yang bertujuan ingin menjadikan penduduk dunia menjadi ateis. Menarik bukan situasi ini, dimana kita bisa digiring pada informasi sesat seolah Freemason adalah organisasi jahat, licik, tidak punya moral yang harus dibumihanguskan. (Secara salah, Ateis sering diartikan seseorang yang tidak punya moral).
Dalam statuta itu dijelaskan bahwa seorang Mason adalah seseorang yang mengindahkan moral law, memahami etika, dan bukan seorang stupid atheist maupun seseorang liberalis tak beragama. Seorang Mason adalah seseorang yang beragama, dimanapun ia dan apapun agamanya. Sekalipun organisasi ini tidak menerima stupid atheist ataupun liberalis tak beragama, namun bukan berarti bahwa organisasi Freemason adalah anti ateis atau sebaliknya bahwa tidak anti ateis bukan berarti pula akan melakukan promosi ateis. http://freemasonry.bcy.ca/anti-masonry/anti-masonry08.html
Dalam pandangan Freemason, stupid atheist adalah seseorang ateis yang radikal dimana ateisme justru dibawa ke ranah idiologi politik, ateisme yang justru tidak menghormati kebebasan berpikir, bersikap tirani, dan dogmatis akan pendapatnya sendiri. Mencegah masuknya seseorang ke dalam keanggotaan ini adalah dimaksudkan agar tidak terjadi bentrokan pendapat di dalam tubuh Freemason sendiri, ataupun terjadi dominasi suatu kelompok, sebab organisasi ini justru mendukung apa yang mereka sebut sebagai “status quo”. Status quo menurut Freemason adalah sikap yang tidak berkiblat kemana-mana baik ke suatu agama maupun politik. Hal ini untuk menghindari adanya radikalisme di dalam tubuh Freemason. http://freemasonry.bcy.ca/trevor/anarchos.pdf
The Great Architect of The Universe
Bagaimana organisasi Freemason mewujudkan tentang kepercayaannya terhadap Tuhan dan harus mampu memberikan toleransi yang sebesar-besarnya antar anggota yang jelas plural dan ada di seluruh dunia itu? Tuhan dalam pemahaman Freemasonry adalah supreme being yang menjadi creator alam raya yang mereka sebut sebagai The Architect of The Universe. http://freemasonry.bcy.ca/lectures/mm_certificate.html
Semua anggota Freemason bukan saja mempercayai Tuhan, namun penting juga melaksanakan tugas mulia moral law.
Dengan berkembangnya budaya manusia, orientasi pemikiran, dan kepercayaan, setelah jaman pencerahan (Enlightenment era) di abad pertengahan, orang semakin bebas beragama maupun tak beragama. Dari sana muncul paham-paham baru atau sistem kepercayaan baru di masyarakat Eropa, antara lain tumbuhnya gelombang agnostisme dan juga kelompok yang meninggalkan agama sama sekali tidak mempercayai Tuhan menjadi ateist. Situasi ini menjadi pertanyaan, apakah seorang ateis boleh menjadi anggota Freemason? Berbagai pertanyaan yang diajukan kepada pihak Freemason selalu saja mengatakan bahwa seorang ateist tidak bisa menjadi anggota Freemason.
Walau demikian, perkembangan filosofi Freemasonry juga mengikuti jaman, dimana pada akhirnya banyak dari anggota masyarakat menjadi agnostik yaitu mempercayai supreme being namun tidak mempunyai agama, sementara itu supreme being pada kelompok ateis diartikan sebagai energy yang mampu menyebabkan alam raya ini tercipta. Dengan begitu sekalipun seseorang adalah ateis, namun tetap melihat bahwa ada sesuatu yang mampu bergerak menjadi alam raya, ia adalah the architect of the universe. Sekalipun kini seorang ateis bisa diterima menjadi anggota Freemason, teap Freemasonry akan tetap menjaga sikap status quo yang sudah dibangunnya sejak ratusan tahun lalu.
Pada akhirnya simbol G di tengah alat ukur jangka boleh diartikan menjadi: God, Great Architect atau pun Grand Geometricion. http://www.masonicdictionary.com/atheist.html
Penyalah Gunaan Organisasi Freemason Untuk Kepentingan Perjuangan Politik
Di awal abad ke 18 saat mana di belahan Eropa terjadi pergolakan sosial, masyarakat Eropa mulai dengan dengan ide anarkis, yaitu masyarakat menolak pemerintahan dan membangun kekuatan sendiri. Pada waktu itu belum ada istilah komunisme, gerakan menentang pemerintahan yang ada disebut anarkis. Gerakan anarkis yang dimulai di Perancis yang terkenal dengan revolusi Perancis mempunyai semangat membebaskan diri dari tirani dan berkebebasan berpendapat. Karena gerakan ini sejalan dengan jiwa Freemasonry, maka banyak anggota Freemason Perancis yang mendukung bahkan melibatkan diri dan bergabung dengan gerakan revolusi Perancis. Pada saat Kerajaan Perancis dapat digulingkan dan Perancis membangun negara republik, banyak dari anggota Freemason yang duduk di dalam partai politik, pemerintahan dan parlemen. Dari sini kemudian berkembanglah sebuah organisasi Freemason yang melibatkan diri pada perjuangan politik.
Sementara itu di Rusia, gerakan anarkis menentang kekuasan Tsar dipelopori oleh Mikhail Bakunin (1814-1876),http://en.wikipedia.org/wiki/Mikhail_Bakunin . Bakunin membangun hubungan dengan Jerman, dan Perancis, dan mengadopsi pemikiran Karl Marx dengan komunismenya. Bakunin sendiri seorang ateis dan penggerak anti Kristen Orthodox yang merupakan agama Tsar. Bakunin juga masuk menjadi anggota Freemason, namun ia hanya menggunakan organisasi Freemason sebagai kedok, dan akan membawa organisasi ini sebagai basis politik komunisme dan ateisme. http://freemasonry.bcy.ca/history/revolution/index.html; http://freemasonry.bcy.ca/trevor/anarchos.pdf
Karena akhirnya di belahan Eropa (juga Amerika) banyak organisasi Freemason yang digunakan dalam gerakan politik, maka sampai tahun 1877, Grand Lodge Mother yaitu Grand Lodge of England memutuskan hubungan dan tidak mengakui mereka yang bergerak dalam politik. Organisasi Freemason yang bergerak dalam politik ini kemudian berganti nama menjadi Grand Orient misalnya Grand Orient of France, Grand Orient of Russia, Grand Orient of Italy, Grand Orient of Amerika dan sebagainya. Tidak diakuinya Grand Orient sebagai anggota Grand Lodge of England sering juga disebut oleh pihak Freemason sebagai irregular Freemason. http://freemasonry.bcy.ca/texts/russia/go_russia.html
Dari fakta banyaknya anggota Freemason yang bergerak dalam politik, anarkis, ateis, dan komunisme, muncullah reaksi dari kelompok agama Katolik yang menuding bahwa Freemason adalah gerakan yang menyebarkan paham ateisme melalui kancah politik (Lihat laporan Walton Hannah: Darkness Visible – a Christian Appraisal of Freemasonry – 1952. Walton Hannah seorang penganut Katolik ordo Jesuit).
Freethinkers Freemason sering dituding sebagai penganut paham ateisme
Freethought secara filosofis adalah mempercayai tentang kebenaran rasional berdasarkan proses saintifik, pemikiran logik; dan tidak dipengaruhi oleh emosi, otoritas, tradisi, maupun dogma. Aplikasi kognitif dari Freethought disebut Freethinking, dan individu pelaku Freethought disebut Freethinkers.
Istilah Freethinkers muncul di abad ke 17, yang digunakan bagi kelompok yang menentang dominasi institusi gereja dan juga menentang kepercayaan terhadap teks Bible untuk menjelaskan berbagai hal kejadian (alam, sosial, dan politik). Para Freethinkers lebih menitik beratkan pada pemahaman bahwa manusia dapat memahami dan menghargai kehidupan di dunia melalui pemahaman yang alami atau nature.
Pemikiran seperti ini pertama kali dipubilaksi tahun 1697 oleh William Molyneaux, dan di Perancis tahun 1765 dimasukkan ke dalam ensiklopedia oleh Denis Diderot, Jeanle Rond d’Alembert, dan Voltaire. Seorang Freemason haruslah seorang Freethinkers sejati. Berkebebasan berpikir, anti tirani, dan anti dogma. http://freemasonry.bcy.ca/texts/gmd2008/vgmd27.pdf
Kerja para freethinkers ini yang kemudian menghasilkan sistem-sistem sekulerisme terutama dalam pengembangan sains dan teknologi. Artinya disini kemudian dipisahkan antara pemikiran iptek yang kebenaran dan metodologinya berbasis fakta, dengan agama yang kebenarannya berbasis kepercayaan. Bagi kaum sekuler – agama adalah pegangan fundamental spiritual yang harus masuk ke ruang privat. Setiap individu Mason harus bertanggung jawab secara mandiri dalam mengembangkan keagamaannya.
Perkembangan pemikiran Freethinkers inilah yang kemudian menyebabkan bentrok antara pemegang kebijakan iptek yang harus memegang nilai luhur iptek dengan kelompok agama yang berusaha tetap ingin menyatukan antara iptek dan agama.
Pertentangan ini yang kemudian menuding para pemegang kebijakan iptek sebagai manusia yang tidak menghargai agama dan berpihak pada ateisme. Sebagai contoh tudingan Harun Yahya (dengan segala teori konspirasinya tentang Freemason ateisnya) terhadap Charles Darwin dengan teori evolusinya. Darwin sendiri cucu seorang Master Freemason, ayah Darwin seorang dokter dan freethinkers, sedang Darwin sendiri selain mempunyai pendidikan medik, biologi, tetapi juga teologi. Darwin bukan seorang atheis, namun pekerjaannya sebagai seorang ilmuwan sekuler dan bisa memisahkan antara agama dan dunia iptek dengan sendirinya menjadi tertuding sebagai ateis terutama oleh Harun Yahya. Pemikiran Harun Yahya tentang Darwin ateis dan Freemason ateis beranak pinak menjadi banyak artikel teori konspirasi lainnya.
Pertentangan ini yang kemudian menuding para pemegang kebijakan iptek sebagai manusia yang tidak menghargai agama dan berpihak pada ateisme. Sebagai contoh tudingan Harun Yahya (dengan segala teori konspirasinya tentang Freemason ateisnya) terhadap Charles Darwin dengan teori evolusinya. Darwin sendiri cucu seorang Master Freemason, ayah Darwin seorang dokter dan freethinkers, sedang Darwin sendiri selain mempunyai pendidikan medik, biologi, tetapi juga teologi. Darwin bukan seorang atheis, namun pekerjaannya sebagai seorang ilmuwan sekuler dan bisa memisahkan antara agama dan dunia iptek dengan sendirinya menjadi tertuding sebagai ateis terutama oleh Harun Yahya. Pemikiran Harun Yahya tentang Darwin ateis dan Freemason ateis beranak pinak menjadi banyak artikel teori konspirasi lainnya.
Bagi organisasi Freemason yang berisi Freethinkers dan sekuler ini dengan sendirinya juga menjadi tertuding sebagai ateis, yang teori konspirasinya beranak pinak menjadi beragam cerita yang ingin menguasai dunia dan merubuhkan agama.
Tidak ada komentar
Posting Komentar