Islam di Indonesia Mengandung Bid'ah dan Kemusyrikan (1)
Disadari atau tidak, ajaran Islam di Indonesia
sesungguhnya telah tersisipi ritual-ritual yang tidak pernah diajarkan
oleh Nabi Muhammad SAW, dan juga tidak diamanatkan Allah SWT dalam Al
Qur'an. Jika ritual-ritual itu tetap dikerjakan, umat Islam yang
melakukannya bukan hanya telah melakukan bid'ah, tapi juga telah musyrik karena dalam ritual-ritual tersebut terdapat unsur penyembahan kepada selain Allah SWT.
Hingga kini kapan persisnya Islam masuk ke Indonesia, masih menjadi
bahan perdebatan karena ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa Islam
masuk Indonesia pada abad ke-7, namun ada juga yang mengatakan pada
ke-11 atau abad ke-13. Ahli sejarah yang menyatakan bahwa Islam masuk
Indonesia pada abad ke-7 di antaranya merujuk pada sebuah kabar dari
Kerjaan Dinasti Tang, kerajaan yang berkuasa di China pada abad itu,
yang menyebutkan bahwa pada abad dimana kerajaan mereka berdiri, telah
ada pemukiman pedagang muslim dari Arab di Desa Baros, daerah pantai barat Sumatra Utara.
Selain itu, dalam buku Preliminary Statemate on General Theory of Islamization of Malaya-Indonesian Archipelago
(1969), Prof. Sayed Naguib Al Attas mengungkapkan bahwa kaum muslimin
sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M. Dan dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem Faith, T.W. Arnold menegaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M).
Mereka
yang percaya bahwa Islam memasuki Indonesia pada abad 11 karena merujuk
pada penemuan sebuah makam berukuran lumayan panjang di daerah Leran
Manyar, Gresik. Makam tersebut milik Fatimah Binti Maimun dan
rombongannya. Makam ini memiliki prasati bertuliskan huruf Arab Riq'ah yang berangka tahun 1082 jika di-tahun Masehi-kan.
Mereka yang percaya bahwa Islam masuk Indonesia pada Abad Ke-13 antara lain merujuk pada catatan perjalanan Marcopolo
yang menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam Ferlec
(mungkin Peureulack) di Aceh pada 1292 M. Selain itu, berdasarkan Berita
China, K.F.H. van Langen menyebutkan tentang adanya kerajaan Pase (mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M.
Yang lebih tegas menyatakan bahwa Islam masuk Indonesia pada abad ke-13 adalah J.P. Moquette. Dalam buku De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten uit hindoesten, ia tegas menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13. Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern, C. Snouck Hurgronje, dan Schrieke juga lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13.
Namun, meski kapan masuknya Islam ke Indonesia masih menjadi
perdebatan, para pakar itu cenderung berpendapat sama dalam satu hal,
yakni tentang pembawanya. Mereka yakin dan percaya bahwa Islam memasuki
Nusantara karena dibawa oleh para pedagang, khususnya pedagang dari
Arab, Persia dan Gujarat (India) yang beragama Islam.
Sebagai negara dengan letak geografis yang strategis bagi arus lalu
lintas perdagangan dunia, Indonesia memang tak hanya dijadikan sebagai
salah satu tempat pemasaran produk dan hasil bumi bagi negara-negara
lain, namun juga sebagai tempat persinggahan sebelum meneruskan
perjalanan ke negeri tujuan, seperti pedagang Arab yang hendak menuju
China. Bahkan seiring dengan berjalannya waktu, tak sedikit pengusaha
asing yang akhirnya membuka usaha dan tinggal di Indonesia, termasuk
membuka usaha perkapalan.
Bandar-bandar
yang menjadi tempat berlabuh kapal-kapal pedagang asing di antaranya
adalah bandara-bandar di sepanjang pesisir Pulau Sumatera, Jawa,
Kalimantan, dan Sulawesi. Interaksi antara penduduk dan pedagang
setempat dengan para pedagang asing itu pada akhirnya mempengaruhi
sikap, perilaku, budaya dan agama yang dianut penduduk dan pedagang di
sekitar bandar. Apalagi karena seiring berjalannya waktu, pedagang dari
bangsa tertentu membangun perkampungannya sendiri, seperti perkampungan
orang Portugis, Benggalu China, Gujarat, Arab, dan Pegu di Aceh. Tentu
saja, pembangunan perkampungan-perkampungan tersebut atas seizin
penguasa kota setempat.
Lebih jauh lagi, pesatnya perdagangan di bandar-bandar membuat
bandar-bandar itu tumbuh menjadi sebuah kota yang maju, dan menjadi
sebuah kerajaan atau kesultanan (kerajaan berasaskan Islam), seperti
Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Perlak, Kesultanan Cirebon, Kesultanan
Demak, Kerajaan Palembang, Kerajaan Banten, Jepara, Tuban, Gresik,
Banjarmasin, Gowa, Ternate, dan Tidore. Jika sejarah masuknya Islam ke
Indonesia dipetakan, diketahui kalau Islam masuk Pulau Sumatera melalui
Perlak dan kemudian Samudra Pasai.
Di Pulau Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa yang
ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah
yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran,
Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah
adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping
itu, di Gresik juga ditemukan makam Malik Ibrahim dari Kasyan (satu
tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke
pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan makam Islam kuno. Makam
tertua berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam
keluarga istana Majapahit.
Di
Kalimantan, Islam masuk melalui Pontianak yang disiarkan oleh bangsawan
Arab bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada abad ke-18. Di hulu Sungai
Pawan, di Ketapang, Kalimantan Barat ditemukan pemakaman Islam kuno.
Angka tahun yang tertua pada makam-makam tersebut adalah tahun 1340 Saka
(1418 M). Jadi, Islam telah ada sebelum abad ke-15 dan diperkirakan
berasal dari Majapahit karena bentuk makam bergaya Majapahit dan
berangka tahun Jawa kuno. Di Kalimantan Timur, Islam masuk melalui
Kerajaan Kutai yang dibawa oleh dua orang penyiar agama dari Minangkabau
yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan Haji Tunggangparangan. Di
Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan Banjar yang disiarkan
oleh Dayyan, seorang khatib (ahli khotbah) dari Demak. Di Kalimantan
Tengah, bukti kedatangan Islam ditemukan pada masjid Ki Gede di
Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun 1434 M.
Di Sulawesi, Islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo. Hal
masuknya Islam ke Sulawesi ini tercatat pada Lontara Bilang. Menurut
catatan tersebut, raja pertama yang memeluk Islam ialah Kanjeng Matoaya,
raja keempat dari Tallo yang memeluk Islam pada tahun 1603. Adapun
penyiar agama Islam di daerah ini berasal antara lain dari Demak, Tuban,
Gresik, Minangkabau, bahkan dari Campa. Di Maluku, Islam masuk melalui
bagian utara, yakni Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Diperkirakan
Islam di daerah ini disiarkan oleh keempat ulama dari Irak, yaitu Syekh
Amin, Syekh Mansyur, Syekh Umar, dan Syekh Yakub pada abad ke-8.
Post a Comment