Bahaya Syi'ah Sebuah Kenyataan
Pengantar
[6] Mukhtashor At Tuhfah Al Itsna Asyarah hal.300
[7] ibid
[8] Minhajus Sunnah 4/3
[9] lihat Al Khuthuth Al Aridhoh hal. 44-45.
[10] Dinukil oleh penulis Ushul Madzshab Syi’ah Itsna Asyara dari Naqdhi Aqaaidi Syi’ah, lihat Ushul Madzhab hal 1194.
[11] Suyuf Al Musyriqah hal 50.
[12] Lihat kitab Manaarul Muniif. Hal 116.
[13] Minhajus Sunnah 3/243
[14] ibid 4/110.
[15] Kholifah sebelum Al Mu’tashim
[16] Al Bidayah Wan Nihaayah 13/202.
[17] Ibid
[18] Lihat kisah lengkapnya di Al Bidayah Wan Nihayah 13/201.
[19] Al Bidayah Wannihayah 13/201-202.
[20] Lihat Minhajus Sunnah 3/38.
[21] Dan masih banyak kisah-kisah lainnya seperti kisah daulah shofawiyah dan lain-lain yang sangat penjang sekali untuk diceritakan dalam kesempatan yang sempit ini.
[22] Minhajus Sunnah 3/260.
[23] Rijal Al Kisyi hal 342-343 (dinukil dari Ushul Madzhab Syi’ah hal 1232)
[24] Al Anwaar An Nu’maniyah 2/308
[25] ibid
[26] An Niyaahah hal.490
[27] Tahriril Wasilah 2/292
[28] Dinukil dari Ushul Madzhab Syi’ah hal 1235-1236.
[29] Atsar Al Imamah fil Fiqh Ja’fari hal. 391.
[30] Minhajus Sunnah 3/154
Sumber: Majalah As-Sunnah
Dewasa ini kebid’ahan telah merebak
didalam tubuh kaum muslimin sedemikian hebatnya sehingga banyak kaum
muslimin yang tidak mengerti bahaya kebid’ahan padahal kebid’ahan
tersebut dapat merusak mereka dan merusak keutuhan dan persatuan kaum
muslimin bahkan banyak Negara Islam yang hancur lantarannya seperti
daulah bani Umayah yang jatuh disebabkan kebid’ahan Ja’d bin Dirham
(Jahmiyah) lihatlah pernyataan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika
mengomentari sejarah keruntuhan bani Umayah: “sesungguhnya daulah bani
Umayah hancur disebabkan oleh Ja’ad Al Mu’athil”[1] dan berkata : ”jika
muncul kebid’ahan-kebid’ahan yang menyelisihi Rasulullah maka Allah akan
akan membalas (dengan kejelekan) pada orang yang menyelisihi Rasul dan
memberi kemenangan kepada yang lainnya”[2]. Dan dalam tempat yang lain
beliau berkata: “maka iman kepada Rasul dan Jihad membela agamanya
adalah sebab kebaikan dunia dan akhirat dan sebaliknya kebidahan dan
penyimpangan agama serta penyelisihan terhadap sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah sebab kejelekan dunia dan akhirat”.[3]
Bahaya Syi’ah terhadap kaum muslimin
merupakan satu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri oleh setiap muslim
lebih-lebih yang telah meneliti dan membaca sejarah mereka sejak masa
awal pertumbuhan dan perkembangannya sampai saat ini, rentang waktu yang
cukup panjang dengan segala peristiwa berdarah yang telah menumpahkan
darah ribuan bahkan jutaan kaum muslimin.
Mengenal dan meneliti bahaya dan
implikasi Syi’ah merupakan pembahasan yang cukup luas dan panjang lagi
penting agar setiap muslim dapat mengambil pelajaran kemudian tidak
terperosok dalam satu lubang berkali-kali apalagi dimasa sekarang mereka
telah berusaha dengan segala sarana dan prasarana yang mereka miliki
untuk menyebarkan dakwah mereka diseluruh peloksok dunia dengan
perlahan-lahan namun pasti yang pada akhirnya mereka akan menampakkan
hakikatnya bila telah mencapai apa yang menjadi tujuan mereka. Oleh
sebab itu memahamkan masyarakat Islam tentang bahaya mereka dalam
ideology, politik, ekonomi dan sosial kaum muslimin saat ini merupakan
hal yang mendesak karena besarnya bahaya Syi’ah terhadap seluruh aspek
kehidupan masyarakat dan Negara Islam, apalagi di Indonesia yang
kebanyakan kaum muslimin belum mengenal siapa mereka dan bagaimana
bahaya mereka terhadap kaum muslimin ditambah lagi dengan munculnya
nama-nama baru perwujudan dari Syi’ah ini seperti IJABI (Ikatan Jamaah
Ahlil Bait Indonesia)[4] yang telah mulai menancapkan kuku-kuku
beracunnya kedalam tubuh kaum muslimin dengan tameng kecintaan ahlil
bait. Mudah-mudahan dengan pembahasan ini dapat memberikan peringatan
kepada segenap kaum muslimin dan menjadi teguran kepada sebagian kaum
muslimin yang mencoba menganggap Syi’ah sebagai kawan dan sahabat dan
menganggap mereka tidak membahayakan dan merugikan kaum muslimin.
Bahaya Syi’ah terhadap Ideologi dan Pemikiran Kaum Muslimin.
Bahaya mereka dalam bidang ini banyak sekali, diantaranya:
1. Memasukkan kesyirikan
kedalam masyarakat Islam bahkan sebagian Ahlil Ilmu menetapkan mereka
sebagai orang yang pertama membuat kesyirikan dan penyembahan kubur pada
umat Islam
Hal ini terjadi lantaran sikap ekstrim
mereka dalam mencintai para imam Syi’ah sehingga membawa mereka kepada
sikap ekstrim terhadap kuburan dan membuat-buat riwayat-riwayat yang
dijadikan oleh mereka sebagai dasar amalan tersebut.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata
dalam Ar Rodd Alal Akhnaa’iy hal.47: orang pertama yang memalsukan
hadits-hadits pembolehan bepergian untuk menziarahi keramat-keramat yang
ada diatas kuburan adalah ahlil bid’ah dari kalangan Rafidhah (Syi’ah)
dan yang sejenisnya dari orang-orang yang meninggalkan masjid dan
mengagungkan tempat keramat yang ada padanya kesyirikan, kedustaan dan
kebid’ahan terhadap Agama Islam yang tidak ada padanya hujjah dari Allah
Azza wa Jalla, karena Al kitab dan As Sunnah hanya menyebutkan ibadah
dimasjid-masjid dan tidak di tempat-tempat keramat.
Sekarang tempat-tempat keramat dan
tempat-tempat ziarah Syi’ah menjadi tempat kesyirikan dan paganis, dan
ini dapat dilihat di negeri-negeri Syi’ah seperti Iran demikian juga
buku-buku mereka memperbolehkan bahkan menyeru kepada kesyirikan
tersebut.
Syeikh Musa Jaarullah berkata setelah
menziarahi negara Iran dan Irak dan tinggal disana beberapa bulan bahwa
dia telah melihat tempat-tempat keramat dan kuburan-kuburan ditempat
mereka disembah.
Syeikh Abul Hasan Annadwiy berkata
tentang bangunan keramat dikuburan Ali Ar Ridho dalam makalahnya Min
Nahri Kaabul Ila Nahri Al Yarmuuk hal 93 majalah Al I’tishom, tahun (41)
edisi ke-3 setelah menziarahi Iran: setiap orang asing yang menziarahi
keramat Ali Ar Ridho akan merasa seakan-akan didalam masjid Al haram,
dia mendengar teriakan, tangisan dan desis ratapan, dipenuhi oleh
laki-laki dan perempuan , dihiasi dengan hiasan-hiasan yang megah yang
dibuat dengan harta benda yang sangat banyak sekali.[5]
Imam Al Aluusiy pengarang kitab At
Tuhfah Al Itsba Asyariyah menyatakan bahwa mereka (kaum Syi’ah) selalu
ekstrim menyembah dan menthawafi kuburan para imam mereka bahkan sampai
shalat menghadapnya tidak menghadap Ka’bah dan masih banyak lagi yang
lainnya yang pernah dilakukan oleh kaum musyrikin terhadap berhala
mereka.[6]
Kemudian beliau berkata: jika ada padamu
keraguan tentang hal itu silahkan pergi ke sebagian keramat-keramat
mereka agar kamu melihat kenyataan ini dengan kedua matamu.[7]
Inilah persaksian mereka yang telah
melihat langsung keadaan mereka akan tetapi amat disayangkan musibah dan
bencana ini akhirnya terbawa dan masuk kenegeri-negeri Islam dan
menjadi kebiasaan sebagian kaum muslimin sehingga merusak aqidah dan
ideology mereka.
2. Merusak agama Islam dan menyesatkan kaum muslimin
Demikianlah pemikiran Syi’ah dengan
segala keanehan dan kesesatannya terus didakwahkan dan disebarkan dengan
segala sarana yang mereka miliki untuk mengumpulkan sebanyak mungkin
orang yang akan mengikutinya dan semakin banyak orang yang meninggalkan
agama Islam yang Shahih dengan segala provokasi para syeikh mereka yang
selalu berusaha memperbanyak jumlah pengikut mereka. Provokasi ini
didasarkan diatas kedustaan dan penipuan yang mereka pakai dalam menipu
pengikut mereka dan orang-orang awam dari kaum muslimin diantaranya
adalah slogan tidak ada perbedaan antara Sunni dan Syi’ah dan pernyataan
mereka bahwa keganjilan ajaran Syi’ah sesungguhnya ada dasarnya di
dalam riwayat-riwayat ahli sunnah.
Tidak diragukan lagi dakwah dan
penyebaran aqidah Syi’ah dan provokasi yang berisi ketetapan Syi’ah
merupakan bagian dari Islam adalah salah satu sebab penting dalam usaha
merusak dan menyesatkan kaum muslimin apalagi sekarang ada Negara
ayatullah di Iran yang mereka jadikan sarana untuk menghadapi kemunculan
dan kebangkitan Islam karena munculnya Negara yang merusak citra
keindahan dan kesempurnaan Islam dan memberi gambaran yang berlawanan
dengan keinginan dan kebangkitan Islam yang sejati akan menghapus dan
mengendorkan semangat dan keinginan untuk bangkit mendirikan
kekhilafahan yang berdasarkan kepada Al Quran dan Assunnah di dada para
pemuda Islam, hal ini telah dimanfaatkan oleh para penjajah (kolonialis)
dan mereka sangat bergembira dan memperhatikan kemunculan pemikiran dan
ajaran-ajaran kebid’ahan melalui orang-orang yang dinamakan Orientalis
yang memiliki kedudukan seperti penasehat bagi kementrian luar negeri
mereka dan mereka tidak pernah lupa dengan sejarah mereka terhadap kaum
muslimin.
Bagaimanapun juga munculnya Syi’ah
dengan ajaran-ajaran anehnya tanpa diragukan lagi menghambat manusia
untuk berjalan dijalan Allah dan menyesatkan kaum muslimin dari agamanya
yang lurus.
3. penyebab munculnya golongan zindiq
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan
dasar kesesatan Ismailiyah dan Nusairiyah dan sekte-sekte lainnya dari
orang-orang mulhid dan zindiq adalah pembenaran berita dan riwayat dusta
Rafidhah Syi’ah yang mereka paparkan dalam menafsirkan Al Quran dan
hadits, beliau berkata: para pemimpin Ubaidiyiin (bani Ubaid) hanya
menegakkan dasar dakwahnya dengan kedustaan-kedustaan yang dibuat-buat
oleh kaum Rafidhah agar pengikut Syi’ah yang sesat dapat menerimanya
kemudian orang-orang tersebut berpindah dari mencela para sahabat kepada
mencela Ali kemudian mencela Allah, oleh karena itu Ajaran Syi’ah
Rafidhah adalah pintu dan jalan yang paling menghantar kepada kekufuran
dan penyimpangan.[8] Bahkan Syeikh Muhibuddib Al Khothib mencatat bahwa
tasayu’ (ajaran Syi’ah) menjadi satu faktor pendukung tersebarnya ajaran
komunis dan Bahaiyah di Iran.[9]
4. berusaha menyesatkan kaum muslimin dengan merusak sunnah Rasululloh Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
Ini merupakan usaha yang mereka lakukan
untuk menyesatkan kaum muslimin sehingga untuk itu mereka masuk
kekalangan ahlil hadits dan setelah itu memasukkan riwayat-riwayat palsu
mereka sehingga banyak para ulama Islam yang terkecoh dengannya akan
tetapi Alhamdulillah, Allah tidak membiarkan begitu saja bahkan
membangkitkan para imam ahlil hadits untuk membongkar makar busuk mereka
itu.
Syeikh As Suwaidiy berkata: sebagian
Ulama mereka bergelut dengan ilmu hadits, mendengar hadits-hadits dari
para ahli tsiqat dari ahli sunnah serta menghapal sanad-sanad
periwayatan ahli sunnah yang sahih lalu menghiasi diri dengan ketakwaan
dan wara’ sehingga mereka diakui termasuk kalangan ahli hadits kemudian
mereka meriwayatkan hadits-hadits yang shahih dan hasan dan memasukkan
hadits-hadits palsu mereka.[10]
Al Alusiy menyatakan bahwa diantara
mereka itu adalah Jaabir Al Ju’fiy,[11] bahkan Ibnul Qayim menjelaskan
bahwa Syi’ah telah memalsukan hadits tentang Ali dan ahlul bait sebanyak
lebih dari 3000 hadits.[12]
Bahaya Syi’ah terhadap Kaum Muslimin dalam Bidang Politik
Syi’ah seperti telah ditandaskan dalam
kitab-kitab pokok mereka tidak meyakini keabsahan negera apapun juga di
dunia Islam kecuali kekhilafahan Ali bin Abi Thalib dan anaknya Al Hasan
dan menganggap khalifah di dunia Islam ini adalah Thaghut dan negaranya
tidak sah sebagaimana dalam riwayat-riwayat mereka: setiap panji yang
ditegakkan sebelum bangkit imam yang ditunggu-tunggu kebangkitannya,
maka pelakunya adalah thaghut.
Oleh Karena itu jadilah Syi’ah tempat
yang mapan bagi musuh-musuh Islam dan orang-orang yang berkonspirasi
menghancurkan Islam sampai sekarang dan itu terbukti dengan pengakuan
dari mereka seperti duta besar Rusia di Iran Kanyaz Dakurki yang
mengambil nama samaran Syeikh Isa sebagaimana dijelaskan oleh majalah
yang diterbitkan kementrian rusia tahun 1924-1925, demikian juga Jendral
berkebangsaan Inggris Juaifir Ali Khaan dllnya.
Syeikhul Islam menyatakan: kebanyakan
penganut agama Syi’ah tidak beriman kepada Islam akan tetapi menampakkan
diri sebagai orang Syi’ah karena dangkal dan bodohnya akal Syi’ah untuk
mengantarkan mereka kepada tujuan-tujuan kepentingan mereka. (minhajus
Sunnah 2/48 )
Orang yang mengerti sejarah Islam akan
berpendapat para pengaku Syi’ah ternyata adalah musuh yang paling
berbahaya yang menyerang negara Islam, karena mereka itu secara
lahiriyah adalah muslimin akan tetapi dibathinnya menyimpan kekufuran
dan permusuhan yang besar sekali terhadap Islam, sehingga Syiekhul Islam
Ibnu Taimiyah berkata: sesungguhnya asal setiap fitnah dan bencana
adalah Syi’ah dan orang yang mengikuti mereka dan kebanyakan pedang yang
menumpahkan darah kaum muslimin adalah dari mereka dan pada mereka
bersembunyi para zindiq.[13] Dan karena mereka menganggap kaum muslimin
lebih kufur dari Yahudi dan Nashrani sehingga mereka bersama mereka bahu
membahu dalam menghancurkan umat Islam, Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah
berkata: sungguh kami dan kaum muslimin telah melihat apabila kaum
muslimin diserang musuh kafir maka Syi’ah bersama mereka menghadapi kaum
muslimin.[14]
Lihatlah kisah masuknya Hulaghu Khan
(raja Tartar Mongol) ke Negeri Syam tahun 658 H dimana kaum Syi’ah
menjadi penolong dan pembantu mereka yang paling besar dalam
menghancurkan Negara Islam dan menegakkan Negara mereka, dan ini telah
diketahui dengan jelas dalam buku-buku sejarah khususnya di Iraq dimana
menteri khalifah waktu itu yang bernama Ibnul Alqaamiy dan kaum Syi’ah
menjadi pembantu Hulaghu Khan dalam menaklukkan Iraq dan menumpahkan
darah kaum muslimin yang tidak terhitung jumlahnya. Ringkas kejadiannya
Ibnul Alqaamiy adalah seorang menteri pada khalifah bani Abasiyah yang
bernama Al Mu’tashim seorang Ahli Sunnah akan tetapi dia lengah dan
tidak memperhatikan bahaya Syi’ah sehingga mengangkat seorang Syi’ah
sebagai menterinya padahal menterinya ini telah merencanakan makar busuk
dalam rangka menghancurkan negaranya dan kaum muslimin serta menegakkan
Negara Syi’ah, ketika mendapat jabatan tinggi tersebut maka dia
memanfaatkannya untuk merealisasikan makarnya menghancurkan Negara Islam
dengan melakukan tiga marhalah:
Pertama:
melemahkan tentara muslimin dengan menghapus gaji dan bantuan kepada
para tentara dan mengurangi jumlahnya. Ibnu Katsir berkata: menteri
Ibnul Alqaamiy berusaha keras untuk menyingkirkan para tentara dan
menghapus namanya dari dewan kerajaan. Pada akhir masa pemerintahan Al
Muntashir[15] tentara kaum muslimin mendekati jumlah seratus ribu
tentara … dan dia terus berusaha menguranginya sehingga tidak tinggal
kecuali sepuluh ribu orang tentara saja.[16]
Kedua :
menghubungi Tartar, Ibnu Katsir memaparkan bahwa dia menghubungi Tartar
dan memotivasi mereka untuk merebut wilayah Islam serta mempermudah
mereka untuk itu lalu dia menceritakan keadaan yang sesungguhnya dan
menceritakan kelemahan-kelemahan para tokoh pemimpin Islam.[17]
Ketiga:
melarang orang memerangi Tartar dan menipu Khalifah dan masyarakat
Islam, Ibnul Alqoomiy melarang orang untuk memerangi Tartar dan menipu
Khalifah dan para penasehatnya dengan mengatakan bahwa Tartar tidak
ingin perang akan tetapi ingin membuat perjanjian damai dengan mereka
dan meminta Khalifah untuk menyambut mereka untuk kemudian berdamai
dengan memberi separuh hasil pemasukan negeri Iraq untuk Tartar dan
separuhnya untuk Khalifah. Lalu Khalifah berangkat bersama tujuh ratus
orang dari para hakim, ahli fiqih, amir-amir dan pembantu-pembantunya …
lalu dengan tipu daya ini terbunuhlah Khalifah dan orang yang bersamanya
dari para panglima tentara dan prajurit pilihannya tanpa susah payah
dari Tartar. Sedang orang-orang Syi’ah lainnya menasehati Hulaghu Khan
untuk tidak menerima perdamaian Khalifah dengan mengatakan bahwa kalau
terjadi perdamaianpun tidak akan bertahan kecuali setahun atau dua tahun
saja kemudian kembali seperti sebelumnya dan memotivasi Hulaghu Khan
untuk membunuh Khalifah, dan dikisahkan yang menyuruh membunuh Khalifah
adalah Ibnul Alqaamiy dan Nushair Ath Thusiy.[18] Kemudian mereka masuk
kenegeri Iraq dan membunuhi semua orang yang dapat dibunuh dari kalangan
laki-laki, perempuan, anak-anak, orang jompo dan tidak ada yang lolos
kecuali ahli dzimmah dari kalangan Nashrani dan Yahudi serta orang-orang
yang berlindung kepada mereka dan ke rumah Ibnul Alqaamiy.[19]
Terbunuh dalam peristiwa tragis tersebut
lebih dari belasan juta orang dan belum ada dalam sejarah Islam bencana
seperti bencana yang ditimbulkan orang Tartar Mongol, mereka membunuhi
orang-orang Bani Haasyim, menawan para wanita Abasyiyah dan selain
Abasyiyah. Lalu apakah ada orang yang berloyalitas kepada ahli bait
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam lalu memudahkan kaum Kafir
untuk membunuh dan menawan mereka dabn kaum muslimin?[20]
Lihatlah dan renungkanlah kejadian besar
ini dan ambillah pelajaran wahai Ahli Sunnah dalam melakukan pendekatan
terhadap mereka.!!!!.[21]
Bahaya Syi’ah dalam bidang Sosial.
Orang Syi’ah yang hidup bersama kaum
muslimin selalu menyembunyikan hakikatnya dan selalu menggunakan tipu
daya, khianat dan berbuat jahat cukuplah pernyataan Syeikh Islam Ibnu
Taimiyah tentang mereka menjadi saksi akan hal tersebut sejak dahulu
kala dan dapat dirasakan dizaman kita ini, berkata Syeikhul Islam:
adapun Rafidhah (Syi’ah), mereka tidak berinteraksi sosial dengan orang
lain kecuali menggunakan kenifakan karena agama yang ada dihatinya
adalah agama yang rusak yang membawanya untuk berdusta, khianat, menipu
dan berbuat jahat terhadap orang sehingga dia melakukan kejahatan apa
saja.[22] Ini persaksian seorang tokoh Sunni, mungkin ada yang
mengatakan: itukan hanya tuduhan belaka! Tanpa bukti Akan tetapi jika
kita melihat kembali kekitab-kitab rujukan mereka didapatkan pemaparan
beliau ini pas. Lihatlah dalam kitab Rijal Al Kisysyiy ada kisah seorang
Syi’ah kepada imamnya bagaiman dia membunuh sejumlah orang yang
menyelisihinya, ia berkata: diantara mereka ada yang saya naik keatap
rumahnya dengan tangga dan saya bunuh, ada yang saya ajak keluar di
malam hari, ketika dia keluar pintu langsung saya bunuh, ada yang saya
temani dalam perjalannya, lalu ketika bersendirian saya bunuh.[23]
Syeikh Syi’ah yang bernama Ni’matullah
Al Jazaairiy bercerita tentang menteri Ar Rasyid yang bernama Ali bin
Yaqthiin, dia di penjara bersama sejumlah orang yang menyelisihinya
(dalam madzhab) lalu dia memerintahkan para budaknya untuk merobohkan
atap penjara tempat mereka lalu mereka mati seluruhnya dan jumlah mereka
waktu itu lima ratus orang, kemudian dia ingin mengelak dari tuntutan
darah mereka lalu dia mengutus orang ke Imam Maulana Al kaadzim dan sang
imam membalas dengan menulis jawabannya: seandainya engkau telah
memberitahukan saya sebelum membunuh mereka maka kamu lolos dari
tuntutan darah tersebut dan ketika kamu tidak memberitahukan saya
terlebih dahulu maka bayarlah sebagaia tebusannya satu kambing untuk
setiap orang dan seekor kambing itu lebih baik daripada mereka.[24]
Lihatlah bagaimana mereka tinggal hidup
ditengah-tengah kaum muslimin, bagaimana imam mereka menyetujui
pembunuhan limaratus orang hanya seedar mereka bukanlah orang Syi’ah dan
hanya memerintahkan membayar satu kambing perorang lantaran tidak izin
dahulu kepada imam mereka dan jika sudah izin kepada imam mereka atau
wakilnya yaitu para faaqiih maka bias berbuat semaunya.
Kemudian tokoh Syi’ah ini berkomentar
tentang kisah tersebut: lihatlah tebusan yang rendah ini yang tidak
sampai menyamai tebusan (diyat) adik mereka yaitu anjing buruan karena
diyatnya (tebusan) dua puluh dirham dan tidak pula diyat (tebusan) kakak
mereka yaitu orang Yahudi atau Majusi karena diyatnya (tebusannya)
delapan ratus dirham.[25]
Sejarah membuktikan bahwa mereka banyak
menyulut fitnah dikalangan kaum muslimin karena mereka berani mencela
dan melecehkan para sahabat dalam setiap pertemuan tahunan mereka, dan
kalau kita melihat sejarah terjadinya pertumpahan darah antara Syi’ah
dengan Ahlis Sunnah yang pertama di Baghdad adalah tahun 238 H kemudian
berlanjut fitnah-fitnah yang telah banyak memakan korban dari kalangan
kaum muslimin.
Diantara bahaya Syi’ah terhadap tatanan sosial masyarakat Islam adalah pembolehan nikah Mut’ah yaitu kesepakatan rahasia untuk melakukan hubungan suami Istri kepada wanita yang telah sepakat dengannya walaupun dari kalangan pekerja seks komersil (WTS) atau wanita yang masih bersuami, lihat pendapatnya Ath Thusiy, ia berkata: tidak mengapa bermutah dengan wanita fajirah,[26] dan Khumainiy juga berfatwa bolehnya bermutah dengan pezinah.[27] Oleh karena itu mereka mungkin bersepakat untuk sehari, dua hari atau sekali dan dua kali.
Diantara bahaya Syi’ah terhadap tatanan sosial masyarakat Islam adalah pembolehan nikah Mut’ah yaitu kesepakatan rahasia untuk melakukan hubungan suami Istri kepada wanita yang telah sepakat dengannya walaupun dari kalangan pekerja seks komersil (WTS) atau wanita yang masih bersuami, lihat pendapatnya Ath Thusiy, ia berkata: tidak mengapa bermutah dengan wanita fajirah,[26] dan Khumainiy juga berfatwa bolehnya bermutah dengan pezinah.[27] Oleh karena itu mereka mungkin bersepakat untuk sehari, dua hari atau sekali dan dua kali.
Al Aluusy berkata: barang siapa yang
melihat keadaan orang-orang Syi’ah sekarang dalam masalah Mut’ah tidak
butuh dalam menghukum mereka berzina kepada bukti-bukti karena seorang
wanita berzina dengan dua puluh laki-laki dalam satu hari satu malam dan
mengatakan bahwa dia berbuat Mut’ah. Dan tersedia buat mereka
lokalisasi-lokalisasi untuk Mut’ah yang berpajangan disana para wanita
dan mereka memiliki mucikari-mucikari yang menghubungkan laki-laki
dengan para wanita atau para wanita dengan para laki-laki sehingga
mereka memilih yang mereka senangi dan memberikan upahnya dan menarik
para wanita tersebut kepada laknat Allah.[28]
Bukankah ini semua merupakan bahaya yang sangat besar, ambillah pelajaran wahai ulil abshar.
Bahaya Syi’ah dalam Bidang Ekonomi
Demikian pula Syi’ah memiliki pengaruh
jelek dalam bidang ekonomi bagi kaum muslimin hal ini dan ini cukup
jelas kalau di pandang darti bahaya mereka dalam bidang-bidang yang
lain, sebab kerusakan politik, ideologi dan pemikiran serta tatanan
sosial amat berpengaruh dalam bidang ekonomi, lihatlah fitnah-fitnah
yang mereka timbulkan banyak menghabiskan harta benda, nyawa dan waktu
sehingga memberikan kesempatan yang luas bagi musuh-musuh Islam
menghancurkan ekonomi dan budaya kaum muslimin apalagi dipandang dari
sudut aqidah mereka yang menganggap harta dan jiwa kaum muslimin yang
bertentangan dengan mereka adalah harta yang boleh dirampas dan diambil
dengan dakwaan yang dusta bahwa hal itu adalah hak ahlil bait padahal
harta-harta tersebut dipergunakan untuk merealisasikan
keinginan-keinginan khusus mereka dan untuk menjalankan makar dan tipu
daya mereka dalam menghadapi umat Islam.
Dr Ali Assaalus berkata: dari kenyataan
madzhab Ja’fariyah pada saat-saat ini kita dapatkan orang yang ingin
berhaji harus menghitung jumlah hartanya semua kemudian membayar
seperlima harga hartanya untuk diserahkan kepada para ahli fiqih yang
berfatwa kewajiban Khumus dan yang tidak membayarnya tidak dibolehkan
haji dengan demikian para ahli fiqih Syi’ah tersebut telah menghalalakan
pengambilan harta dengan kebatilan.[29]
Berkata Syeikhul Islam: adapaun pendapat
Rafidhah bahwa Khumus hasil pendapatan kaum muslimin diambil dari
mereka dan di bayarkan kepada orang yang mereka anggap sebagai pengganti
imam yang maksum atau kepada yang lainnya adalah pendapat yang tidak
pernah dikatakan oleh seorang sahabatpun dan tidak juga Ali dan yang
lainnya dan juga tidak dikatakan oleh seorang tabiin dan dari kerabat
Bani Hasyim atau yang lainnya. Semua penukilan dari Ali atau Ulama ahlil
bait seperti Al Hasan, Al Husein, Ali bin Al Husein, Abu Ja’far Al
Baaqir, Ja’far bin Muhamad adalah kedustaan karena itu menyelisihi
riwayat yang mutawatir dari sejarah Ali bin Abi Thalib karena beliau
memerintah kaum muslimin selama empat tahun dan belum pernah mengambil
dari kaum muslimin sedikitpun hartanya bahkan tidak ada dimasa
pemerintahannya pembagian Khumus sama sekali. Adapun kaum muslimin tidak
diambil Khumus hartanya oleh beliau atau orang lain dan kaum kufarlah
yang kapan dirampas dari harta mereka diambil seperlimanya dengan dasar
Alkitab dan Assunnah akan tetapi dizaman beliau kaum muslimin tidak
melakukan peperangan dengan kaum kufar disebabkan adanya perselisihan
diantar mereka dari fitnah dan perpecahan. Demikian juga telah diketahui
secara pasti bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak pernah
mengambil Khumus harta kaum muslimin dan tidak juga meminta dari seorang
muslimpun khumus hartanya..[30]
Demikianlah mereka mengambil Khumus
dalam rangka untuk memenuhi kepentingan dan keinginan ulama-ulama mereka
dan inilah selintas tentang bahaya Syi’ah yang telah menjadi satu
kenyataan dan bukan untuk menjelaskan keseluruhannya dan cukuplah
kitab-kitab para ulama Islam telah menjelaskan semuanya dan kita hanya
dituntut untuk membaca kembali dan berhati-hati dari mereka dan
gerakannya.
Mudah-mudahan Allah l menjaga kita dari mereka dan menunjuki kita kejalan yang lurus.
*(disarikan Oleh Abu Asma Kholid bin
Syamhudi dari kitab Ushul Madzhab Syi’ah Itsna Asyariyah karya Dr.
Nashir bin Abdillah Al Qifaariy dengan penambahan dari kitab-kitab
Syeikhil Islam Ibnu Taimiyah dan yang lainnya)
Oleh Al-Ustadz Abu Asma Kholid bin Syamhudi, Lc
Catatan Kaki:
[1] Lihat majmu’ fatawa 13/182
[2] ibid 13/177
[3] ibid 13/179
[2] ibid 13/177
[3] ibid 13/179
[4] Nama ini juga dikenal dalam istilah
internasional dengan Jam’iyah Ahlil Bait ,yang menunjukkan bahwa gerakan
ini bersifat internasional dan bukan hanya nasional saja dan sebenarnya
mereka tidak pantas dijadikan sebagai jamaah ahlil bait karena mereka
telah mencela para Istri Rasululloh n yang merupakan ahli baitnya
beliau, maka berhati-hatilah !!!
[5] Lihat lebih detail lagi dalam kitab Ushul Madzhab Syi’ah Al Itsna Asyarah hal 1071-1072[6] Mukhtashor At Tuhfah Al Itsna Asyarah hal.300
[7] ibid
[8] Minhajus Sunnah 4/3
[9] lihat Al Khuthuth Al Aridhoh hal. 44-45.
[10] Dinukil oleh penulis Ushul Madzshab Syi’ah Itsna Asyara dari Naqdhi Aqaaidi Syi’ah, lihat Ushul Madzhab hal 1194.
[11] Suyuf Al Musyriqah hal 50.
[12] Lihat kitab Manaarul Muniif. Hal 116.
[13] Minhajus Sunnah 3/243
[14] ibid 4/110.
[15] Kholifah sebelum Al Mu’tashim
[16] Al Bidayah Wan Nihaayah 13/202.
[17] Ibid
[18] Lihat kisah lengkapnya di Al Bidayah Wan Nihayah 13/201.
[19] Al Bidayah Wannihayah 13/201-202.
[20] Lihat Minhajus Sunnah 3/38.
[21] Dan masih banyak kisah-kisah lainnya seperti kisah daulah shofawiyah dan lain-lain yang sangat penjang sekali untuk diceritakan dalam kesempatan yang sempit ini.
[22] Minhajus Sunnah 3/260.
[23] Rijal Al Kisyi hal 342-343 (dinukil dari Ushul Madzhab Syi’ah hal 1232)
[24] Al Anwaar An Nu’maniyah 2/308
[25] ibid
[26] An Niyaahah hal.490
[27] Tahriril Wasilah 2/292
[28] Dinukil dari Ushul Madzhab Syi’ah hal 1235-1236.
[29] Atsar Al Imamah fil Fiqh Ja’fari hal. 391.
[30] Minhajus Sunnah 3/154
Sumber: Majalah As-Sunnah
Post a Comment