Kebijaksanaan Dajjal di Indonesia
Kita membuka lembaran sejarah perkembangan Indonesia sejak 400 M zaman kerajaan Kutai yang masuk dalam lembaran sejarah tertulis. Dalam setiap perkembangan berupa kerjaan-kerajaan, disana tidak lepas dari pertikaian politik yang sangat hebat, bahkan lebih hebat dan kejam dibandingkan roda perpolitikan era sekarang. Bagaimana sang raja Sanjaya merebut kembali dinastinya, bagaimana Samaratungga merebut harga dirinya di Jawa melalui Sriwijayanya; seolah-olah semuanya bergulir rapi dalam buku sejarah. Namun sesunggunya dibalik itu ada pertikainan politik yang sangat hebat, pembunuhan-pembunuhan dan perebutan kekuasaan.
Hingga kini pertikaan politik yang sesungguhnya bertujuan memakmurkan rakyat, ternyata hanya berujung pada kekuasana belaka. Tak satupun tidak ada yang murni untuk kemaslahatan rakyat. Rakyat hanya dijadikan panji-panji demokratis, namun hak-hak dasarnya sebagai makluk individu sangat tertindas
Posting ini tidak mengupas dan menuduh siapa dalang intelektualnya, masing-masing ingin menjadi dalang dalam lakon Indonesia yang sama, yakni dermaga kemakmuran, lalu hendak kemana Indonesia ini berlabuh pada cita-cita luhur sesuai Undang-undang? Semua mengatsanamakan rakyat, membela yang benar, namun justru rakyat dikibiri dari makna kejujuran dan kebenaran. Itulah suatu negeri yang sudah yang suadah diperbudak oleh kekuasaan dan tujuan dalam perkembangan kenegaraannya tampa mempertimbangkankepentingan yang jujur.
Dajjal-dajjal kekuasaan telah menguasai cita-cita negeri kita dalam sisitem Negara. Batapa tidak, kita tidak pernah memiliki presiden yang naik turun secara konstitutif, selalu ada tangungan-tangungan politik yang tidak memihak pada kepentingan rakyat, melainkan berpihak dan berebut dalam dinamika kekuasaan dan balas dendam, sehingga banyak terjadi perselingkuan politik yang tidak pernah berhenti, yang secara keseluruan sebenarnya menelantarkan rakyat. Akibatnya rakyat dituntut hidup sendiri-sendiri, seolah-olah tidak ikut memiliki negeri ini, tidak hidup di negeri ini, apalagi memiliki negeri ini, tidak hidup di negeri ini, sama sekali tidak, dan seolah-olah hidup di negeri lain.
Hanya satu jawabanya, wilayah kita sedang dicengkram oleh cakar-cakar besi dajjal dan menjalankan politik bawah tanah untuk merangkul hak-hak kemausiaan sebagai rakyat. Semuanya hilang, dan satupun tidak ada pihak yang berani secara jujur memperjuangkan rakyat, kecuali golongan dan individu-individu yang disinari cahaya Allah.
Hanya kekuatan Allah yang mapu meruntuhkan cengkaraman politik kekuasaan dajjal di negeri ini. Hanya kebenaran yang mampuh merobek-robek partai dajjal yang mencundangi hak-hak kerakyatan, hanya konsep-konsep kerakyatan yang mampu mengembalikan ekonomi kerakyatan yang dicita-citakan oleh Bung Hatta. Dan semua ini merupakan tanggung jawab moral serta tanggung jawab politik kita bersama, bukan orang lain atau intervensi politik orang lain.
Barang siapa yang berdekatan dengan tuhannya. mereka akan diberikan jalan keluar oleh Allah SWT lantaran orang-orang yang dicintai-Nya. Selama Allah ditengah-tengah kehidupan ruang hati mereka, mereka pun tidak akan pernah kesepian sekalipun kering kerontangan ketidak adilan hak kemanusiaan.
Dajjal adalah warna kegelapan dalam setiap hati manusia, dajjal adalah diri kita ketika menjual kebenaran karena kekuasaan, ketika menjual kehormatan harga diri karena egoisme, dan ketika ketika manusia tidak berani mengumandangkan kebenaran karena ketakutan-ketakutan semua itu akan terkonstruksi dalam diri setiap manusia yang kehilangan akidah dan harga diri suatu bangsa.
Tidak ada pantas ditegakkan dalam mengakiri posting ini kecuali lebih menyadarkan hati dan amalia kepada Allah Ta’ala. kadang-kadang kita harus membayar mahal untuk bersama Allah, kadang-kadang kita diberi kemudahan untuk mencapai derajat disisi-Nya, dan kadang-kadang kita pun harus cekat dalam mengantisipasi qodlo’ dan qodar-Nya dengan hati yang lapang, jujur, tidak emosional, serta tidak mudah terseret dalam kepentingan-kepentingan sesaat dan kepentingan kekuasaan dajjal-dajjal modernyang lupa terhadap nurani kebenaran dirinya sendiri.
Hanya kepada Allah kita menyandar meminta pertolongan-Nya!
Hingga kini pertikaan politik yang sesungguhnya bertujuan memakmurkan rakyat, ternyata hanya berujung pada kekuasana belaka. Tak satupun tidak ada yang murni untuk kemaslahatan rakyat. Rakyat hanya dijadikan panji-panji demokratis, namun hak-hak dasarnya sebagai makluk individu sangat tertindas
Posting ini tidak mengupas dan menuduh siapa dalang intelektualnya, masing-masing ingin menjadi dalang dalam lakon Indonesia yang sama, yakni dermaga kemakmuran, lalu hendak kemana Indonesia ini berlabuh pada cita-cita luhur sesuai Undang-undang? Semua mengatsanamakan rakyat, membela yang benar, namun justru rakyat dikibiri dari makna kejujuran dan kebenaran. Itulah suatu negeri yang sudah yang suadah diperbudak oleh kekuasaan dan tujuan dalam perkembangan kenegaraannya tampa mempertimbangkankepentingan yang jujur.
Dajjal-dajjal kekuasaan telah menguasai cita-cita negeri kita dalam sisitem Negara. Batapa tidak, kita tidak pernah memiliki presiden yang naik turun secara konstitutif, selalu ada tangungan-tangungan politik yang tidak memihak pada kepentingan rakyat, melainkan berpihak dan berebut dalam dinamika kekuasaan dan balas dendam, sehingga banyak terjadi perselingkuan politik yang tidak pernah berhenti, yang secara keseluruan sebenarnya menelantarkan rakyat. Akibatnya rakyat dituntut hidup sendiri-sendiri, seolah-olah tidak ikut memiliki negeri ini, tidak hidup di negeri ini, apalagi memiliki negeri ini, tidak hidup di negeri ini, sama sekali tidak, dan seolah-olah hidup di negeri lain.
Hanya satu jawabanya, wilayah kita sedang dicengkram oleh cakar-cakar besi dajjal dan menjalankan politik bawah tanah untuk merangkul hak-hak kemausiaan sebagai rakyat. Semuanya hilang, dan satupun tidak ada pihak yang berani secara jujur memperjuangkan rakyat, kecuali golongan dan individu-individu yang disinari cahaya Allah.
Hanya kekuatan Allah yang mapu meruntuhkan cengkaraman politik kekuasaan dajjal di negeri ini. Hanya kebenaran yang mampuh merobek-robek partai dajjal yang mencundangi hak-hak kerakyatan, hanya konsep-konsep kerakyatan yang mampu mengembalikan ekonomi kerakyatan yang dicita-citakan oleh Bung Hatta. Dan semua ini merupakan tanggung jawab moral serta tanggung jawab politik kita bersama, bukan orang lain atau intervensi politik orang lain.
Barang siapa yang berdekatan dengan tuhannya. mereka akan diberikan jalan keluar oleh Allah SWT lantaran orang-orang yang dicintai-Nya. Selama Allah ditengah-tengah kehidupan ruang hati mereka, mereka pun tidak akan pernah kesepian sekalipun kering kerontangan ketidak adilan hak kemanusiaan.
Dajjal adalah warna kegelapan dalam setiap hati manusia, dajjal adalah diri kita ketika menjual kebenaran karena kekuasaan, ketika menjual kehormatan harga diri karena egoisme, dan ketika ketika manusia tidak berani mengumandangkan kebenaran karena ketakutan-ketakutan semua itu akan terkonstruksi dalam diri setiap manusia yang kehilangan akidah dan harga diri suatu bangsa.
Tidak ada pantas ditegakkan dalam mengakiri posting ini kecuali lebih menyadarkan hati dan amalia kepada Allah Ta’ala. kadang-kadang kita harus membayar mahal untuk bersama Allah, kadang-kadang kita diberi kemudahan untuk mencapai derajat disisi-Nya, dan kadang-kadang kita pun harus cekat dalam mengantisipasi qodlo’ dan qodar-Nya dengan hati yang lapang, jujur, tidak emosional, serta tidak mudah terseret dalam kepentingan-kepentingan sesaat dan kepentingan kekuasaan dajjal-dajjal modernyang lupa terhadap nurani kebenaran dirinya sendiri.
Hanya kepada Allah kita menyandar meminta pertolongan-Nya!
Post a Comment