Seandainya Nabi Muhammad sebelum wafat tahun 632 menentukan penggantinya, mungkin semua itu tidak akan terjadi. Tetapi karena penerusnya tidak ada, kelompok Islam yang masih muda itu terpecah-belah sekitar 30 tahun setelah Muhammad wafat. Sebagian besar menggabungkan diri dalam kelompok yang disebut Sunni. Kelompok kedua terdiri dari pendukung Ali bin Abi Talib, saudara sepupu dan menantu Mohammad. Kelompok itu disebut "Shi'at Ali", atau pengikut Ali, yang berkembang menjadi Islam Syiah. Hingga sekarang, kaum Syiah adalah kelompok minoritas, yang anggotanya sekitar 10-15% dari seluruhnya 1,6 milyar warga Muslim di dunia.
Tahun 632 yang jadi masalah terutama soal politik perorangan. Sengketa berpangkal pada pertanyaan, bagaimana cara tepat menentukan pengganti Muhammad. Demikian dikatakan pakar Islam Lutz Berger dari Universitas Kiel, dan menambahkan, "Awalnya adalah konflik politik mengenai pengganti dan kepentingan kelompok. Konflik politik itu kemudian dijadikan masalah agama."
Syi’ah (Bahasa Arab: شيعة, Bahasa Persia: شیعه) ialah salah satu aliran atau mazhab dalam Islam. Syi'ah menolak kepemimpinan dari tiga Khalifah Sunni pertama seperti juga Sunni menolak Imam dari Imam Syi'ah. Bentuk tunggal dari Syi'ah adalah Syī`ī (Bahasa Arab: شيعي.) menunjuk kepada pengikut dari Ahlul Bait dan Imam Ali. Sekitar 90% umat Muslim sedunia merupakan kaum Sunni, dan 10% menganut aliran Syi'ah.
Muslim Syi'ah percaya bahwa Keluarga Muhammad (yaitu para Imam Syi'ah) adalah sumber pengetahuan terbaik tentang Qur'an dan Islam, guru terbaik tentang Islam setelah Nabi Muhammad, dan pembawa serta penjaga tepercaya dari tradisi Sunnah.
Secara khusus, Muslim Syi'ah berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib, yaitu sepupu dan menantu Muhammad dan kepala keluarga Ahlul Bait, adalah penerus kekhalifahan setelah Nabi Muhammad, yang berbeda dengan khalifah lainnya yang diakui oleh Muslim Sunni. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dipilih melalui perintah langsung oleh Nabi Muhammad, dan perintah Nabi berarti wahyu dari Allah.
Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Abu Bakar menjadikan perbedaan pandangan yang tajam antara Syi'ah dan Sunni dalam penafsiran Al-Qur'an, Hadits, mengenai Sahabat, dan hal-hal lainnya. Sebagai contoh perawi Hadits dari Muslim Syi'ah berpusat pada perawi dari Ahlul Bait, sementara yang lainnya seperti Abu Hurairah tidak dipergunakan.
Tanpa memperhatikan perbedaan tentang khalifah, Syi'ah mengakui otoritas Imam Syi'ah (juga dikenal dengan Khalifah Ilahi) sebagai pemegang otoritas agama, walaupun sekte-sekte dalam Syi'ah berbeda dalam siapa pengganti para Imam dan Imam saat ini.
Allamah M.H. Thabathaba’i, profesor studi Islam di Universitas George Washington Amerika Serikat, Seyyed Hossein Nasr, 79, mengatakan ada lima prinsip agama atau ushuluddin Islam Syiah, yaitu:
1.Tauhid, yakni kepercayaan kepada keesaan Ilahi
2.Nubuwat, yakni kenabian
3.Ma’ad, yakni kehidupan akhirat
4.Imamah atau keimanan, yakni kepercayaan adanya imam-imam sebagai pengganti nabi
5.Adil atau Keadilan Ilahi.
Menurut Nasr, dalam tiga prinsip dasar, yakni Tauhid, Nubuwat, dan Ma’ad, Sunni dan Syiah bersepakat.
“Hanya dua prinsip dasar yang lain, yakni Imamah dan Keadilan, mereka berbeda,” ujar dia.
Bagi Sunni, menurut profesor studi Islam yang lahir di Iran dan beragama Islam ini, sebagaimana dibawa oleh Nabi ke dunia ini, mencapai masyarakat Sunni lewat para sahabatnya.Yang terkenal antara lain Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali.
Juga beberapa yang lainnya seperti Anas, Salman, dan selama generasi-generasi berikutnya melalui para ulama dan sufi.
Namun, bagi masyarakat Syiah, barokah Al-Quran itu sampai kepada mereka, terutama melalui Ali dan Ahlul Bait (diterjemahkan dalam buku ini sebagai anggota keluarga/rumah tangga Nabi).
"Kecintaan yang dalam terhadap Ali dan keturunannya, melalui Fatimah, inilah yang membuat terjadinya kekurangan perhatian terhadap, bahkan pengabaian sahabat-sahabat yang lain, dalam Islam Syiah," ujar Nasr.
Bagi kebanyakan umat Islam yang mendukung khalifah rasyidun, Nasr menambahkan, para Nabi mencerminkan warisan Nabi dan merupakan penyampaian risalahnya kepada generasi-generasi berikut.
"Pada masyarakat Muslim awal, para sahabat menempati kedudukan yang terhormat dan di antara mereka, empat khalifah pertama berdiri tegak sebagai kelompok yang menonjol," ujar dia. "Melalui sahabat-sahabatlah, hadits (ucapan-ucapan) dan sunnah (cara hidup) Nabi sampai ke generasi kedua kaum Muslimin."
Namun bagi Syiah yang memusatkan pada masalah walayat dan menekankan kandungan batiniah risalah kenabian, menurut Nasr, melihat pada diri Ali dan Ahlul Bait Nabi sebagai satu-satunya saluran penyampaian risalah Islam yang asli.
Peneliti INSIST (Institute for The Study of Islamic Thought and Civilizations) Henri Sholahuddin menegaskan bahwa problem mendasar perbedaan antara sunni dan syiah ada pada perkara yang pokok sehingga sulit ditemukan kesamaan dan persamaannya dengan aqidah ummat Islam.
“Problem mendasar sunni vs syiah adalah problem ushuliyah, bukan problem fiqih yang menyangkut perbedaan furuiyah ijtihadiyah,” ujarnya saat acara Diskusi Bedah Majalah ISLAMIA edisi terbaru yang mengangkat tema utama, ” Syiah dan Ahlusunnah, Beda Aqidah, Ajaran atau Politik?” yang digelar oleh INSIST di Gedung Diskusi INSIST, Jalan Kalibata Utara, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu Sabtu (9/3/2013) seperti dikutip dari an-najah.net.
Jika dalam fiqh, muaranya adalah hukum khata’-shawab (salah/betul). Namun, dalam persoalan beda aqidah akan berujung pada status haq atau bathil. Kesalahan ijtihad dalam fiqh bisa berpahala satu, namun kesalahan dalam aqidah bisa menjerumuskan orang pada kesesatan bahkan kekufuran, terang Henri.
Sayangnya, di Indonesia para tokoh-tokoh ormas islam justru malah mengeluarkan pernyataan yang bernada ‘membela’ ajaran syiah. Seperti Said Agil Siradj yang merupakan Ketua PBNU. Padahal pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asyar dengan tegas pernah memfatwakan kesesatan syiah.
Menurut Henri, sejatinya, Syiah adalah paguyuban politik, sehingga kelompok ini selalu berupaya untuk mencapai kekuasaan. “Syiah sejak awal adalah paguyuban atau partai politik,” ujar penulis buku yang juga kandidat doktor di Universiti Malaysia ini. Namun, ia melanjutkan, Syiah berhasil memanipulasi ajarannya yang melakukan fanatisme berlebihan terhadap Ali Bin Abi Thalib.
Hal ini akan semakin jelas kita pahami jika kita juga ikut memahami sejarah awal lahirnya syiah yang diawali dari proses tahkim (arbitrase) kepemimpinan Islam pada zaman Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah radhiyallahu ‘anhuma.
Tahun 632 yang jadi masalah terutama soal politik perorangan. Sengketa berpangkal pada pertanyaan, bagaimana cara tepat menentukan pengganti Muhammad. Demikian dikatakan pakar Islam Lutz Berger dari Universitas Kiel, dan menambahkan, "Awalnya adalah konflik politik mengenai pengganti dan kepentingan kelompok. Konflik politik itu kemudian dijadikan masalah agama."
Syi’ah (Bahasa Arab: شيعة, Bahasa Persia: شیعه) ialah salah satu aliran atau mazhab dalam Islam. Syi'ah menolak kepemimpinan dari tiga Khalifah Sunni pertama seperti juga Sunni menolak Imam dari Imam Syi'ah. Bentuk tunggal dari Syi'ah adalah Syī`ī (Bahasa Arab: شيعي.) menunjuk kepada pengikut dari Ahlul Bait dan Imam Ali. Sekitar 90% umat Muslim sedunia merupakan kaum Sunni, dan 10% menganut aliran Syi'ah.
Muslim Syi'ah percaya bahwa Keluarga Muhammad (yaitu para Imam Syi'ah) adalah sumber pengetahuan terbaik tentang Qur'an dan Islam, guru terbaik tentang Islam setelah Nabi Muhammad, dan pembawa serta penjaga tepercaya dari tradisi Sunnah.
Secara khusus, Muslim Syi'ah berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib, yaitu sepupu dan menantu Muhammad dan kepala keluarga Ahlul Bait, adalah penerus kekhalifahan setelah Nabi Muhammad, yang berbeda dengan khalifah lainnya yang diakui oleh Muslim Sunni. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dipilih melalui perintah langsung oleh Nabi Muhammad, dan perintah Nabi berarti wahyu dari Allah.
Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Abu Bakar menjadikan perbedaan pandangan yang tajam antara Syi'ah dan Sunni dalam penafsiran Al-Qur'an, Hadits, mengenai Sahabat, dan hal-hal lainnya. Sebagai contoh perawi Hadits dari Muslim Syi'ah berpusat pada perawi dari Ahlul Bait, sementara yang lainnya seperti Abu Hurairah tidak dipergunakan.
Tanpa memperhatikan perbedaan tentang khalifah, Syi'ah mengakui otoritas Imam Syi'ah (juga dikenal dengan Khalifah Ilahi) sebagai pemegang otoritas agama, walaupun sekte-sekte dalam Syi'ah berbeda dalam siapa pengganti para Imam dan Imam saat ini.
Allamah M.H. Thabathaba’i, profesor studi Islam di Universitas George Washington Amerika Serikat, Seyyed Hossein Nasr, 79, mengatakan ada lima prinsip agama atau ushuluddin Islam Syiah, yaitu:
1.Tauhid, yakni kepercayaan kepada keesaan Ilahi
2.Nubuwat, yakni kenabian
3.Ma’ad, yakni kehidupan akhirat
4.Imamah atau keimanan, yakni kepercayaan adanya imam-imam sebagai pengganti nabi
5.Adil atau Keadilan Ilahi.
Menurut Nasr, dalam tiga prinsip dasar, yakni Tauhid, Nubuwat, dan Ma’ad, Sunni dan Syiah bersepakat.
“Hanya dua prinsip dasar yang lain, yakni Imamah dan Keadilan, mereka berbeda,” ujar dia.
Bagi Sunni, menurut profesor studi Islam yang lahir di Iran dan beragama Islam ini, sebagaimana dibawa oleh Nabi ke dunia ini, mencapai masyarakat Sunni lewat para sahabatnya.Yang terkenal antara lain Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali.
Juga beberapa yang lainnya seperti Anas, Salman, dan selama generasi-generasi berikutnya melalui para ulama dan sufi.
Namun, bagi masyarakat Syiah, barokah Al-Quran itu sampai kepada mereka, terutama melalui Ali dan Ahlul Bait (diterjemahkan dalam buku ini sebagai anggota keluarga/rumah tangga Nabi).
"Kecintaan yang dalam terhadap Ali dan keturunannya, melalui Fatimah, inilah yang membuat terjadinya kekurangan perhatian terhadap, bahkan pengabaian sahabat-sahabat yang lain, dalam Islam Syiah," ujar Nasr.
Bagi kebanyakan umat Islam yang mendukung khalifah rasyidun, Nasr menambahkan, para Nabi mencerminkan warisan Nabi dan merupakan penyampaian risalahnya kepada generasi-generasi berikut.
"Pada masyarakat Muslim awal, para sahabat menempati kedudukan yang terhormat dan di antara mereka, empat khalifah pertama berdiri tegak sebagai kelompok yang menonjol," ujar dia. "Melalui sahabat-sahabatlah, hadits (ucapan-ucapan) dan sunnah (cara hidup) Nabi sampai ke generasi kedua kaum Muslimin."
Namun bagi Syiah yang memusatkan pada masalah walayat dan menekankan kandungan batiniah risalah kenabian, menurut Nasr, melihat pada diri Ali dan Ahlul Bait Nabi sebagai satu-satunya saluran penyampaian risalah Islam yang asli.
Peneliti INSIST (Institute for The Study of Islamic Thought and Civilizations) Henri Sholahuddin menegaskan bahwa problem mendasar perbedaan antara sunni dan syiah ada pada perkara yang pokok sehingga sulit ditemukan kesamaan dan persamaannya dengan aqidah ummat Islam.
“Problem mendasar sunni vs syiah adalah problem ushuliyah, bukan problem fiqih yang menyangkut perbedaan furuiyah ijtihadiyah,” ujarnya saat acara Diskusi Bedah Majalah ISLAMIA edisi terbaru yang mengangkat tema utama, ” Syiah dan Ahlusunnah, Beda Aqidah, Ajaran atau Politik?” yang digelar oleh INSIST di Gedung Diskusi INSIST, Jalan Kalibata Utara, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu Sabtu (9/3/2013) seperti dikutip dari an-najah.net.
Jika dalam fiqh, muaranya adalah hukum khata’-shawab (salah/betul). Namun, dalam persoalan beda aqidah akan berujung pada status haq atau bathil. Kesalahan ijtihad dalam fiqh bisa berpahala satu, namun kesalahan dalam aqidah bisa menjerumuskan orang pada kesesatan bahkan kekufuran, terang Henri.
Sayangnya, di Indonesia para tokoh-tokoh ormas islam justru malah mengeluarkan pernyataan yang bernada ‘membela’ ajaran syiah. Seperti Said Agil Siradj yang merupakan Ketua PBNU. Padahal pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asyar dengan tegas pernah memfatwakan kesesatan syiah.
Menurut Henri, sejatinya, Syiah adalah paguyuban politik, sehingga kelompok ini selalu berupaya untuk mencapai kekuasaan. “Syiah sejak awal adalah paguyuban atau partai politik,” ujar penulis buku yang juga kandidat doktor di Universiti Malaysia ini. Namun, ia melanjutkan, Syiah berhasil memanipulasi ajarannya yang melakukan fanatisme berlebihan terhadap Ali Bin Abi Thalib.
Hal ini akan semakin jelas kita pahami jika kita juga ikut memahami sejarah awal lahirnya syiah yang diawali dari proses tahkim (arbitrase) kepemimpinan Islam pada zaman Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah radhiyallahu ‘anhuma.
Kebanyakan kaum muslimin mengira Syi'ah
hanyalah khilafiyah atau salah satu madzhab seperti madzhab-madzhab
yang umumnya dianut oleh kebanyakan kaum muslimin di Indonesia seperti
Syafi'i, Hambali, Maliki dan Hanafi. Padahal MUI juga telah mengeluarkan fatwa bahwa Syi’ah adalah agama kafir ( download fatwa MUI tentang Syi'ah ). Simaklah perbedaan berikut antara Islam dengan Syi'ah.
1. Pembawa Agama Islam adalah Muhammad Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.1. Pembawa Agama Syi’ah adalah seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba’ Al Himyari.
[Majmu' Fatawa, 4/435]
2. Rukun Islam menurut agama Islam:
- Dua Syahadat
- Shalat
- Puasa
- Zakat
- Haji
2. Rukun Islam ala agama Syi’ah:
- Shalat
- Puasa
- Zakat
- Haji
- Wilayah/Kekuasaan
3. Rukun Iman menurut agama Islam ada 6 perkara, yaitu:
- Iman Kepada Allah
- Iman Kepada Malaikat
- Iman Kepada Kitab-Kitab
- Iman Kepada Para Rasul
- Iman Kepada hari qiamat
- Iman Kepada Qadha Qadar.
- Tauhid
- Kenabian
- Imamah
- Keadilan
- Qiamat
4. Kitab suci kaum Syi’ah Mushaf Fathimah yang berjumlah 17.000 ayat (lebih banyak tiga kali lipat dari Al Qur’an milik kaum Muslimin).
[Lihat kitab mereka Ushulul Kafi karya Al Kulaini 2/634]
5. Adzan menurut Agama Islam:
- (Allōhu akbar) 4 kali
- (Asyhadu allā ilāha illallōh) 2 kali
- (Asyhadu anna Muhammadan rōsulullōh) 2 kali
- (Hayya ‘alash Sholāh) 2 kali
- (Hayya ‘alal falāh) 2 kali
- (Allōhu akbar) 2 kali
- (Lā ilāha illallōh) 1 kali
- Lihat Video Adzan Agama Islam
- (Allōhu akbar) 4 kali
- (Asyhadu allā ilāha illallōh) 2 kali
- (Asyhadu anna Muhammadan rōsulullōh) 2 kali
- (Asyhadu anna ‘Aliyyan waliyullōh) 2 kali
- (Hayya ‘alash Sholāh) 2 kali
- (Hayya ‘alal falāh) 2 kali
- (Hayya ‘alā khoiril ‘amal) 2 kali
- (Allōhu akbar) 2 kali
- (Lā ilāha illallōh) 2 kali
- Lihat Video Adzan Agama Syiah
6. Agama Syi’ah meyakini bahwa shalat diwajibkan hanya pada 3 waktu saja.
7. Islam meyakini bahwa shalat Jum’at hukumnya wajib. [QS Al Jumu'ah:9]
7. Agama Syi’ah meyakini bahwa shalat jum’at hukumnya tidak wajib.
8. Islam menghormati seluruh sahabat Rasulullah dan meyakini mereka orang-orang terbaik yang digelari Radhiallohu ‘Anhum oleh Allah. [QS At Taubah 9:100]
8. Agama Syi’ah meyakini bahwa seluruh sahabat Rasulullah telah kafir (Murtad) kecuali Ahlul Bait (versi mereka), salman Al Farisi, Al Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifari.
[Ar Raudhoh Minal Kafi Karya Al Kulaini 8/245-246]
9. Islam meyakini bahwa Abu Bakar adalah orang terbaik dari umat ini setelah Rasulullah, kemudian setelahnya Umar bin Al Khatthab, lalu Utsman bin ‘Affan, lalu ‘Ali bin Abi Thalib.
9. Agama Syi’ah meyakini bahwa orang terbaik setelah Rasulullah adalah Ali bin Abi Thalib, adapun Abu Bakar dan Umar bin Al Khatthab adalah dua berhala Quraisy yang terlaknat.
[Ajma'ul Fadha'ih karya Al Mulla Kazhim hal. 157].
10. Islam meyakini bahwa Abu bakar adalah orang yang paling berhak menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah.
10. Agama Syi’ah meyakini bahwa orang yang paling berhak menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah adalah Ali bin Abi Thalib.
11. Islam meyakini bahwa Abu Bakar adalah khalifah pertama yang sah.11. Agama Syi’ah memposisikan Abu Bakar sebagai perampas kekhalifahan dari ‘Ali bin Abi Thalib
12. Islam meyakini bahwa Mu’awiyah bin Abi Sufyan, ‘Amr bin Al ‘Ash, Abu Sufyan termasuk sahabat Rasulullah
12. Agama Syi’ah meyakini bahwa mereka pengkhianat dan telah kafir (Murtad) dari Islam.
13. Tata shalat agama Islam Lihat Videonya
13. Tata shalat agama Syiah Lihat Videonya
Perhatian: Semua yang kami sampaikan ini bersumberkan dari kitab-kitab yang mereka jadikan rujukan dan sebagiannya dari situs resmi mereka.
Lihat video Lainnya tentang Kesesatan syiah videosyiah.com
Semoga tulisan tentang Bukti Syi'ah Bukan Islam yang singkat ini bisa menyadarkan kaum muslimin akan bahaya Syi’ah (Sumber)
Wallahu allam bishowab.
Tidak ada komentar
Posting Komentar