Paling tidak terdapat empat ungkapan di dalam Al Qur'an untuk menyebutkan umat Yahudi, yaitu Bani Israil, Yahud, Hud dan Hadu.
Al-Qur’an menyebutkan kata Yahudi sebanyak delapan kali, satu di antaranya dalam bentuk kata sifat. Kata Yahudi termuat dalam Surat al-Baqarah 02:113 dan 120, Surat al-Ma’idah 05:18, 51, 64 dan 82 dan Surat al-Taubah 09:30. Semua ayat yang menyebutkan kata Yahudi, termasuk kategori ayat madaniyah, yakni ayat yang diwahyukan sesudah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam hijrah ke kota Yastrib (Madinah).
“Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nashrani itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili di antara mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya.” [QS al-Baqarah 2:113]
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” [QS al-Baqarah 2:120]
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani mengatakan: "Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?" (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu).” [QS al-Ma’idah 5:18]
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.” [QS al-Ma’idah 5:51]
“Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.”[QS al-Ma’idah 5:64]
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nashrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nashrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.”[QS al-Ma’idah 5:82]
“Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putra Allah" dan orang Nashrani berkata: "Al Masih itu putra Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?”[QS at-Taubah 9:30]
Dengan sebutan Bani Isra’il, ditampilkan 40 kali, baik dalam ayat yang termasuk kategori makkiyah maupun madaniyah. Kata Isra’il disebut hanya sekali dalam Surat Maryam 19:58, yang termasuk kategori ayat Madaniyah. (Baqi, 1981 : 33, 137 dan 775).
“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israel, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” [QS Maryam 19:58]
Sebutan Hud (an) disebut di dalam surat al-Baqarah 02:111, 135 dan 140 yang termasuk katagori ayat madaniyah. Di sini perlu dibedakan antara kata Hud (an) dalam ayat tersebut di atas yang menunjuk kepada umat atau bangsa, dengan kata yang sama dalam surat al-A'raf 07:65, surat Hud 11:50 dan 58 yang menunjuk nama seorang nabi, yaitu Nabi Hud. Yang kedua ini semuanya termasuk katagori ayat makkiyah.
“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nashrani". Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar".” [QS al-Baqarah 02:111]
“Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nashrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah: "Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik". [QS al-Baqarah 02:135]
“ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nashrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakqub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nashrani? Katakanlah: "Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.” [QS al-Baqarah 02:140]
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Ad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" [QS a’-‘Araf 7:65]
“Dan kepada kaum Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanyalah mengada-adakan saja.” [QS Hud 50]
“Dan tatkala datang adzab Kami, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami; dan Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari `adzab yang berat.”[QS Hud 58]
Sebutan Hadu dimuat sebanyak 10 kali, dua di antaranya termasuk kategori makkiyah.
Kata Isra’il dalam bahasa Hebrew (Ibrani) mempunyai arti Prince of God (Penrice, 1971 : 05) dan dipakai untuk sebutan atau laqab bagi Nabi Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim (Ismail Ibrahim, 1968 : 38, bandingkan dengan Kejadian 32:28 dan 35:10). Menurut Surat al-Ma’idah 05:12, Bani Isra’il terdiri dari 12 naqib, yaitu duabelas kelompok, yang terdiri dari duabelas anak laki-laki Nabi Ya’qub dan isteri-isterinya. Nama anak-anak tersebut, sebagaimana disebutkan dalam Perjanjian Lama (Taurat) Kitab Kejadian 35 : 22-26 adalah Rubin, Simeon, Levi, Yehuda, Issachar, Zebulon (dari isteri Ya’qub bernama Lea), Yusuf, Benyamin (dari isteri Ya’qub bernama Rachel), Dan, Naftali (dari isteri Ya’qub bernama Bilha), Gad dan Asier (dari isteri Ya’qub bernama Zilpa).
“Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israel dan telah Kami angkat di antara mereka dua belas orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barang siapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus".” [QS al-Ma’idah 5:12]
“Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!". Maka memancarlah daripadanya duabelas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. (Kami berfirman); "Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah Kami rezekikan kepadamu". Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri.” [QS al-‘Araf 7:160]
“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing) Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.” [QS al-Baqarah 2:60]
Pada masa kepemimpinan Nabi Musa Alaihissalam, umat Yahudi merupakan suku (qabilah) yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah 02:60, dan Surat al-A’raf 07:160. Dari keterangan tentang duabelas mata air, nampak-nya masing-masing putera Nabi Ya'qub membangun kelompok tersendiri. Di dalam Perjanjian Lama, KitabKejadian 49:28 dan Keluaran 24:04 dijelaskan bahwa Nabi Musa Alaihissalam membangun duabelas tugu di satu mezbah yang berlokasi di kaki bukit Torsina, sebagai lambang eksistensi duabelas naqib tersebut di depan.
Nabi Musa Alaihissalam menerima wahyu al-Kitab sebagai petunjuk bagi Bani Isra’il (al-Isra’ 17:02). Di antara isinya adalah larangan menyembah tuhan selain Allah, perintah berbuat baik kepada orang tua, kerabat, anak yatim dan kaum miskin, berbicara yang baik, mendirikan salat dan menunaikan zakat (al-Baqarah 02:82, bedakan dengan Ulangan 05:06-21 ).
Selain al-Kitab, mereka dianugerahi pula suksesi para rasul dari kalangan umat Yahudi, kebaikan dan keutamaan di muka bumi (al- Jasiyah 45:16 ). Namun dalam pelaksanaannya, aturan-aturan yang baik itu kurang mendapat perhatian disebabkan hati mereka yang kaku. Al-Qur’an memberikan gambaran tentang sifat dan sikap umat Yahudi yang negatif, yaitu : mempermainkan agama (al-Ma’idah 05:57), menjadikan al-Kitab hanya sebagai lambang dan kebanggaan saja (al-Jumu’ah 62:05 ), lebih berani mendustakan bahkan membunuh nabi (al-Ma’idah 05:70 ), merobah al-Kitab (al-Baqarah 02:75, al-Nisa’ 04:46), memalsukan agama (al-Baqa-rah 02:79), memanipulasikan informasi (al-Baqarah 02:174), suka khianat (-Baqoroh 02:64), suka melanggar aturan (al-Baqarah 02:65), konfrontatif (al-Baqarah 02:44 ), cenderung kepada kemusyrikan (al-Baqarah 02:92 ), sangat takut mati (al-Jumu’ah 62:07), bergelimang riba (al-Nisa’ 04:53 ), paling memusuhi umat beriman (al-Ma’idah 05:82 ) dan lain sebagainya.
Di saat mereka berada dalam kondisi lemah, sikap tersebut diselubungi dengan rapi dan mereka membentuk al-jam’iyat al-sirriyah, sebagaimana diistilah kan oleh Le Beaume dalam Le Koran Analyze, terj., 1955:354, yaitu gerakan bawah tanah, organisasi kamuflase, untuk menyebarkan kerusakan dan permusuh an (al-Mujadilah 58:08).
Menurut informasi al-Qur’an. genealogi Yahudi berpangkal dari Nabi Ibrahim Alaihissalam melalui puteranya Nabi Ishaq Alaihissalam, yang kemudian menurunkan Nabi Ya’qub Alaihissalam dengan duabelas puteranya. Kekeluargaan Yahudi bersifat patrialchal (Brandon, 1970 : 378 ), dan keyakinan tentang ketuhanan yang dianut, sesuai dengan yang termaktub di dalam al-Kitab adalah keyakinan monotheism.
Gerakan Yahudi berkembang dalam dua bentuk sesuai dengan kondisi nyata yang mereka hadapi, yaitu pada saat mereka mempunyai kekuatan yang cukup untuk tampil terbuka, gerakannya dilakukan secara terbuka, tetapi di saat mereka tertindas oleh kekuatan lain, gerakan itu tidak mandeg, tetapi berubah menjadi gerakan bawah tanah, yang dengan penuh kepercayaan mengembangkan kekuatan untuk bangkit sebagai gerakan terbuka.
Pada masa Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, di Yasrib (Madinah) gerakan bawah tanah ini diperankan oleh Banu Quraizah, Banu al-Nadir dan Banu Qainuqa’, yang kemudian karena gerakan itu tercium oleh umat Islam, kelompok itu dievakuasi (ijla') dari kota Madinah. Banyak yang beranggapan bahwa evakuasi itu karena agama atau etnis, tetapi kenyataan sejarah menyatakan bahwa evakulasi dari Madinah karena kejahatan konspirasi untuk menjatuhkan Rasulullah, Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, yang bisa saja sanksi seperti itu dijatuhkan kepada kelompok lain.
Namun, nampaknya di dalam al-Qur’an informasi tentang sikap dan prilaku umat Yahudi benar-benar disampaikan secara objektif . Di dalam al-Qur'an dinyatakan dengan tegas bahwa umat Yahudi tidak seluruhnya bersikap dan berprilaku negatif. Misalnya pernyataan yang tersebut di dalam Surat al-A’rof 07:162 menggambarkan bahwa yang mengubah perintah al-Kitab itu bukan seluruh umat Yahudi tetapi dinyatakan dengan ungkapan, orang-orang yang zalim di antara mereka... . Demikian pula pernyataan yang tersebut di dalam Surat al-Baqarah 02:75 menggambarkan bahwa yang melakukan perubahan terhadap wahyu yang diturunkan itu bukan seluruh umat Yahudi, tetapi dinyatakan dengan ungkapan, ada sebagian dari mereka yang mendengar kalamullah, kemudian mengubahnya ...
Dalam surat al-Nisa' 04:46 dan 160 ; surat al-Maidah 05:41 yang menginformasikan sifat dan perilaku negatif umat Yahudi, terkesan tidak digeneralisasikan, sebab dalam susunan ayat-ayat tersebut selalu dipakai huruf min, yang lazim disebut sebagai min tab'idiyah, yakni huruf min yang menunjuk pada sebagian yang disebut, bukan seluruhnya.
Dengan demikian al-Qur’an tidak menggeneralisasikan sikap dan prilaku negatif tersebut terhadap keseluruhan bangsa Yahudi dan tidak secara a priori menyatakan bahwa Yahudi itu negatif. Demikian pula praktik yang dilakukan oleh umat Islam di zaman permulaan, di Yasrib (Madinah) pada saat dibuatnya Misaq Madinah, ummat Yahudi ditempatkan sejajar dengan umat Islam disertai jaminan hak dan beban kewajiban yang sama, dalam masalah yang berkaitan dengan kepentingan umum di kota Madinah ( Pasal 27 Misaq Madinah).
Evakuasi (ijla') umat Yahudi dari Madinah, sebagaimana telah disinggung di depan, bukan karena agamanya,juga bukan karena etnisnya, atau karena sentimen Arab-Israel, tetapi semata-mata karena pelanggaran melakukan konspirasi bersama kekuatan Quraisy dari Makkah yang bertujuan menjatuhkan kepemimpin an Rasulullah, Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Jadi masalahnya bukan menyangkut sentimen antar agama, sentimen antar etnik atau sentimen politik, tetapi masalahnya adalah pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan satu pihak, yang mungkin bisa terjadi juga pada pihak lain, termasuk kelompok umat Islam sendiri.
Dari paparan al-Qur'an dan praktik Rasulullah, Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam di atas, dapat digambarkan bahwa suatu kondisi dan pengaruh moralitas tertentu dapat membuat sekelompok orang dari suatu bangsa berbuat negatif. Dan yang jelas keadaan seperti tersebut bukan hanya merupakan sesuatu yang spesifik umat Yahudi, bukan sesuatu yang merupakan monopoli umat Yahudi, tetapi dapat pula dilakukan oleh umat yang lain.
Al-Qur’an menyebutkan kata Yahudi sebanyak delapan kali, satu di antaranya dalam bentuk kata sifat. Kata Yahudi termuat dalam Surat al-Baqarah 02:113 dan 120, Surat al-Ma’idah 05:18, 51, 64 dan 82 dan Surat al-Taubah 09:30. Semua ayat yang menyebutkan kata Yahudi, termasuk kategori ayat madaniyah, yakni ayat yang diwahyukan sesudah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam hijrah ke kota Yastrib (Madinah).
“Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nashrani itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili di antara mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya.” [QS al-Baqarah 2:113]
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” [QS al-Baqarah 2:120]
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani mengatakan: "Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?" (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu).” [QS al-Ma’idah 5:18]
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.” [QS al-Ma’idah 5:51]
“Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.”[QS al-Ma’idah 5:64]
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nashrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nashrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.”[QS al-Ma’idah 5:82]
“Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putra Allah" dan orang Nashrani berkata: "Al Masih itu putra Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?”[QS at-Taubah 9:30]
Dengan sebutan Bani Isra’il, ditampilkan 40 kali, baik dalam ayat yang termasuk kategori makkiyah maupun madaniyah. Kata Isra’il disebut hanya sekali dalam Surat Maryam 19:58, yang termasuk kategori ayat Madaniyah. (Baqi, 1981 : 33, 137 dan 775).
“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israel, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” [QS Maryam 19:58]
Sebutan Hud (an) disebut di dalam surat al-Baqarah 02:111, 135 dan 140 yang termasuk katagori ayat madaniyah. Di sini perlu dibedakan antara kata Hud (an) dalam ayat tersebut di atas yang menunjuk kepada umat atau bangsa, dengan kata yang sama dalam surat al-A'raf 07:65, surat Hud 11:50 dan 58 yang menunjuk nama seorang nabi, yaitu Nabi Hud. Yang kedua ini semuanya termasuk katagori ayat makkiyah.
“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nashrani". Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar".” [QS al-Baqarah 02:111]
“Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nashrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah: "Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik". [QS al-Baqarah 02:135]
“ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nashrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakqub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nashrani? Katakanlah: "Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.” [QS al-Baqarah 02:140]
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Ad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" [QS a’-‘Araf 7:65]
“Dan kepada kaum Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanyalah mengada-adakan saja.” [QS Hud 50]
“Dan tatkala datang adzab Kami, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami; dan Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari `adzab yang berat.”[QS Hud 58]
Sebutan Hadu dimuat sebanyak 10 kali, dua di antaranya termasuk kategori makkiyah.
Kata Isra’il dalam bahasa Hebrew (Ibrani) mempunyai arti Prince of God (Penrice, 1971 : 05) dan dipakai untuk sebutan atau laqab bagi Nabi Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim (Ismail Ibrahim, 1968 : 38, bandingkan dengan Kejadian 32:28 dan 35:10). Menurut Surat al-Ma’idah 05:12, Bani Isra’il terdiri dari 12 naqib, yaitu duabelas kelompok, yang terdiri dari duabelas anak laki-laki Nabi Ya’qub dan isteri-isterinya. Nama anak-anak tersebut, sebagaimana disebutkan dalam Perjanjian Lama (Taurat) Kitab Kejadian 35 : 22-26 adalah Rubin, Simeon, Levi, Yehuda, Issachar, Zebulon (dari isteri Ya’qub bernama Lea), Yusuf, Benyamin (dari isteri Ya’qub bernama Rachel), Dan, Naftali (dari isteri Ya’qub bernama Bilha), Gad dan Asier (dari isteri Ya’qub bernama Zilpa).
“Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israel dan telah Kami angkat di antara mereka dua belas orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barang siapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus".” [QS al-Ma’idah 5:12]
“Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!". Maka memancarlah daripadanya duabelas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. (Kami berfirman); "Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah Kami rezekikan kepadamu". Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri.” [QS al-‘Araf 7:160]
“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing) Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.” [QS al-Baqarah 2:60]
Pada masa kepemimpinan Nabi Musa Alaihissalam, umat Yahudi merupakan suku (qabilah) yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah 02:60, dan Surat al-A’raf 07:160. Dari keterangan tentang duabelas mata air, nampak-nya masing-masing putera Nabi Ya'qub membangun kelompok tersendiri. Di dalam Perjanjian Lama, KitabKejadian 49:28 dan Keluaran 24:04 dijelaskan bahwa Nabi Musa Alaihissalam membangun duabelas tugu di satu mezbah yang berlokasi di kaki bukit Torsina, sebagai lambang eksistensi duabelas naqib tersebut di depan.
Nabi Musa Alaihissalam menerima wahyu al-Kitab sebagai petunjuk bagi Bani Isra’il (al-Isra’ 17:02). Di antara isinya adalah larangan menyembah tuhan selain Allah, perintah berbuat baik kepada orang tua, kerabat, anak yatim dan kaum miskin, berbicara yang baik, mendirikan salat dan menunaikan zakat (al-Baqarah 02:82, bedakan dengan Ulangan 05:06-21 ).
Selain al-Kitab, mereka dianugerahi pula suksesi para rasul dari kalangan umat Yahudi, kebaikan dan keutamaan di muka bumi (al- Jasiyah 45:16 ). Namun dalam pelaksanaannya, aturan-aturan yang baik itu kurang mendapat perhatian disebabkan hati mereka yang kaku. Al-Qur’an memberikan gambaran tentang sifat dan sikap umat Yahudi yang negatif, yaitu : mempermainkan agama (al-Ma’idah 05:57), menjadikan al-Kitab hanya sebagai lambang dan kebanggaan saja (al-Jumu’ah 62:05 ), lebih berani mendustakan bahkan membunuh nabi (al-Ma’idah 05:70 ), merobah al-Kitab (al-Baqarah 02:75, al-Nisa’ 04:46), memalsukan agama (al-Baqa-rah 02:79), memanipulasikan informasi (al-Baqarah 02:174), suka khianat (-Baqoroh 02:64), suka melanggar aturan (al-Baqarah 02:65), konfrontatif (al-Baqarah 02:44 ), cenderung kepada kemusyrikan (al-Baqarah 02:92 ), sangat takut mati (al-Jumu’ah 62:07), bergelimang riba (al-Nisa’ 04:53 ), paling memusuhi umat beriman (al-Ma’idah 05:82 ) dan lain sebagainya.
Di saat mereka berada dalam kondisi lemah, sikap tersebut diselubungi dengan rapi dan mereka membentuk al-jam’iyat al-sirriyah, sebagaimana diistilah kan oleh Le Beaume dalam Le Koran Analyze, terj., 1955:354, yaitu gerakan bawah tanah, organisasi kamuflase, untuk menyebarkan kerusakan dan permusuh an (al-Mujadilah 58:08).
Menurut informasi al-Qur’an. genealogi Yahudi berpangkal dari Nabi Ibrahim Alaihissalam melalui puteranya Nabi Ishaq Alaihissalam, yang kemudian menurunkan Nabi Ya’qub Alaihissalam dengan duabelas puteranya. Kekeluargaan Yahudi bersifat patrialchal (Brandon, 1970 : 378 ), dan keyakinan tentang ketuhanan yang dianut, sesuai dengan yang termaktub di dalam al-Kitab adalah keyakinan monotheism.
Gerakan Yahudi berkembang dalam dua bentuk sesuai dengan kondisi nyata yang mereka hadapi, yaitu pada saat mereka mempunyai kekuatan yang cukup untuk tampil terbuka, gerakannya dilakukan secara terbuka, tetapi di saat mereka tertindas oleh kekuatan lain, gerakan itu tidak mandeg, tetapi berubah menjadi gerakan bawah tanah, yang dengan penuh kepercayaan mengembangkan kekuatan untuk bangkit sebagai gerakan terbuka.
Pada masa Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, di Yasrib (Madinah) gerakan bawah tanah ini diperankan oleh Banu Quraizah, Banu al-Nadir dan Banu Qainuqa’, yang kemudian karena gerakan itu tercium oleh umat Islam, kelompok itu dievakuasi (ijla') dari kota Madinah. Banyak yang beranggapan bahwa evakuasi itu karena agama atau etnis, tetapi kenyataan sejarah menyatakan bahwa evakulasi dari Madinah karena kejahatan konspirasi untuk menjatuhkan Rasulullah, Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, yang bisa saja sanksi seperti itu dijatuhkan kepada kelompok lain.
Namun, nampaknya di dalam al-Qur’an informasi tentang sikap dan prilaku umat Yahudi benar-benar disampaikan secara objektif . Di dalam al-Qur'an dinyatakan dengan tegas bahwa umat Yahudi tidak seluruhnya bersikap dan berprilaku negatif. Misalnya pernyataan yang tersebut di dalam Surat al-A’rof 07:162 menggambarkan bahwa yang mengubah perintah al-Kitab itu bukan seluruh umat Yahudi tetapi dinyatakan dengan ungkapan, orang-orang yang zalim di antara mereka... . Demikian pula pernyataan yang tersebut di dalam Surat al-Baqarah 02:75 menggambarkan bahwa yang melakukan perubahan terhadap wahyu yang diturunkan itu bukan seluruh umat Yahudi, tetapi dinyatakan dengan ungkapan, ada sebagian dari mereka yang mendengar kalamullah, kemudian mengubahnya ...
Dalam surat al-Nisa' 04:46 dan 160 ; surat al-Maidah 05:41 yang menginformasikan sifat dan perilaku negatif umat Yahudi, terkesan tidak digeneralisasikan, sebab dalam susunan ayat-ayat tersebut selalu dipakai huruf min, yang lazim disebut sebagai min tab'idiyah, yakni huruf min yang menunjuk pada sebagian yang disebut, bukan seluruhnya.
Dengan demikian al-Qur’an tidak menggeneralisasikan sikap dan prilaku negatif tersebut terhadap keseluruhan bangsa Yahudi dan tidak secara a priori menyatakan bahwa Yahudi itu negatif. Demikian pula praktik yang dilakukan oleh umat Islam di zaman permulaan, di Yasrib (Madinah) pada saat dibuatnya Misaq Madinah, ummat Yahudi ditempatkan sejajar dengan umat Islam disertai jaminan hak dan beban kewajiban yang sama, dalam masalah yang berkaitan dengan kepentingan umum di kota Madinah ( Pasal 27 Misaq Madinah).
Evakuasi (ijla') umat Yahudi dari Madinah, sebagaimana telah disinggung di depan, bukan karena agamanya,juga bukan karena etnisnya, atau karena sentimen Arab-Israel, tetapi semata-mata karena pelanggaran melakukan konspirasi bersama kekuatan Quraisy dari Makkah yang bertujuan menjatuhkan kepemimpin an Rasulullah, Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Jadi masalahnya bukan menyangkut sentimen antar agama, sentimen antar etnik atau sentimen politik, tetapi masalahnya adalah pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan satu pihak, yang mungkin bisa terjadi juga pada pihak lain, termasuk kelompok umat Islam sendiri.
Dari paparan al-Qur'an dan praktik Rasulullah, Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam di atas, dapat digambarkan bahwa suatu kondisi dan pengaruh moralitas tertentu dapat membuat sekelompok orang dari suatu bangsa berbuat negatif. Dan yang jelas keadaan seperti tersebut bukan hanya merupakan sesuatu yang spesifik umat Yahudi, bukan sesuatu yang merupakan monopoli umat Yahudi, tetapi dapat pula dilakukan oleh umat yang lain.
Tidak ada komentar
Posting Komentar