Doktrin-Doktrin Ahmadiyah Yang Menyesatkan

DOKTRIN-DOKTRIN AHMADIYAH 
YANG MENYESATKAN

1. Dalam buku Riwayat Hidup Mirza Ghulam Ahmad - Imam Mahdi dan Masih Mau’ud Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, cetakan kedua, 1995 :

- Perkawinan Antar Sesama Ahmadi

"Pada tahun 1908 itu juga, untuk mendisiplinkan dan mengokohkan Jemaat, serta untuk memelihara ciri khas keahmadiyahan, Hazrat Ahmad as. telah menganjurkan kepada orang-orang Ahmadi peraturan-peraturan perkawinan serta cara-cara pergaulan hidup, dengan menetapkan bahwa wanita Ahmadi tidak boleh kawin dengan orang-orang non Ahmadi." (Hal.46)

- Pernyataan Sebagai Ahmadi Muslim

"Pada tahun 1901, akan diadakan sensus penduduk di seluruh India. Maka Hazrat Ahmad as. menerbitkan sebuah pengumuman kepada seluruh pengikut beliau untuk mencatatkan diri dalam sensus tersebut sebagai Ahmadi Muslim. Yakni, pada tahun itulah Hazrat Ahmad as. telah menetapkan nama Ahmadi bagi para pengikut beliau as., untuk membedakan diri dari orang-orang Islam lainnya". (Hal.47)

2. Dalam buku Ajaranku, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s., Yayasan Wisma Damai, Bogor, catakan keenam, 1993 :

- Ajaranku

"Hendaknya hal ini dipahami dengan jelas, bahwa bai'at hanya berupa ikrar di lidah saja tidaklah punya arti apa-apa, jika tidak ditunjang oleh suatu kebulatan tekad hendak melaksanakan janji itu sepenuh-penuhnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang mengamalkan ajaranku selengkapnya, ia masuk rumah ini - perihal rumah mana ada janji dari ALLAH SWT :

إني أُحافِظُ كلَّ مَنْ في الدَّارِ

Yakni: "Tiap-tiap orang yang berada di dalam dinding pagar rumahmu akan kuselamatkan."

Tetapi dalam hal ini hendaknya janganlah diartikan, bahwa perlindungan ILAHI ini hanya diberikan kepada mereka yang berdiam di dalam rumahku yang terbuat dari tanah dan batu bata ini, melainkan janji itu melingkupi pula mereka yang mentaati ajaranku se-lengkap-lengkapnya, dan yang karenanya benar2 dapat dikatakan sebagai penghuni rumah-rohaniku.” (Hal. 1)

- Yang Mendapat Kemuliaan Di Langit

"... Dan pada akhirnya, dari atas berkat rohaninya Tuhan mengirimkan kepada ummat manusia seorang Masih Mau’ud (Juru selamat yang dijanjikan) ke dunia ini, yang kedatangannya sangat diperlukan guna menyempurnakan bangunan gedung Islam". (Hal. 10)

"...Barangsiapa yang bai'at kepadaku dengan sesungguh-sungguhnya dan menjadi pengikutku dengan hati yang setulus-tulusnya, dan juga membuat dirinya mabuk di dalam ketaatan kepadaku hingga meninggalkan segala keinginan-keinginan pribadinya, rohku akan memberikan syafaat pada hari-hari yang penuh derita, bagi diri orang itu".
Oleh karena itu wahai sekalian orang-orang yang merasa dirinya terakui sebagai warga Jemaatku! Di Langit kamu sekalian akan dianggap sebagai warga Jemaatku, ...” (Hal. 11)

"..di dalam syariat Muhammad s.a.w akulah Masih Mau'ud. Oleh karena itu aku menghormati beliau sebagai rekanku .." (Hal. 14)

- Pintu Wahyu Masih Tetap terbuka

"Janganlah hendaknya kamu punya prakiraan bahwa wahyu ILAHI itu tidak mungkin lagi ada di waktu yang akan datang; bahwa wahyu itu hanya berlaku pada masa yang telah lampau saja; janganlah mengira bahwa Rohulkudus tidak dapat turun di waktu sekarang dan bahwa hal itu hanya berlaku di masa dahulu saja. Aku berkata dengan sebenar-benarnya, bahwa segala pintu dapat tertutup, akan tetapi pintu untuk datangnya Rohulkudus itu tidak pernah tertutup". (Hal. 27)

3. Dalam buku Memperbaiki Suatu Kesalahan, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s.), Jemaat Ahmadiyah Indonesia cabang Bandung, 1993:

- Memperbaiki Suatu Kesalahan (Eik Ghalthi Ka Izalah)

"Buktinya baru-baru ini seorang Ahmadi ditanyai oleh seorang yang tidak menyetujui pendirianku: “Orang yang kamu bai’at di tangannya, dia mengaku menjadi nabi dan rasul.” Ia menjawab dengan kata-kata yang mengingkarinya, padahal jawaban sedemikian itu adalah salah. Yang sebenarnya adalah bahwa itu wahyu suci dari Allah SWT yang diwahyukan kepadaku, di dalamnya mengandung kata-kata rasul, mursal dan nabi bukan hanya sekali atau dua kali, malah beratus-ratus kali digunakan". (Hal. 3)

Sebagian dari wahyu-wahyu Allah SWT itu, yang sudah tersiar dalam kitab Barahin Ahmadiyah, ialah sebagai berikut :

هُوَ الَّذِى اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ

"Dia-lah Allah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, guna memenangkan agama Islam di atas agama-agama lainnya". – lihat Barahin Ahmadiyah hal. 498).

"Di dalam wahyu ini nyata benar, bahwa aku dipanggil dengan nama Rasul ..." (Hal. 4)

"….. Lagi pula dalam kitab ini di dekat wahyu itu ada pula wahyu Allah Ta’ala :

مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ اَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

"Muhammad Rasulullah dan orang-orang yang beriman besertanya cukup berani dan sangat bersemangat terhadap orang-orang yang ingkar, tetapi lemah lembut dalam kasih terhadap sesama kawan mukmin” (Peny.).

Dalam wahyu ini Allah SWT menyebutkan namaku ‘Muhammad’ dan ‘Rasul’…” (Hal. 5)

".. Akan tetapi kalau seseorang yang telah benar-benar fana dalam “khatamannabiyin” dan sudah mendapat namanya karena sudah bersatu betul dengan tidak ada perlainan dan perbedaan sedikit jua pun, serta sudah sebagai cermin yang amat bersih yang di dalamnya kelihatan jelas wajah Muhammad SAW, maka orang itu dengan tidak merusak cap, akan dikatakan nabi, karena dia itu Muhammad, meskipun secara zhilli.
.. karena Muhammad yang kedua ini adalah gambaran dari Muhammad yang dahulu.” (Hal. 10)

“Dengan berdiri di sisi Baitullah aku bersumpah, bahwa wahyu-wahyu suci yang diturunkan kepadaku adalah semuanya firman Tuhan yang dahulu pernah menurunkan wahyu-wahyu-Nya kepada Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s., dan kepada yang mulia Muhammad Musthafa SAW.” (Hal. 13)

".. Jika ada orang yang marah, karena wahyu kepadaku ada yang menerangkan bahwa aku ini Nabi dan Rasul, maka dalam hal ini menunjukan kebodohannya sendiri, sebab kenabian dan kerasulan ini tidak merusak cap Allah Taala.

Jelaslah bahwa aku menyatakan mengenai diriku, bahwa Allah Ta’ala menyebut namaku dengan panggilan nabi dan rasul". (Hal. 15-16)

"Dan 20 tahun yang lalu, sebagai tersebut dalam kitab Barahin Ahmadiyah Allah Taala sudah memberikan nama Muhammad dan Ahmad kepadaku, dan menyatakan aku wujud beliau juga." (Hal. 16-17)

"..Dalam hal ini wujudku tidak ada, yang ada hanyalah Muhammad Musthafa SAW, dan itulah sebabnya aku dinamakan Muhammad dan Ahmad." (Hal. 25)

4. Dalam Majalah Bulanan resmi Ahmadiyah “Sinar Islam” edisi 1 Nopember 1985 (Nubuwwah 1364 HS), rubrik Tadzkirah:

Dalam wahyu ini Tuhan menyebutkanku Rasul-Nya, karena sebagaimana sudah dikemukakan dalam Brahin Ahmadiyah, Tuhan Maha Kuasa telah membuatku manifestasi dari semua Nabi, dan memberiku nama mereka. Aku Adam, Aku Seth, Aku Nuh, Aku Ibrahim, Aku Ishaq, Aku Ismail, Aku Ya’qub Aku Yusuf, Aku Musa, Aku Daud, Aku Isa, dan Aku adalah penjelmaan sempurna dari Nabi Muhammad SAW, yakni aku adalah Muhammad dan Ahmad sebagai refleksi. (Haqiqatul Wahyi, h. 72).” (Hal. 11-12)

5. Dalam Majalah Bulanan resmi Ahmadiyah “Sinar Islam” edisi 1 Juli 1986 (Wafa 1365 HS), pada salah satu tulisan dengan judul Ahmadiyah Bagaikan Bahtera Nuh Untuk Menyelamatkan Yang Berlayar Dengannya, oleh Hazrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifatul Masih IV, dinyatakan:

"Aku ingin menarik perhatian kalian kepada sebuah bahtera lainnya yang telah dibuat di bawah mata Allah dan dengan pengarahanNya. Kalian adalah bahtera itu, yakni Jemaat Ahmadiyah. Masih Mau’ud a.s. diberi petunjuk oleh Allah melalui wahyu yang diterimanya bahwa beliau hendaklah mempersiapkan sebuah Bahtera. Bahtera itu adalah Jemaat Ahmadiyah yang telah mendapat jaminan Allah bahwa barang siapa bergabung dengannya akan dipelihara dari segala kehancuran dan kebinasaan.”.………….

Bahtera ini, Jemaat Ahmadiyah, adalah sebuah Bahtera Suci yang memiliki ciri-ciri khas yang dibentuk di bawah mata Allah dan sesuai dengan pengarahan-Nya. Masih Mau’ud a.s. tidak ambil bagian dalam hal ini. Allah telah berfirman dengan jelas dan secara khusus bahwa semua rinciannya ditentukan oleh-Nya dan bahwa Bahtera itu dibuat dengan pengarahan-Nya. Dengan demikian, jika ajaran Masih Mau’ud a.s. dalam bentuk Jemaat Ahmadiyah adalah Bahtera Nuh tersebut, dan memang demikianlah sebenarnya, maka setiap bagiannya, setiap partikelnya dan setiap seginya, telah dibentuk dengan petunjuk-petunjuk Allah.

Oleh karena itu, tanggungan kalianlah untuk mememlihara ciri-ciri khas dari Jemaat ini".

“Ini adalah suatu pelajaran lain yang hendaknya diperhatikan oleh anggota-anggota Jemaat. Sungguh terdapat jaminan keamanan bagi mereka yang menaiki Bahtera Nuh, baik bagi para anggota keluarga Masih Mau’ud a.s. maupun bagi orang-orang yang, meskipun tidak mempunyai hubungan jasmani dengannya, menaiki Bahtera itu dengan jalan mengikuti ajaran beliau”. ………….

“Semoga Allah memberi kemampuan kepada kita untuk melindungi Bahtera ini dengan sebaik-baiknya, dengan ketakwaan dan ketabahan yang sempurna, dan dengan kebenaran yang sempurna – Bahtera yang telah dibina demi keselamatan seluruh dunia. Amin!”. (Hal. 12, 13, 16, 30)6.     Dalam buku Penawar Racun Fitnah terhadap Ahmadiyah – Tanggapan dan Penjelasan atas Buku Mengapa Saya Keluar dari Ahmadiyah Qadiani, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, cetakan kedua, 1992:

- Hikmah keluarnya Ahmad Hariadi

Dengan keluarnya Ahmad Hariadi dari Jemaat Ahmadiyah, berlaku pulalah firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لآئِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antaramu murtad dari agamanya, maka segera Allah akan mendatangkan suatu kaum yang dicintai-Nya mereka dan merekapun akan mencintai-Nya, mereka akan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin dan keras terhadap orang-orang kafir. Mereka akan berjuang di jalan Allah dan yang tidak takut akan celaan seorang pencela. Itulah karunia Allah. Dia memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah itu Maha Luas pemberian-Nya, Maha Mengetahui. (Al-Maidah : 55) – (Hal. 35-36)

- Penutup

“2. Di dalam menyatakan dirinya keluar/murtad dari Ahmadiyah, Ahmad Hariadi tidak mendasarkan pada akidah-akidah dari Ahmadiyah….” (Hal. 38)

7. Kutipan Anggaran Dasar Jemaat Ahmadiyah:

ANGGARAN DASAR DARI DJEMAAT AHMADIYAH INDONESIA

I. Nama dan Waktu didirikan :
Djemaat Ahmadiyah bagian Indonesia diberi nama Djemaat Ahmadiyah Indonesia dapat tempat kedudukan Djakarta dan didirikan pada tahun 1925 (M), untuk waktu yang tidak tertentu.

II. Maksud :
Maksud Djemaat ini ialah menyebarkan Agama Islam menurut peladjaran Hazrat Masih Mau'ud a.s. dan para Khalifahnya ke seluruh Indonesia, dan membantu Djemaat Ahmadiyah di luar Indonesia dalam hal itu.

8. Dalam buku Penjelasan Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Jemaat Ahamdiyah Indonesia, 1995 disebutkan:

Dikatakan oleh LPPI:

1) Bahwa aliran Ahmadiyah Qadiyan itu… berkeyakinan bahwa Mirza Ghulam Ahmad itu adalah Nabi dan Rasul dan barangsiapa yang tidak mempercayainya adalah kafir dan murtad. Oleh karena itu ajaran Ahmadiyah Qadiyan itu… harus dilarang di seluruh Indonesia.

Penjelasan Ahmadiyah:

Ahmadiyah meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad itu Nabi dan Rasul adalah berdasar pengakuan bahwa beliau mendapat wahyu dan diangkat oleh Tuhan. Jadi, bukan atas kemauan beliau sendiri. Tuhan mempunyai kekuasaan dan wewenang mengangkat siapa saja diantara hamba-hamba yang dipilih-Nya. (Lampiran VIII, Penjelasan Jemaat Ahmadiyah Indonesia terhadap keberatan-keberatan dari pihak Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam, hal. 1)

9. Dalam buku Ahmadiyah Apa dan Mengapa?, Syafi R. Batuah, Cetakan XVII, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1986:

-   Rasulkah Mirza Ghulam Ahmad?
“Menurut Al-Qur’an setiap nabi adalah rasul dan sebaliknya setiap rasul adalah nabi. Seorang dikatakan nabi karena ia mendapat khabar ghaib dari Allah swt. (subhanahu wa ta’ala) yang menyatakan ia adalah seorang “nabi”. Dan ia diutus oleh Allah swt kepada manusia. Selaras dengan itu Hadhrat Mirza Ghulam a.s adalah nabi dan rasul.” (hal 5)

-   Haruskah orang Islam percaya pada Mirza Ghulam Ahmad?
“Menurut ajaran Al-Qur’an mengenai kepercayaan pada Nabi kaum mukmin tidak boleh membeda-bedakan. Mereka harus mendengar dan patuh pada semua Nabi, terutama kepada Nabi yang ada pada masa mereka.

Hal ini berlaku terhadap Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. Beliau ialah nabi dan rasul Allah. Karena itu orang-orang Islam harus percaya padanya. Kalau tidak demikian mereka tidaklah mengikuti seluruh ajaran Al-Qur’an. Di samping itu Nabi Muhamad saw. sendiri berpesan tegas bahwa kalau datang imam Mahdi yang dijanjikan beliau di akhir zaman maka orang-orang Islam harus ikut padanya walau halangan apa juga yang menghambat. Karena Imam Mahdi itu sudah datang – yaitu Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s.- maka orang-orang Islam harus taat pada beliau. Kalau tidak begitu mereka tidak mengindahkan pesan Nabi Muhamad saw. Kebenaran dakwaan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s dapat diuji dengan al-Qur’an dan Hadis.” (Hal. 22-23)

10. Dalam Buku Putih Kami Orang Islam, disebutkan:

"Menolak atau mengingkari seorang Nabi berarti menolak atau mengingkari semua Nabi  (An-Nisa 150-151;As-Syu’ara 105,123,141,160,176). – (Hal. 70)

"Setiap orang yang bermaksud menyerang padaku berarti orang itu menaruh dirinya dalam api yang menyala-nyala. Ketahuilah orang itu bukannya menyerang padaku, tetapi menyerang pada wujud (Allah) yang mengutusku. Wujud itu berfirman: “Inni Muhiinun man araada ihaanataka.” Maksudnya: “Aku akan menghina orang-orang yang bermaksud menghinamu".  (hal. 90)

11. Dalam buku AjaranKu karangan Mirza Ghulam Ahmad terbitan Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1993:

“Barangsiapa yang baiat kepadaku dengan sesungguh-sungguhnya dan menjadi pengikutku dengan hati yang setulus-tulusnya dan juga membuat dirinya mabuk di dalam ketaatan kepadaku hingga meninggalkan segala keinginan-keinginan pribadinya, rohku akan memberikan syafaat pada hari-hari yang penuh derita.” (Hal. 15)

12.Dalam buku Apakah Ahmadiyah itu? Karangan HZ. Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal 63-64:

"Hadhrat Masih Mau’ud a.s tampil ke dunia dan dengan lantangnya menyatakan, bahwa Allah Ta’ala bercakap-cakap dengan beliau dan bukan dengan diri beliau saja, bahkan Dia bercakap-cakap dengan orang-orang yang beriman kepada beliau serta mengikuti jejak beliau, mengamalkan pelajaran beliau dan menerima petunjuk beliau. Beliau berturut-turut mengemukakan kepada dunia Kalam Ilahi yang sampai kepada beliau dan menganjurkan kepada para pengikut beliau, agar mereka pun berusaha memperoleh ni’mat serupa itu".

13. Dalam buku Amanat Imam Jemaat Ahmadiyah Khalifatul Masih IV Hazrat Mirza Tahir Ahmad Pada Peringatan Seabad Jemaat Ahmadiyah Tahun 1989 terbitan Panita Jalsah Salanah 2001,2002 Jemaat Ahmadiyah Indonesia :

"Saya bersaksi kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Yang Selamanya Hadir bahwa seruan Ahmadiyah tidak lain melainkan kebenaran. Ahmadiyah adalah Islam dalam bentuknya yang sejati. Keselamatan umat manusia bergantung pada penerimaan agama damai ini". (Hal. 6)

"Bilakhir, perkenankanlah saya dengan tulus ikhlas mengetuk hati anda sekalian sekali lagi agar sudi menerima seruan Juru Selamat di akhir zaman ini.” (Hal. 10)

14. Dalam buku Bahtera Nuh terbitan Jemaat Ahmadiyah Indonesia :

“Sebagaimana Nabi Nuh a.s diperintahkan membangun bahtera, demikian pula Hazrat Imam Mahdi a.s diperintahkan Allah Ta’ala untuk membangun bahtera.

"Naiklah kamu sekalian ke dalam bahtera ini dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. Tiada yang dapat melindungi hari ini dari takdir Ilahi selain Allah Yang Maha Penyayang,” demikian wahyu turun kepada beliau". (Prakata hal. i)

إِصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا إِنَّ الَّذِيْنَ يُبَايِعُوْنَكَ إَنّمَا يُبَايِعُوْنَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوقَ أَيْديْهِمْ

"Buatlah bahtera itu dengan pengawasan petunjuk wahyu kami. Barangsiapa yang baiat kepada engkau, mereka sesunguhnya baiat kepada Allah. Tangan Allah ada di atas tangan mereka."

Ayat-ayat ini wahyu ilahi dalam Al-Qur’an yang turun kepadaku :

ارْكَبُوْا فِيْهَا بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرسَاهَا لاَ عَا صِمَ الْيَوْمِ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلاَّ مَنْ رِحِمَ

“Naiklah kamu sekalian ke dalam bahtera ini dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan  berlabuhnya. Tiada yang dapat melindungi hari ini dari takdir ilahi selain Allah Yang Maha Penyayang.” (hal. iii)

“… Bahtera yang di anugrahkan kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s bukanlah terbuat dari papan dan paku melainkan terbuat dari sebuah ajaran.

“… Dia (Tuhan) akan menyelamatkan manusia. Sebab, siapapun yang tidak menaiki Bahtera ini tidak boleh berharap sedikitpun untuk mendapatkan keselamatan.”  (Kata Pengantar)

Tidak ada komentar

Posting Komentar