Segala puji hanya bagi Allah, Pengurus semesta alam. Shalawat serta Salam semoga senantiasa tercurah kepada Penutup para Nabi, utusan Allah yang mulia, Muhammad SAW.
Kaum Sunny (Ahlu Sunnah wal Jama’ah) di Iran menghadapi bermacam- macam penindasan serta pemusnahan dengan berbagai cara. Dan hal itu justru berlangsung sejak para Ayatullah menguasai pemerintahan sampai sekarang. Akan tetapi, jangan diartikan bahwa hal ini secara otomatis hanya dialami oleh kaum Sunny di Iran saja, anggapan seperti itu salah. Apalagi anggapan bahwa situasi itu akan berakhir dengan sendirinya setelah musnahnya Ahlu Sunnah di Iran; atau anggapan bahwa api peperangan hanya akan menyentuh orang-orang Sunny di Iran saja. Karena, jika dikaji sebab-sebab dan alasan terjadinya peperangan ini, kita akan mendapatkan suatu kesimpulan yang realistis dan tidak semua orang bisa menerimanya khususnya yang berkaitan dengan tujuan-tujuan mendasar dan merupakan sumber awal revolusi Iran itu sendiri. Dan yang paling santer didengungkan oleh para pemimpin Teheran yaitu mengexport revolusi ke negara lain. Hal ini secara explisit telah tercantum di dalam Undang-Undang Negara Iran, sebagaimana tertera dalam butir berikut ini:
“Sesungguhnya tentara Republik Islam dan Pasukan Pengawal Revolusi tidak hanya bertanggungjawab menjaga perbatasan negara, melainkan di pundak merekapun ada tanggung jawab untuk mengemban misi aqidah, yaitu berjihad dan berjuang di jalan Allah untuk memperluas wilayah kekuasaan hukum Allah ke seluruh penjuru dunia”.
Hukum Allah yang dimaksud oleh Revolusi Iran dan menjadi tujuan semestanya adalah madzhab Syi’ah Ja’fariyah Itsna ‘Asyariyah, dimana berjuta-juta muslim Sunny hidup dalam kekangan dan penindasan mereka. Karena itu, kita melihat bahwa dasar pemikiran ini akan melahirkan dampak yang besar terhadap sikap dan kebijaksanaan umum politik luar negeri yang diambil oleh pemerintah Iran.
Sesungguhnya dasar penyebaran revolusi sebagaimana yang menjadi tujuan pemimpin besar Iran, pada hakikatnya adalah berupaya untuk mewujudkan kekuasaan Syi’ah secara mendunia, yang akan memiliki andil dalam membuat keputusan di suatu negara. Minimalnya, akan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat keputusan di negara tersebut. Dan revolusi ini tidak berhenti pada upaya penyebaran dan propaganda paham Syi’ah saja, tetapi akan merembet terus kepada upaya pencaplokan serta penguasaan tanah air negara lain melalui pengarahan-pengarahan keagamaan, pemanfaatan faham Syi’ah dan tindakan-tindakan perlindungan terhadap hak para penganutnya untuk mewujudkan cita-cita politiknya.
Kaum Sunny (Ahlu Sunnah wal Jama’ah) di Iran menghadapi bermacam- macam penindasan serta pemusnahan dengan berbagai cara. Dan hal itu justru berlangsung sejak para Ayatullah menguasai pemerintahan sampai sekarang. Akan tetapi, jangan diartikan bahwa hal ini secara otomatis hanya dialami oleh kaum Sunny di Iran saja, anggapan seperti itu salah. Apalagi anggapan bahwa situasi itu akan berakhir dengan sendirinya setelah musnahnya Ahlu Sunnah di Iran; atau anggapan bahwa api peperangan hanya akan menyentuh orang-orang Sunny di Iran saja. Karena, jika dikaji sebab-sebab dan alasan terjadinya peperangan ini, kita akan mendapatkan suatu kesimpulan yang realistis dan tidak semua orang bisa menerimanya khususnya yang berkaitan dengan tujuan-tujuan mendasar dan merupakan sumber awal revolusi Iran itu sendiri. Dan yang paling santer didengungkan oleh para pemimpin Teheran yaitu mengexport revolusi ke negara lain. Hal ini secara explisit telah tercantum di dalam Undang-Undang Negara Iran, sebagaimana tertera dalam butir berikut ini:
“Sesungguhnya tentara Republik Islam dan Pasukan Pengawal Revolusi tidak hanya bertanggungjawab menjaga perbatasan negara, melainkan di pundak merekapun ada tanggung jawab untuk mengemban misi aqidah, yaitu berjihad dan berjuang di jalan Allah untuk memperluas wilayah kekuasaan hukum Allah ke seluruh penjuru dunia”.
Hukum Allah yang dimaksud oleh Revolusi Iran dan menjadi tujuan semestanya adalah madzhab Syi’ah Ja’fariyah Itsna ‘Asyariyah, dimana berjuta-juta muslim Sunny hidup dalam kekangan dan penindasan mereka. Karena itu, kita melihat bahwa dasar pemikiran ini akan melahirkan dampak yang besar terhadap sikap dan kebijaksanaan umum politik luar negeri yang diambil oleh pemerintah Iran.
Sesungguhnya dasar penyebaran revolusi sebagaimana yang menjadi tujuan pemimpin besar Iran, pada hakikatnya adalah berupaya untuk mewujudkan kekuasaan Syi’ah secara mendunia, yang akan memiliki andil dalam membuat keputusan di suatu negara. Minimalnya, akan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat keputusan di negara tersebut. Dan revolusi ini tidak berhenti pada upaya penyebaran dan propaganda paham Syi’ah saja, tetapi akan merembet terus kepada upaya pencaplokan serta penguasaan tanah air negara lain melalui pengarahan-pengarahan keagamaan, pemanfaatan faham Syi’ah dan tindakan-tindakan perlindungan terhadap hak para penganutnya untuk mewujudkan cita-cita politiknya.
Di antara bukti yang paling kuat untuk itu semua adalah bahwa: Sebelum munculnya revolusi Iran yang dipimpin Khomaeni, tidak ada satupun partai Syi’ah yang dipersenjatai dan bersikap menentang di seluruh negara Arab. Tetapi, setelah kemenangan revolusi Khomaeni dan setelah mereka memegang kendali pemerintahan di Iran, kita dapatkan bahwa Syi’ah sudah berubah bentuk menjadi parpol-parpol yang selalu menentang dan militan, menyamai pasukan militer yang punya loyalitas tinggi kepada pemimpin Iran.
Di Libanon, dengan menggunakan dalih untuk melindungi hak asasi kaum Syi’ah di sana, mereka membentuk barisan Hizbullah. Mereka selalu mendapatkan bantuan material yang tidak kurang dari 150 juta US Dollar per tahunnya. Itu semua demi kepentingan-kepentingan Iran atas tanah-tanah Libanon.
Dan dengan alasan dan dalih yang sama, didirikan pula Partai Persatuan Kaum Syi’ah (Wihdah As Syi’ah) di Afghanistan. Partai ini telah berhasil mengoptimalkan peranannya sebagai kaki tangan Iran dengan baik dalam percaturan politik di Afghanistan, khususnya dalam mengambil keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kepentingan Iran atas daerah teritorialnya.
Begitu juga dengan Partai Dakwah (Hizbu Ad Da’wah) di Irak yang merupakan partai militan yang dipersenjatai dan telah berhasil membikin kekacauan di daerah teluk pada saat berkecamuknya perang antara Iran dan Irak. Sedangkan di Kuwait, mereka berupaya membunuh Amir dan melakukan peledakan-peledakan bom. Juga di Arab Saudi, usaha kaum militan Syi’ah terlibat dalam upaya pemboman atas Makkah Al Mukarramah (semoga Allah melindunginya dari tangan-tangan jahil).
Di Bahrain, kaum militan Syi’ah telah berulang kali melakukan kudeta terhadap pemerintah yang masih meninggalkan keresahan, kekhawatiran, dan rasa takut masyarakat sampai sekarang. Dalam hal ini, pemerintah Bahrain secara resmi telah menggugat Iran atas keterlibatannya dalam kejadian-kejadian yang berlangsung di negaranya.
Di Pakistan, kaum militan Syi’ah yang dimotori oleh Partai Tentara Muhammad, Barisan Mahasiswa Imamiyah, Barisan Pengamalan Fiqh Ja’fari, dan Gerakan Cita-cita Rakyat Pakistan, punya andil besar atas pembunuhan para ulama terkemuka dan para pemimpin kaum Sunny di sana, seperti Syaikh Ihsan Ilahy Dhahir, Syaikh Haq Nawaz Janky, Syaikh Itsar Al Qasimy, Syaikh Dziaur Rahman Faruqy, dan yang lainnya.
Sungguh, munculnya partai-partai dan barisan-barisan Syi’ah secara mendadak setelah menangnya revolusi Khomaeni dengan kekuatan dan jumlah yang demikian besar, padahal sebelumnya tidak ada satupun partai atau barisan itu, adalah indikasi kuat akan keterlibatan Iran dalam mensitir barisan-barisan yang ada dan memanfaatkannya untuk kepentingan politik mereka serta menunjukkan bahwa sesungguhnya tujuan Iran tidak hanya misi fiqhiyyah semata, tetapi juga bertujuan untuk menjadikan barisan-barisan ini sebagai budak-budak dan tentara-tentara dalam mewujudkan ambisi politik mereka.
Barangkali, adanya partai atau barisan ini hanyalah merupkan tujuan antara mereka dalam menjadikan Teheran sebagai sentral; dan itu merupakan langkah persiapan untuk tujuan yang lebih besar lagi di masa mendatang, yang tentunya dengan hasil yang jauh lebih besar dari apa yang sudah didapat sekarang.
Kita jangan lupa semboyan “Jalan ke Quds melewati kota Makkah dan Madinah”, dan semboyan “Pembebasan Kota Haramain yang Mulia dari Pendudukan Kaum Wahabi”. Itulah di antara semboyan-semboyan yang didengungkan oleh Khomaeni, pemimpin revolusi Iran dan penasehat agungnya. Mereka tidak berhenti sampai di situ, mereka kerahkan seluruh potensi yang ada; pers, pendidikan, dan militer untuk mewujudkan semboyan-semboyan tersebut agar mendapat dukungan dan tempat di hati setiap individu Syi’ah Iran. Tetapi, keberadaan kaum Sunny yang tidak kurang dari 25 % dari jumlah penduduk yang ada, selalu menjadi batu sandungan dalam upaya mewujudkan cita-cita besar yang selalu digembar-gemborkan oleh para pejabat Teheran. Hal ini terjadi karena antara umat Sunny di Iran dan umat Sunny di luar, ada dalam satu ikatan aqidah dan termasuk dalam sasaran expansi Syi’ah. Karena itulah pemerintah mengelompokkan kaum Sunny dengan Batalyon V, setiap saat mereka selalu menunggu reaksi dari kaum Sunny Iran sesuai polecy permusuhan yang bisa dimanfaatkan untuk menindas kaum Sunny. Ditambah lagi dengan letak geografis Sunny Iran yang sangat strategis, hal itu bukan saja bisa menimbulkan kegelisahan dan ketakutan para pemimpin Teheran, tetapi lebih jauh lagi bisa mengacaukan stabilitas keamanan negeri tersebut dan bisa mengancam kemantapan dan keutuhan hukum Syi’ah di Iran, serta bisa menjadikan Teheran sebagai kuburan, yang akan mengubur impian-impian dan tujuan-tujuan para Pemimpin Teheran, yakni invasi teritorial terhadap wilayah Sunny, manakala orang-orang Sunny Iran bangkit menuntut hak-hak mereka, sebagaimana pemimpin Teheran menginstruksikan orang-orang Syi’ah untuk menuntut hak-hak mereka di Bahrain, Afghanistan, dan wilayah lainnya.
Para pemimpin Teheran menyadari bahaya kaum Sunny di negeri tersebut seperti bom waktu yang bisa mengancam masa depan kepentingan politik dan aqidah mereka, baik di Iran ataupun di luar Iran.
Sejak awal kemunculannya sampai saat ini, Syi’ah telah berusaha membersihkan Iran dari kaum Sunny dengan berbagai macam cara untuk memperkecil resiko akibat ledakan “Bom Waktu” tersebut. Seperti yang telah kami sebutkan di atas, hal itu bukan saja mengacau kelangsungan impian dan tujuan mereka, tetapi lebih dari itu, akan menghabisi para konseptornya.
Pembersihan etnis itu dilakukan dengan bentuk dan metode yang bermacam-macam, seperti Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran), pencucian otak (Brain-washing) terhadap para cendekiwan muslim, sampai penangkapan serta pembersihan madzhab, sebagaimana yang dilakukan oleh Serbia-Bosnia terhadap kaum muslim di sana (etnis cleaning).
Sesungguhnya sistem politik yang digunakan pemerintah seperti itu tidak memberikan satu kesempatan sekecil apapun kepada kaum Sunny. Mereka mencabut semua hak-hak Sunny, dari mulai kewarganegaraan, politik, urusan madzhab, ekonomi, pendidikan, laju pertumbuhan penduduk kaum Sunny, juga menghilangkan syi’ar-syi’ar Ahlu Sunnah walaupun berupa masjid dan sekolah-sekolah, sampai sejarah pun tidak lolos dari rekayasa mereka untuk menghilangkan jejak Sunnah. Belum lagi pembantaian terhadap para pemimpin dan Ulama Sunnah.
Semua yang telah kami sebutkan itu, sebagian gambaran realistis nestapa yang diderita kaum Sunny di Iran, ditambah dengan kebisuan kalangan pers, baik media cetak maupun media elektronik, dalam maupun luar negeri, terhadap kebiadaban ini, karena ketatnya pengawasan pemerintah terhadap pers, sekalipun hanya untuk mengambil foto dan melakukan investigasi. Kita bisa mengatakan bahwa para penjahat Iran jauh lebih keji dan lebih ganas daripada para penjahat Serbia-Bosnia dan Yahudi-Palestina, dilihat dari segi ketertutupan mereka terhadap pers seputar kebiadaban yang mereka lakukan.
Agar supaya para pembaca mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang ekspedisi pembantaian keji tersebut, maka akan saya ketengahkan beberapa cuplikan pembantaian yang dilakukan pemerintah Teheran terhadap Sunny. Ekspedisi pemusnahan tersebut tidak dapat diredam jika Ahli Sunnah, baik di dalam maupun di luar Iran tidak saling membantu dalam membuat blokade yang kuat dan mengatasinya secara tuntas. Karena, keadaan ini akan terus berlanjut dan semua wilayah yang dihun oleh kaum Sunny akan bernasib sama, mudah-mudahan Allah tidak menakdirkan, sebagaimana kesengsaraan yang sedang dialami oleh Ahlu Sunnah di Iran.
Tidak ada komentar
Posting Komentar