Kenapa Kristen Tidak Menentang Zionis Yahudi?

Zionis Internasional dan Umat Kristen di berbagai belahan dunia akan saling kerjasama untuk mendatangkan bangsa Yahudi lebih banyak lagi ke Palestina. Tujuannya untuk mendirikan negara Israel seperti diamanatkan oleh kitab Taurat dan Injil.

Kongres Pertama Zinois-Kristen dunia yang berlangsung di Swiss pada 5–7 September 2008 sepakat untuk mendukung langkah-langkah Israel mengumpulkan Bangsa Yahudi di Palestina dan memberi dukungan bagi keberlangsungan bangsa Israel di Palestina. Konggres tersebut dihadiri ratusan tokoh Kristen dan Yahudi di Swiss dan negara-negara Uni Eropa.

Dalam Deklarasi bersama yang dihasilkan Konggres tersebut, disebutkan, baik umat Yahudi dan Kristen harus saling bekerjasama untuk memfasilitasi kembalinya umat di berbagai penjuru dunia ke tanah sucinya di Israel. Selain itu, Israel diminta terus memperluas wilayah perbatasannya hingga terwujud Israel Raya seperti termaktub dalam Kitab Tauratnya.

Bagian dari Kampanye Zionis Internasional

Menanggapi pelaksanaan Konggres Zionis-Kristen ini, pakar masalah kelompok radikal Kristen dan Yahudi di Universitas Zurich, Profesor Edward Baden, mengatakan bahwa konggres semacam ini merupakan bagian dari propaganda Zionis internasional yang digagas oleh Mantan PM Israel Benyamin Netanyahu dan didukung pemerintah Israel selanjutnya.

Tahap pertama dari propaganda tersebut, lanjut Baden, adalah dengan mempengaruhi media massa guna membentuk opini publik di Eropa tentang perlunya menghormati prinsip anti-semit. Kemudian tahap kedua, zionisme internasional membentuk kelompok-kelompok lobi baik dibidang ekonomi maupun politik untuk menekan pemerintah negara-negara setempat.

“Kampanye media pro Israel telah dimulai di berbagai media Eropa. Tujuannya, untuk mengalihkan perhatian publik internasional dari pemberitaan tentang penderitaan bangsa Palestina, menjadi pemberitaan yang cenderung menyebut Bangsa Yahudi sebagai korban, bangsa yang tertindas dan terancam,” imbuh Baden.

Menurut Baden, aliran Zio–Kristen  telah menyebar di berbagai belahan dunia. Jumlah mereka mencapai 60 juta jiwa hanya di  AS saja, belum di negara-negara lain. Kelompok ini mendasarkan ajarannya pada Kitab Taurut-Injil dan memiliki tujuan bersama mengembalikan bangsa Yahudi ke tanah impiannya yakni Israel. Perintah kembali Israel sendiri adalah amanat kitab Yohana yang menyebutkan bahwa akhir dunia akan terjadi setelah terjadinya peperangan Armagedon antara bangsa Yahudi dan umat manusia di dunia.

Seperti diketahui, kebanyakan tokoh politik Amerika meyakini ramalan yang mengaitkan kembalinya al Masih dengan dikumpulkannya bangsa Yahudi di bumi Palestina ini.  Dalam  kitab talmud mereka :
"Ketika Messiah (Raja Yahudi Terakhir atau Ratu Adil) datang, semuanya akan menjadi budak-budak orang-orang Yahudi".(Erubin). Namun Imam mahdi masing-masing agama mempunyai versi tersendiri seperti syiah dan sunnipun berbeda. Dan banyak yang mengaku messiah terakhir sejak dari zaman ke jaman tapi Mirza Ghulam Ahmad, Mahdi Gohar Shah, dan di Negeri Indonesia yang banyak yang mengaku sebagai mesias terakhir seperti Lia Eden dsb, namun mereka semua tertolak oleh ulama-ulama muktabar.

Lebih dari 300 warga Kristen Filipina berunjuk rasa di Manila hari Jumat (30/11/2012) untuk menunjukkan solidaritas mereka atas negara Yahudi Israel.

Lagu-lagu berbahasa Hebrew dan shofar (semacam terompet khas ritual Yahudi terbuat dari tanduk domba) berkumandang lewat pengeras suara, ketika ratusan warga Kristen Filipina pro-Israel itu menelusuri jalanan ramai di distrik bisnis Manila. Mereka diikuti oleh iring-iringan lebih dari 50 mobil, yang diorganisir oleh beberapa organisasi Kristen, lapor Ynet News, Ahad (2/12/2012) yang dikutip Al Arabiya.

Kejaman Zionis Israel terhadap warga Palestina sudah bukan rahasia lagi. Dunia mengetahuinya secara jelas. Tapi justru yang dituduh teroris adalah kaum Muslim.
 
Namun yang membuat kita tak habis pikir adalah sikap umat Kristen terhadap kekejaman Zionis Israel. Terutama sikap tokoh-tokoh agama Kristen.

Adakah kutukan Paus atau pendeta-pendeta Protestan kepada Ariel Sharon? Tzipi Livni? Atau pendiri Negara Israel David Ben Gurion yang nyata-nyata mengakui bahwa negara Israel hanya bisa berdiri karena pembantaian Muslim Palestina di Deir Yassin. “Tanpa Deir Yassin tidak akan berdiri negara Israel” kata David Ben Gurion-Perdana Menteri Israel.

Mengapa Kaum Kristiani selalu mendukung setiap gerakan Yahudi (Zionis) di dunia Islam? Fakta terbaru yang bisa kita lihat adalah keberpihakan Vatikan, negara–negara Barat (Kristen), dan berbagai komunitas Kristen di berbagai belahan dunia terhadap setiap tindakan biadab Zionisme Israel. Bukankah Tuhan kaum Kristiani (Yesus) dibantai di tiang salib oleh Yahudi?


Hubungan Kristen-Yahudi

Sebenarnya siapa pun yang mengaku sebagai seorang Kristen, jika ia membaca ayat-ayat dalam kitab Talmud yang membicarakan tentang Yesus dan agamanya, tetapi masih saja mendukung Zionis-Yahudi, masih saja membantu Israel, masih saja setuju dengan sikap politik Zionis Israel, maka ia sebenarnya telah ikut-ikutan melecehkan agamanya sendiri, telah ikut-ikutan menghina Yesus sendiri.

Berikut ini adalah beberapa kutipan dalam Kitab Talmud, kitab suci umat Yahudi tentang Kristen dan Yesus:

“Pada malam kematiannya, Yesus digantung dan empat puluh hari sebelumnya diumumkan bahwa Yesus akan dirajam (dilempari batu) hingga mati karena ia telah melakukan sihir dan telah membujuk orang untuk melakukan kemusyrikan (pemujaan terhadap berhala)… Dia adalah seorang pemikat, dan oleh karena itu janganlah kalian mengasihaninya atau pun memaafkan kelakuannya”(Sanhedrin 43a).

“Yesus ada di dalam neraka, direbus dalam kotoran (tinja) panas” (Gittin 57a).

“Umat Kristiani (yang disebut ‘minnim) dan siapa pun yang menolak Talmud akan dimasukkan ke dalam neraka dan akan dihukum di sana bersama seluruh keturunannya” (Rosh Hashanah 17a).

“Barangsiapa yang membaca Perjanjian Baru tidak akan mendapatkan bagian ‘hari kemudian’ (akhirat), dan Yahudi harus menghancurkan kitab suci umat Kristiani yaitu Perjanjian Baru” (Shabbath 116a)

Inilah ‘ungkapan hari‘ Talmud yang sesungguhnya tentang Yesus dan umat Kristen.

Allah SWT telah banyak berfirman dalam ayat-ayat Al-Quran betapa Yahudi merupakan kaum yang sombong, angkuh, memusuhi kaum beriman, dan sebagainya. Bahkan fakta sejarah memaparkan jika kaum Yahudi dikenal sebagai kaum pembunuh para nabi utusan Allah SWT.

Demikian juga Nabi Isa as, yang dimusuhi dan harus menghadapi kedzaliman kaum Yahudi. Seorang sutradara Hollywood telah membuat film tentang kedzaliman kaum Yahudi ini dalam karyanya “The Passion of Christ” Di dalam film tersebut kita bisa melihat bagaimana iblis selalu berada di tengah-tengah para pendeta Yahudi yang melaknati Yesus.

Ajaran Yesus atau Nabi Isa tidak lain adalah meneruskan ajaran Nabi Musa as yang sudah demikian disimpangkan oleh umatnya. Allah mengutus Nabi Isa as hanya untuk bani Israel bukan untuk disebarkan ke seluruh dunia.

Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata:

“Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmed (Muhammad).” … (Qs. Ash Shaff: 6)

Namun Paulus atau Saul, seorang Yahudi dari Tarsus, menyusup ke dalam komunitas murid-murid Nabi Isa dan mengubah ajaran Nabi Isa as yang tadinya hanya untuk kaumnya sendiri menjadi agama yang ekspansif.


Kekristenan bersekutu dengan Zionisme

Injilnya adalah Injil Scofield (Dibuat oleh Cyrrus Ingerson Scofield, lahir 19 Agustus 1843). Dia veteran perang saudara Amerika dan sama sekali bukan ahli agama, pastor, atau pun sarjana.

Scofield tak lebih dari seorang petualang yang pintar berbicara dan mudah meyakinkan orang.

Tipikal orang seperti inilah yang kemudian dirasa cocok oleh Konspirasi Zionis untuk menjalankan misinya mengubah penafsiran umat Kristen terhadap Alkitab.


Dan akan membuat dunia Kristen menjadi domba-domba yang patuh terhadap apapun yang dilakukan Zionis-Israel. Latar belakang Scofield sendiri berasal dari keluarga yang berantakan, punya catatan kejahatan, dan sering menipu orang.

Dalam Injilnya, Scofield sebenarnya meneruskan pandangan John N Darby yang secara umum telah diterima oleh evangelikalisme arus utama dan fundamentalisme Protestan Amerika. Scofield Reference Bible kemudian menjadi Alkitab kaum fundamentalis Kristen di AS dan dunia.

Seorang murid Scofield yang paling berpengaruh, Lewis Sperry Chafer, di tahun 1924 mendirikan Dallas Theological Seminary, Sekolah Theologi Amerika yang begitu bersemangat membela pandangan dispensasionalisme pramillenialis Darby dan Injil Scofield, dan yang jelas juga, mereka membela habis-habisan kepentingan Zionisme.

Penafsiran Injil jenis inilah yang diproduksi di AS, yang sekarang menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia, sehingga menjadikan orang Kristen menjadi pendukung Israel.


Perlu kita ketahui bersama pembaca, bahwa sikap toleransi yang wajib diperlihatkan kaum Muslimin terhadap orang-orang ahli kitab telah terbukti sepanjang sejarah Islam. Selama berabad-abad, umat Islam memperlakukan kaum Yahudi dengan sangat bersahabat dan mereka menyambut persahabatan ini dengan kesetiaan. Namun, hal yang telah merusak keadaan ini adalah Zionisme.

Zionisme muncul pada abad ke-19. Dua hal yang menjadi ciri menonjol Eropa abad ke-19, yakni rasisme dan kolonialisme, telah pula berpengaruh pada Zionisme. Ciri utama lain dari Zionisme adalah bahwa Zionisme adalah ideologi yang jauh dari agama. Orang-orang Yahudi, yang merupakan para mentor ideologis utama dari Zionisme, memiliki keimanan yang lemah terhadap agama mereka. Bahkan, kebanyakan dari mereka adalah ateis. Mereka menganggap agama Yahudi bukan sebagai sebuah agama, tapi sebagai nama suatu ras. Mereka meyakini bahwa masyarakat Yahudi mewakili suatu ras tersendiri dan terpisah dari bangsa-bangsa Eropa. Dan, karenanya, mustahil bagi orang Yahudi untuk hidup bersama mereka, sehingga bangsa Yahudi memerlukan tanah air tersendiri bagi mereka.

Hingga saat kemunculan Zionisme di Timur Tengah, ideologi ini tidak mendatangkan apapun selain pertikaian dan penderitaan. Dalam masa di antara dua perang dunia, berbagai kelompok teroris Zionis melakukan serangan berdarah terhadap masyarakat Arab dan Inggris. Di tahun 1948, menyusul didirikannya negara Israel, strategi perluasan wilayah Zionisme telah menyeret keseluruhan Timur Tengah ke dalam kekacauan.

Titik awal dari Zionisme yang melakukan segala kebiadaban ini bukanlah agama Yahudi, tetapi Darwinisme Sosial, sebuah ideologi rasis dan kolonialis yang merupakan warisan dari abad ke-19. Darwinisme Sosial meyakini adanya perjuangan atau peperangan yang terus-menerus di antara masyarakat manusia. Dengan mengindoktrinasikan ke dalam otak mereka pemikiran “yang kuat akan menang dan yang lemah pasti terkalahkan”, ideologi ini telah menyeret bangsa Jerman kepada Nazisme, sebagaimana orang-orang Yahudi kepada Zionisme.

Kini, banyak kaum Yahudi agamis, yang menentang Zionisme, mengemukakan kenyataan ini. Sebagian dari para Yahudi taat ini bahkan tidak mengakui Israel sebagai negara yang sah dan, oleh karenanya, menolak untuk mengakuinya. Negarawan Israel Amnon Rubinstein mengatakan: “Zionisme adalah sebuah pemberontakan melawan tanah air (Yahudi) mereka dan sinagog para Pendeta Yahudi”. (Amnon Rubinstein, The Zionist Dream Revisited, hlm. 19)

Pendeta Yahudi, Forsythe, mengungkapkan bahwa sejak abad ke-19, umat Yahudi telah semakin jauh dari agama dan perasaan takut kepada Tuhan. Kenyataan inilah yang pada akhirnya menimpakan hukuman dalam bentuk tindakan kejam Hitler (kepada mereka), dan kejadian ini merupakan seruan kepada kaum Yahudi agar lebih mentaati agama mereka. Pendeta Forsythe menyatakan bahwa kekejaman dan kerusakan di bumi adalah perbuatan yang dilakukan oleh Amalek (Amalek dalam bahasa Taurat berarti orang-orang yang ingkar kepada Tuhan), dan menambahkan: “Pemeluk Yahudi wajib mengingkari inti dari Amalek, yakni pembangkangan, meninggalkan Taurat dan keingkaran pada Tuhan, kebejatan, amoral, kebiadaban, ketiadaan tata krama atau etika, ketiadaan wewenang dan hukum.” (Rabbi Forsythe, A Torah Insight Into The Holocaust, http://www.shemayisrael.com/rabbiforsythe/holocaust.)

Zionisme, yang tindakannya bertentangan dengan ajaran Taurat, pada kenyataannya adalah suatu bentuk fasisme, dan fasisme tumbuh dan berakar pada keingkaran terhadap agama, dan bukan dari agama itu sendiri. Karenanya, yang sebenarnya bertanggung jawab atas pertumpahan darah di Timur Tengah bukanlah agama Yahudi, melainkan Zionisme, sebuah ideologi fasis yang tidak berkaitan sama sekali dengan agama.

Akan tetapi, sebagaimana yang terjadi pada bentuk-bentuk fasisme yang lain, Zionisme juga berupaya untuk menggunakan agama sebagai alat untuk meraih tujuannya.

Penafsiran Taurat yang Keliru oleh Kaum Zionis

Taurat adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Musa. Allah mengatakan dalam Alquran: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi),…” (QS. Al-Maa-idah, 5:44). Sebagaimana pula dinyatakan dalam Alquran, isi Taurat di kemudian hari telah dirubah dengan penambahan perkataan manusia. Itulah mengapa di zaman sekarang telah dijumpai “Taurat yang telah dirubah”.

Namun, pengkajian terhadap Taurat mengungkap keberadaan inti ajaran-ajaran Agama yang benar di dalam Kitab yang pernah diturunkan ini. Banyak ajaran-ajaran yang dikemukakan oleh Agama yang benar seperti keimanan kepada Allah, penyerahan diri kepada-Nya, bersyukur kepada-Nya, takut kepada Allah, mencintai Allah, keadilan, cinta, kasih sayang, menentang kebiadaban dan kedzaliman tertulis dalam Taurat dan bagian-bagian lain dari Kitab Perjanjian Lama.

Selain itu, peperangan yang terjadi sepanjang sejarah dan pembantaian yang terjadi ini dikisahkan dalam Taurat. Jika seseorang berniat untuk mendapatkan dalil – meskipun dengan cara membelokkan fakta-fakta yang ada – untuk membenarkan tindakan keji, pembantaian dan pembunuhan, ia dapat dengan mudah mengambil bagian-bagian ini dalam Taurat sebagai rujukan untuk kepentingan pribadinya. Zionisme menempuh cara ini untuk membenarkan tindakan terorismenya, yang sebenarnya adalah terorisme fasis, dan ia sangat berhasil. Sebagai contoh, Zionisme telah menggunakan bagian-bagian yang berhubungan dengan peperangan dan pembantaian dalam Taurat untuk melegitimasi pembantaian yang dilakukannya terhadap warga Palestina tak berdosa. Ini adalah penafsiran yang tidak benar. Zionisme menggunakan agama sebagai alat untuk membenarkan ideologi fasis dan rasisnya.

Sungguh, banyak orang-orang Yahudi taat yang menentang penggunaan bagian-bagian Taurat ini sebagai dalil yang membenarkan pembantaian yang dilakukan terhadap warga Palestina sebagai tindakan yang benar. The Neturie Karta, sebuah organisasi Yahudi Ortodoks anti Zionis, menyatakan bahwa, nyatanya, “menurut Taurat, umat Yahudi tidak diizinkan untuk menumpahkan darah, mengganggu, menghina atau menjajah bangsa lain”. Mereka menekankan lebih jauh bahwa, “para politikus Zionis dan rekan-rekan mereka tidak berbicara untuk kepentingan masyarakat Yahudi, nama Israel telah dicuri oleh mereka”. (Rabbi E. Schwartz, Advertisement by Neturei Karta in New York Times, 18 Mei 1993)

Dengan menjalankan kebijakan biadab pendudukan atas Palestina di Timur Tengah dengan berkedok “agama Yahudi”, Zionisme sebenarnya malah membahayakan agama Yahudi dan masyarakat Yahudi di seluruh dunia, dan menjadikan warga Israel atau Yahudi diaspora sebagai sasaran orang-orang yang ingin membalas terhadap Zionisme.

Tidak ada komentar

Posting Komentar