Nabi Muhammad, Nabi Yang Buta Akan Agama-Agama Sebelumnya (Ummi)
Apakah nabi Muhammad tidak dapat membaca?. Banyak riwayat yang menyatakan demikian. Salah satu riwayat menyebutkan sebagai berikut :
Dalam perjanjian Hudaibiyah, pihak Quraysi (diwakili Suhail) merasa keberatan terhadap kalimat: “Ini adalah perjanjian antara Muhammad, Rasulullah, dan Quraisy”. Tapi ‘Ali berkata bahwa dia jangan mencoret-coret kata: “Rasulullah” dengan tangannya. Nabi Suci rupanya tidak peduli dengan perkara detail seperti itu. Beliau menanyakan supaya ditunjukkan mana saja kata-kata yang menjadi masalah. Kemudian tulisan itu ditunjukkan kepada beliau, lalu beliau mencoret kalimat itu dengan tangan beliau sendiri, dan dibubuhi (stempel) kata-kata: “Muhammad, putera ‘Abdullah”.
Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).[QS 29:48]
Ayat ini menerangkan bahwa nabi Muhammad belum pernah membaca Kitab dan juga belum pernah menulis Kitab. Jadi nabi Muhammad buta akan agama-agama sebelumnya (Ummi).
“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: “Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: “Apakah kamu (mau) masuk Islam?” Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. “ (QS 3:20)
Ini membuktikan bahwa Al-Quran memang wahyu dari Tuhan, bukan karangan atau hasil mencontek Kitab-kitab sebelumnya. Karena apa yang diterima oleh nabi merupakan wahyu yang disampaikan malaikat Jibril. Jika ternyata ada kemiripan dengan Kitab-kitab sebelumnya itu lumrah, karena yang namanya wahyu tentu akan kekal dan berlaku sepanjang jaman.
“Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas “KERTAS”, lalu mereka dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang yang kafir itu berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata’ “. (QS 6:7)
Lalu bagaimana memahami Surah Al-Alag ayat 3 dibawah ini :
Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, (QS. 96:1). Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah, (QS. 96:3).
Apa makna dari "Bacalah", apakah nabi disuruh membaca tulisan?. Bukankah nabi itu buta huruf dan buta agama?. Makna "Bacalah" ayat diatas sebenarnya bukan ditujukan kepada nabi Muhammad saja secara langsung pada saat itu tetapi juga untuk umat Islam kemudian, karena makna "bacalah" sebenarnya bukan membaca tulisan tetapi membaca alam ciptaan Tuhan. Dengan membaca alam ciptaan Tuhan kita bisa menemukan Tuhan dan mengerti akan sifat-sifat Tuhan.
Kronologisnya mungkin begini :
Dalam perjanjian Hudaibiyah, pihak Quraysi (diwakili Suhail) merasa keberatan terhadap kalimat: “Ini adalah perjanjian antara Muhammad, Rasulullah, dan Quraisy”. Tapi ‘Ali berkata bahwa dia jangan mencoret-coret kata: “Rasulullah” dengan tangannya. Nabi Suci rupanya tidak peduli dengan perkara detail seperti itu. Beliau menanyakan supaya ditunjukkan mana saja kata-kata yang menjadi masalah. Kemudian tulisan itu ditunjukkan kepada beliau, lalu beliau mencoret kalimat itu dengan tangan beliau sendiri, dan dibubuhi (stempel) kata-kata: “Muhammad, putera ‘Abdullah”.
Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).[QS 29:48]
Ayat ini menerangkan bahwa nabi Muhammad belum pernah membaca Kitab dan juga belum pernah menulis Kitab. Jadi nabi Muhammad buta akan agama-agama sebelumnya (Ummi).
“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: “Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: “Apakah kamu (mau) masuk Islam?” Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. “ (QS 3:20)
Ini membuktikan bahwa Al-Quran memang wahyu dari Tuhan, bukan karangan atau hasil mencontek Kitab-kitab sebelumnya. Karena apa yang diterima oleh nabi merupakan wahyu yang disampaikan malaikat Jibril. Jika ternyata ada kemiripan dengan Kitab-kitab sebelumnya itu lumrah, karena yang namanya wahyu tentu akan kekal dan berlaku sepanjang jaman.
“Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas “KERTAS”, lalu mereka dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang yang kafir itu berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata’ “. (QS 6:7)
Lalu bagaimana memahami Surah Al-Alag ayat 3 dibawah ini :
Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, (QS. 96:1). Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah, (QS. 96:3).
Apa makna dari "Bacalah", apakah nabi disuruh membaca tulisan?. Bukankah nabi itu buta huruf dan buta agama?. Makna "Bacalah" ayat diatas sebenarnya bukan ditujukan kepada nabi Muhammad saja secara langsung pada saat itu tetapi juga untuk umat Islam kemudian, karena makna "bacalah" sebenarnya bukan membaca tulisan tetapi membaca alam ciptaan Tuhan. Dengan membaca alam ciptaan Tuhan kita bisa menemukan Tuhan dan mengerti akan sifat-sifat Tuhan.
Kronologisnya mungkin begini :
1.Nabi memohon petunjuk di Gua Hira
2.Malaikat Jibril datang
3.Nabi kaget karena baru ini kedatangan utusan Allah
4.Malaikat Jibril mengucapkan firman Allah (Surah Al-alag), dimulai dengan kata “Bacalah”
5.Nabi masih dalam keadaan tegang, berkata: Baca apa?. Aku tidak dapat membaca
6.Malaikat mengulanginya lagi
7.Nabi masih tidak paham
8.Malaikat memeluk nabi dan bilang : “bacalah”
9.Dalam keadaan dipeluk, nabi tahu maksud Malaikat, yaitu untuk menirukan ucapan malaikat.
Kata Muhammad : “Aku ditarik dan dipelukkan pula sampai aku kepayahan. Kemudian aku dilepaskan dan disuruhnya pula membaca, ‘Bacalah!’. “Kujawab: ‘Aku tidak tahu apa yang musti dibaca.’ “Aku ditarik dan dipeluknya untuk ketiga kalinya, kemudian dilepaskannya seraya berkata: "iqra/ bi-ismi rabbika alladzii khalaqa, khalaqa al-insaana min 'alaqin, iqra/ warabbuka al-akramu". Setelah 3x barulah Nabi Muhammad s.a.w mengerti bahwa yang dimaksud adalah “HAPALKAN” ini ayat pertama dari Allah kepada seorang hambanya yang telah dipersiapkan untuk menjadi Nabi dan Rasullullah terakhir.
Jadi jika nabi muhammad disuruh menghafalkan maka makna BACALAH saat pertama kali ayat Al-quran diturunkan itu memang benar berarti MEMBACA ALAM CIPTAAN TUHAN.
Post a Comment