Syiah Ajarannya Mencela Para Sahabat Rasulullah SAW

Syiah mempunyai ajaran yang unik. Yaitu ajaran mencela para sahabat. Para ulama sunni, misalnya Syaikh Yusuf Al Qardhawi telah menyampaikan kepada orang-orang Syiah bahwa antara Sunni dan Syiah tidak mungkin akan bersatu! Sebab ada jurang yang sangat menganga di antara keduanya. Khususnya mengenai penilaian terhadap para sahabat Rasulullah SAW. 

Terutama terhadap para sahabat yang masuk ke dalam kategori kalangan Muhajirin dan Anshar generasi pertama yang telah Allah SWT ridhai dan mereka pun ridha terhadap Allah SWT yang mana Allah SWT telah menyiapkan bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. 

Hal ini telah dijelaskan di dalam Al-Qur`an, ”Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung,” (QS At-Taubah [09]: 100).

Sampai saat ini, ayat ini masih terus memuji para sahabat. Bahkan ayat ini diikuti oleh ayat lain, ”Orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.” Tidak diragukan lagi bahwa di antara orang-orang yang disebut sebagai ”orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin,” yaitu : Abu Bakar, Umar, Utsman, Thalhah dan Zubair. 

Tentang mereka ini lah Allah SWT menurunkan firman-Nya, ”Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka terbunuh atau mati, sungguh, Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah pemberi rezeki yang terbaik. Sungguh, Dia (Allah) pasti akan memasukkan mereka ke tempat masuk (surga) yang mereka sukai. Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Penyantun,” (QS Al-Hajj [22]: 58-59). 

Juga firman-Nya, ”(Harta rampasan itu juga) untuk orang-orang fakir yang berhijrah yang terusir dari kampung halamannya dan meninggalkan harta bendanya demi mencari karunia dari Allah dan keridaan(-Nya) dan (demi) menolong (agama) Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar,” (QS Al-Hasyr [59]: 8).

Mereka itulah yang dicap sebagai orang-orang yang benar menurut nash Al-Qur`an. Di dalam Al-Qur`an, Allah SWT telah memerintahkan kepada kita agar kita selalu bersama orang-orang yang benar, ”Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar,” (QS At-Taubah [09]: 119).

Mereka itu adalah orang-orang yang berbaiat kepada Nabi Muhammad SAW di bawah pohon untuk rela mati di jalan Allah SWT. Maka turunlah firman Allah SWT, ”Sungguh, Allah telah meridai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat,” (QS Al-Fath [48]: 18).

Mereka juga adalah orang-orang yang ikut berperang di perang Badar, Uhud, Tabuk dan perang-perang yang lainnya. Mereka juga adalah orang-orang yang mendapat persaksian dari Al-Qur`an, ”Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang Muhajirin), mereka itulah orang yang benar-benar beriman,” (QS Al-Anfal [08]: 74). 

Mereka juga adalah orang-orang dimaksudkan oleh firman Allah SWT, ”Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung,” (QS Al-A’raf [07]: 157). 

Mereka jugalah yang dimaksud oleh Al-Qur`an, ”Dan jika mereka hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu. Dialah yang memberikan kekuatan kepadamu dengan pertolongan-Nya dan dengan (dukungan) orang-orang mukmin, dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Mahaperkasa, Mahabijaksana,” (Al-Anfal [08]: 62-63).

Mereka itu para sahabat yang Allah SWT dengan perantaraan mereka telah menolong Rasulullah SAW dan Allah SWT memuliakan Islam melalui usaha mereka. Mereka itu adalah orang-orang yang Al-Qur`an telah bersaksi kepada mereka bahwa mereka akan mendapatkan kebaikan di sisi Allah SWT. Walaupun ada perbedaan dalam karunia tersebut, tapi untuk masing-masingnya Allah SWT akan memberikan pahalnya.

 Hal ini seperti yang difirmankan oleh Allah SWT, 'Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya di jalan Allah) di antara kamu dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang setelah itu. Dan Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik,"  (QS Al-Hadid [57]: 10).

Sampai-sampai para sahabat yang bersikap salah di dalam peperangan, seperti para sahabat yang melarikan diri dari perang Uhud setelah mendengar berita bahwa Rasulullah SAW telah wafat, akan tetapi Allah SWT tetap memaafkan mereka. Allah SWT berfirman, ”Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antara kamu ketika terjadi pertemuan  (pertempuran) antara dua pasukan itu, sesungguhnya mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan (dosa) yang telah mereka perbuat (pada masa lampau), tetapi Allah benar-benar telah memaafkan mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun,” (QS Ali Imran [03]: 155).

Mereka juga, orang-orang yang diberi kesaksian oleh ayat terakhir dari surah Al-Fath [48] yang berbunyi, ”Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang  sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya,” (QS Al-Fath [48]: 29).

Mereka adalah orang-orang yang mendapatkan kesaksian dari Al-Qur`an dan hadits-hadits Rasulullah SAW, juga mendapat kesaksian dari sejarah yang belum pernah dicapai oleh orang lain sebelum mereka.Kita juga menyaksikan bahwa mereka lah yang telah menghafalkan untuk kita kitab suci Al-Qur`an dan kemudian mereka nukil untuk kita dalam keadaan utuh tanpa perubahan.

Mereka juga adalah orang-orang yang telah meriwayatkan hadits-hadits Rasulullah SAW untuk kita, juga sunnahnya, baik ucapan, perbuatan maupun keputusan Rasulullah SAW. Mereka juga telah menukilkan untuk kita semua sejarah Rasulullah SAW secara terperinci yang belum pernah dilakukan bagi seorang nabi sebelum beliau atau bagi seorang yang mulia sebelum beliau.

Mereka juga adalah orang-orang yang sudah menyampaikan agama Islam ke seluruh penjuru dunia dan melakukan serangkaian futuh (penaklukan secara damai) dan mereka berjuang dengan pedang mereka melawan orang-orang yang menjajah manusia. Sehingga Allah SWT pun memberikan kemenangan untuk mereka ketika melawan raja-raja; raja Kisra (Raja Persia) dan Kaisar (Raja Romawi) demi tersebarnya keadilan Allah SWT di muka bumi.

Mereka itu adalah orang-orang yang paling dekat dengan cahaya kenabian dan mereka pun belajar dari cahaya kenabian ini (cahaya kenabian = Rasulullah SAW). Mereka mencontohnya di dalam seluruh sunnahnya dan petunjuk-petunjuknya. Karena di dalam diri Rasulullah SAW bagi mereka benar-benar ada suri tauladan yang baik. Mereka itu adalah sebaik-baik murid bagi sebaik-baik guru. Oleh karena itu mereka disebut dengan Para Sahabat Rasulullah SAW. Mereka itu, menurut Al-Qur`an, As-Sunnah, sejarah dan ilmu manthiq merupakan generasi yang paling baik yang pernah dicatat oleh sejarah. Tidak diragukan lagi! Karena mereka adalah murid-murid penghulu umat manusia, para sahabat adalah buah dari pendidikan beliau, dan generasi yang beliau bina dengan tangannya sendiri. 

Barangsiapa yang mencela mereka, maka seolah-olah telah mencela guru mereka, yaitu Rasulullah SAW! Terlebih lagi mencela para sahabat yang sangat dekat dengan beliau. Imam Malik telah berkata terhadap orang-orang yang mencela para sahabat, ”Mereka itu sebenarnya ingin mencela Rasulullah SAW, tapi mereka tidak bisa melakukannya. Akhirnya, mereka mencela para sahabat Rasulullah SAW. Mereka mengatakan, ’Dia itu orang jahat!’ karena jika orang shalih, maka teman-temannya pun akan orang shalih pula!” (Silahkan merujuk ke kitab yang berjudul, Pedang yang Terhunus, karya Ibnu Taimiyyah, juz 1 hal. 581). 

Oleh karena itu, tidak mungkin bisa dilakukan pendekatan antara Sunni dan Syiah. Sebab ajaran kebencian ini masih menjadi sikap mereka terhadap para sahabat Rasulullah SAW. Memang benar! Tidak mungkin kita akan bersatu. Ketika saya mengatakan, ”Abu Bakar semoga Allah SWT meridhainya. Umar semoga Allah SWT meridhainya. Sedangkan engkau (Syiah) berkata, ”Abu Bakar semoga Allah SWT melaknatnya. Umar semoga Allah SWT melaknatnya. Ingat, alangkah besarnya jurang perbedaan antara kalimat semoga Allah SWT meridhainya dengan kalimat semoga Allah SWT melaknatnya!!

Tulisan ini saya akhiri dengan doa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang  yang beriman. Ya Tuhan kami, sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang,” (QS Al-Hasyr [59]: 10). 

Tidak ada komentar