Bukti Ilmiah Kebenaran Al Quran Dibandingkan Dengan Alkitab
Jika membahas soal bukti kebenaran Ilmiah al-Qur'an dibandingkan Alkitab? Sebenarnya tulisan ini disamping memperkuat argumen saya tentang kebenaran al-Quran dan setelah membaca ratusan blog milik orang Nasrani dan Orientalis yang memojokkan agamaku maka mungkin inilah waktunya saya melakukan pembelaan, tapi yang jelas artikel Bukti Nyata Kebenaran Ilmiah Al-Qur'an dibanding injil ini bukan untuk menghina tuhan dan agama manapun karna saya tetap mengikuti pesan Nabiku Muhammad saw. sebagai manusia paling mulia yang mengajarkan kepada kami untuk tidak menghina agama dan tuhan orang lain sekalipun agama kami dihina. Seperti kata Ustad Jefri Al Buchori Almarhum :
“Islam tidak mengajarkan kita
untuk menghina Tuhan orang lain.
Surat Al Ikhlash cukup jadi jawaban,”
1. Bukti Ilmiah Kebenaran Al Quran Dibandingkan Dengan Alkitab
Asal-usul Manusia merupakan sebuah karya yang ditulis berdasarkan pengkajian mendalam, dimaksudkan untuk menjawab masalah-masalah di sekitar pertentangan-pertentangan lama antara sains dan agama. Selama lebih dari empat puluh tahun, penulisnya mencurahkan perhatian pada bidang biologi molekuler dan genetika serta menelaah dari dekat Kitab-kitab Suci agama-agama monoteistik, Yahudi, Nasrani dan Islam. Berdasarkan itu semua, ia menyimpulkan bahwa sains dan agama, sebaliknya dari saling bertentangan, justru benar-benar selaras dalam hal ini. Terbukti sekali lagi dari pengkajiannya itu, betapa Al-Quran --berbeda dengan kitab-kitab suci lainnya-- sepenuhnya bebas dari pernyataan-pernyataan yang bertentangan dengan penemuan-penemuan sains modern. Hal itu sekaligus membuktikan, bahwa kata per kata Al-Quran sepenuhnya merupakan wahyu samawi yang, oleh karena itu, bebas pula dari kesalahan-kesalahan manusiawi yang bisa ditemukan pada kitab-kitab suci lain yang merupakan penulisan kembali oleh orang lain.
Dengan melakukan penyelidikan obyektif terhadap teks-teks, Maurice Bucaille telah dapat menumbangkan beberapa ide lama yang selama ini diperoleh manusia dari Perjanjian Lama, Injil dan Qur-an, yaitu dengan membedakan dalam keseluruhannya, hal-hal yang berasal dari wahyu dan hal-hal yang dinodai kekeliruan atau tafsiran manusia.
Penelitiannya telah menjernihkan Kitab-kitab suci kembali. Dengan menyajikan suatu bacaan yang memukau, ia menempatkan seorang yang percaya berhadapan dengan suatu hal yang pokok, yaitu kesinambungan wahyu yang datang dari Tuhan yang sama, dengan cara-cara ekspresi yang berbeda menurut zaman. Ini semua akan mendorong kita untuk memikirkan faktor-faktor yang pada zaman ini harus mempersatukan dan tidak memecah belah orang-orang yang beragama Yahudi, Masehi atau Islam.
Ahli bedah, Maurice Bucaille; telah berada beberapa kali dalam keadaan di mana ia dapat menyelidiki, bukan hanya badan manusia tetapi juga jiwa manusia. Karena keadaan itulah ia dapat merasakan arti taqwa dalam Islam serta aspek-aspek lainnya yang selama ini kebanyakan orang yang di luar Islam tidak mengetahuinya.
Ia belajar bahasa Arab dan mempelajari Qur-an untuk mencari penerangan yang tidak akan dapat diperoleh dengan jalan lain. Ia heran karena dalam Qur-an ia menemukan keterangan-keterangan tentang fenomena-fenomena alamiah, yang hanya dapat difahami oleh pengetahuan ilmiah modern.
Kemudian ia membicarakan masalah otentitas (keaslian) teks kitab-kitab suci agama-agama monoteis, dan akhirnya, melakukan konfrontasi antara Bibel dan hasil-hasil Sains.
Hasil penyelidikan-penyelidikan tersebut, untuk wahyu Judeo Kristiani dan untuk Qur-an dijelaskan dalam buku ini.
Mengenai kematian dan mumi Firaun.
Informasi yang tertuang di dalam Al Qur’an, mengenai Fir’aun yang hidup pada masa nabi Musa AS (setelah ia tenggelam di laut), dan keberadaan jasadnya yang masih utuh hingga hari ini, merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT terhadap alam semesta ini.
Pada 1975, di Cairo (Mesir) berhasil dilakukan pengambilan salah satu sampel organ tubuh berkat bantuan dari Prof. Michel Durigon. Pemeriksaan yang sangat teliti dengan microscop, menunjukkan kondisi utuh yang sangat sempurna dari objek penelitian itu.
Juga menunjukkan, bahwa keutuhan yang sangat sempurna seperti ini tidak mungkin terjadi andaikan jasad tersebut berada (tenggelam) di dalam laut selama beberapa waktu, bahkan sekali pun ia berada untuk waktu yang sekian lama di luar air, sebelum dilakukan langkah pengawetan pertama.
Di pertengahan tahun 1975, sebuah tawaran dari pemerintah Prancis datang kepada pemerintah Mesir. Negara Eropa tersebut menawarkan bantuan untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Fir’aun. Tawaran tersebut disambut baik oleh Mesir, mumi Fir’aun kemudian dibawa ke Prancis.
Bahkan, pihak Prancis membuat pesta penyambutan kedatangan mumi Fir’aun yang dzalim itu, dengan pesta yang sangat meriah. Mumi pun dibawa ke ruang khusus di Pusat Purbakala Prancis, dilakukanlah penelitian sekaligus mengungkap rahasia yang ada di baliknya oleh para ilmuwan terkemuka dan para pakar dokter bedah dan otopsi di Prancis.
MUMI FIRAUN |
Pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian mumi ini adalah Prof. Dr. Maurice Bucaille. Bucaille adalah ahli bedah kenamaan Prancis, dan pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Ia dilahirkan di Pont-L'Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920.
Bucaille memulai kariernya di bidang kedokteran pada 1945 sebagai ahli gastroenterology. Dan, pada 1973, ia ditunjuk menjadi dokter keluarga oleh Raja Faisal dari Arab Saudi. Tidak hanya anggota keluarga Raja Faisal, anggota keluarga Presiden Mesir kala itu, Anwar Sadat, juga termasuk dalam daftar pasien yang pernah menggunakan jasanya.
Ketertarikan Bucaille terhadap Islam mulai muncul, ketika secara intens dia mendalami kajian biologi dan hubungannya dengan beberapa doktrin agama. Karenanya, sebuah kesempatan bagi Bucaille untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Fir’aun.
Hasil akhir yang diperolehnya sangat mengejutkan. Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh mumi adalah bukti terbesar, bahwa dia mati karena tenggelam. Jasadnya dikeluarkan dari laut, dan kemudian di balsem untuk segera dijadikan mumi agar awet.
Penemuannya itu masih mengganjal dalam pikiran sang professor. Bagaimana jasad tersebut bisa lebih baik dari jasad-jasad mumi yang lain, padahal dia dikeluarkan dari laut?
RODA FIRAUN DI LAUT MERAH |
Kami sudah melakukan lebih dari itu dan menitikkan perhatian pada pencarian kemungkinan penyebab kematian Fir’aun, dimana dilakukan penelitian medis legal terhadap mumi tersebut berkat bantuan Ceccaldi, direktur laboratorium satelit udara di Paris dan Prof. Durigon.
Dalam pengecekan itu, tim medis berupaya mengetahui sebab di balik kematian ‘ekspress’ akibat adanya memar di bagian kepala tengkorak. Jelas pada setiap penelitian ini sangat sesuai dengan kisah-kisah yang terdapat di dalam kitab-kitab suci, yang menyiratkan bahwa Fir’aun sudah mati saat ombak menelannya.
Bangkai Poros Roda Dari Salah Satu Kereta Kuda Pasukan Fir’aun Di Laut MerahProf. Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang diyakininya sebagai penemuan baru, yaitu tentang penyelamatan mayat Fir’aun dari laut dan pengawetannya. Terkait dengan laporan akhir yang disusunnya, salah seorang rekannya membisikkan sesuatu dan berkata : "Jangan tergesa-gesa, karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi ini".
Awalnya Bucaille tidak menghiraukan kabar ini, sekaligus menganggapnya mustahil. Menurutnya, pengungkapan rahasia seperti ini tidak mungkin diketahui, kecuali dengan perkembangan ilmu modern, melalui peralatan canggih yang mutakhir dan akurat.
Hingga laporan akhirnya ini diterbitkannya dengan judul "Les momies des Pharaons et la midecine" (Mumi Fir’aun; Sebuah Penelitian Medis Modern). Berkat bukunya inilah, dia menerima penghargaan "Le prix Diane-PotierBoes" (penghargaan dalam sejarah) dari Academie Frantaise dan "Prix General" (Penghargaan umum) dari Academie Nationale de Medicine, Prancis.Bangkai Roda Kereta Fir’aun Yang Ditemukan Oleh Arkeolog bernama Ron Wyatt Di Laut Merah 1988
Salah seorang di antara mereka berkata, bahwa Al Qur’an yang diyakini umat Islam, telah meriwayatkan kisah tenggelamnya Fir’aun yang kemudian diselamatkannya mayatnya. Ungkapan itu semakin membingungkan Bucaille. Lalu, dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi?
Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898 M, sedangkan Al Qur’an telah ada ribuan tahun sebelumnya. Sementara dalam kitab suci agama lain, hanya membicarakan tenggelamnya Fir’aun di tengah lautan saat mengejar Musa, dan tidak membicarakan tentang mayat Fir’aun. Bucaille pun semakin bingung dan terus memikirkan hal itu.
Prof. Bucaille akhirnya meminta untuk di datangkan Kitab Taurat (Perjanjian Lama). Diapun membaca Taurat yang menceritakan : "Airpun kembali (seperti semula), menutupi kereta, pasukan berkuda, dan seluruh tentara Fir’aun yang masuk ke dalam laut di belakang mereka, tidak tertinggal satu pun di antara mereka."
Prof. Bucaille melanjutkan, riwayat versi Taurat yang terkait dengan kisah keberangkatan bangsa Yahudi bersama Musa AS dari Mesir menguatkan analisa yang mengatakan bahwa Mineptah, pengganti Ramses II adalah Fir’aun Mesir di masa nabi Musa AS.
Jasad Fir’aun Ditemukan Pertama Kali Di Laut Merah 1898 Dalam Posisi Bersujud Penelitian medis terhadap mumi Mineptah mengemukakan kepada kita, informasi penting lainnya mengenai apa kemungkinan penyebab kematian Fir’aun ini. Kemudian dia membandingkan dengan Injil. Ternyata, Injil tidak membicarakan tentang diselamatkannya jasad Fir’aun yang masih tetap utuh.
Oleh karenanya, ia pun semakin bingung. Setelah perbaikan terhadap mayat Fir’aun dan pemumiannya, Prancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir. Prof. Bucaille memutuskan untuk menemui sejumlah ilmuwan otopsi dari kaum Muslimin.
Dari sinilah kemudian terjadi perbincangan untuk pertama kalinya dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang kehidupan Musa, perbuatan yang dilakukan Fir’aun, dan pengejarannya terhadap Musa, hingga dia tenggelam, dan bagaimana jasad Fir’aun diselamatkan dari laut.
Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan Muslim tersebut, seraya membuka mushaf Al Qur’an dan membacakan firman Allah SWT yang artinya :
"Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (QS. Yunus : 92)
"La Bible, le Coran et la Science" (Bibel, Al Qur’an, dan Ilmu Pengetahuan Modern).Ayat ini pun lantas sangat menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan, bahwa ayat Al Qur’an tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir, seraya menyeru : "Sungguh, aku masuk Islam dan aku beriman dengan Al Qur’an ini."Prof. Dr. Yahya Maurice Bucaille Dan Bukunya"
Prof. Dr. Maurice Bucaille |
Ia pun kembali ke Prancis dengan wajah baru, dan nama Islam yang Baru, "Prof. Dr. Yahya Maurice Bucaille". Sejak memeluk Islam, ia menghabiskan waktunya untuk meneliti tingkat kesesuaian hakikat ilmiah dan penemuan-penemuan modern dengan Al Qur’an, serta mencari satu pertentangan ilmiah yang dibicarakan Al Qur’an.
Namanya mulai terkenal ketika ia merangkum semua hasil penelitiannya tersebut yang kemudian dibukukan dengan judul "La Bible, le Coran et la Science" (Bibel, Al Qur’an, dan Ilmu Pengetahuan Modern). Buku yang dirilis tahun 1976 ini, menjadi best-seller internasional dan diterjemahkan ke hampir semua bahasa.
Dalam penjelasannya jelas sekali bahwa Al-Qur'an tidak pernah salah walau satu huruf pun mengenai apa yang disampaikannya yang mana dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa "Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (QS. Yunus : 92).
Ayat ini menandakan bahwa jasad Firaun bisa bertahan hingga sekarang bukan dengan sendirinya melainkan ada campur tangan manusia atas kehendak dan keinginan tuhan. Sedangkan di dalam Injil dan Taurat hanya menyebutkan mengenai tenggelamnya firaun dan tidak menyebutkan bahwa jasad firaun diselamatkan yang seakan-akan mengatakan bahwa jasad firaun utuh dan menjadi mumi dengan sendirinya, padahal tidak demikian berdasarkan hasil penelitian Prof. Bucaille. Hal inilah yang menyebabkan seorang peneliti (Prof. Bucaille) yang menemukan kebenaran tersebut langsung tersungkur karena bergetar hatinya dan menyatakan masuk Islam waktu itu juga.
2. Bukti Ilmiah Kebenaran Al Quran Dibandingkan Dengan Alkitab
Mengenai Pendeta Masuk Islam dan Pengemis Masuk Kristen
Dalam banyak kejadian terbukti banyak sekali pendeta masuk Islam setelah mereka meneliti Al-Qur'an. Dan sesuatu yang mengherankan para pendeta tersebut masuk Islam karna awalnya mencari-cari kesalahan dalam al-Qur'an tapi malah sebaliknya, mereka menemukan kebenaran dan bahkan tak ada sedikit pun cacat dalam al-Qur'an yang didapatinya. Contoh pendeta yang masuk Islam seperti :
1. Dr. Polosin Ali Vyacheslav Sergeyevich, Professor, Doctor of Philosophy, Russian Muslim How I came to Islam?
Berikut penuturannya :
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Prof. Dr Polosin Vyacheslav Sergeyevich |
Saya dibesarkan di keluarga atheis tapi dari sejak kecil percaya adanya Tuhan yang Maha Kuasa, dan dalam rangka menemukan kebenaran tantang Tuhan saya kemudian belajar di Faculty of Philosophy of Moscow State University. disanalah saya membuka 'Bible'' untuk pertama kalinya, dan saya segera menemukan adanya pertantangan dalam diri saya. Pada beberapa bagian tampak religiusnya, sementara disisi yang lain ditunjukan tentang siapa Tuhan yang kejam dan menghancurkan..
sedikit menambahkan,mungkin seperti ini diantaranya yang membuat pertantangngan Dr Vyacheslav,
Jangan kamu menyangka bahwa AKU datang untuk membawa damai di atas bumi; AKU datang bukan untuk membawa DAMAI melainkan PEDANG (Matius 10:34).
AKU datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah AKU harapkan, api itu telah menyala ! (Lukas 12:49).
Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan PERTENTANGAN (Lukas 12:51).
Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka Aku menjadi rajanya, bawalah mereka kemari dan BUNUHLAH mereka di depan mata-Ku (Lukas 19:27).
Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi" (Matius 15:30).
Mereka menumpas dengan mata pedang segala sesuatu yang di dalam kota itu, baik laki-laki maupun PEREMPUAN, baik TUA maupun MUDA, sampai kepada LEMBU, DOMBA, dan KELEDAI (Yosua 6:21).
Firman TUHAN untuk membantai kaum Amalek:
Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan padanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun PEREMPUAN, KANAK-KANAK MAUPUN ANAK-ANAK YANG MENYUSU, LEMBU maupun DOMBA, UNTA maupun KELEDAI " (Samuel 15:3).
Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, JANGANLAH KAU BIARKAN HIDUP APAPUN YANG BERNAFAS " (Ulangan 20:16).
Sebab sesungguhnya, TUHAN akan datang dengan api, dan kereta-kereta-Nya akan seperti puting beliung, untuk melampiaskan murka-Nya dengan kepanasan dan hardik-Nya dengan nyala api.
Sebab TUHAN akan menghukum segala yang hidup dengan api dan dengan pedang-Nya, dan orang-orang yang mati terbunuh oleh TUHAN akan banyak jumlahnya. (Yesaya 66:15-16) *
dan setelah saya masuk dalam gereja, saya mendapatkan tradisi peninggalan kuno tentang bagaimana cara kita beribadah kepada Tuhan dan saya memutuskan untuk mempelajarinya lebih dalam mengenai dalil-dalil ajaran kristen dan masuk dalam seminary yang setelah itu saya menjadi seorang "priest" pada tahun 1983. bagi saya ini adalah seakan diriku menjadi prajurit Tuhan...
Namun, dalam melayani gereja saya juga harus melakukan berbagai ritual yang kemudian saya sadari pada intinya ini tidak berbeda dari kesamaan tradisi pagan (kepercayaan/praktik spiritual penyembahan terhadap berhala). Saya tidak dapat menolak untuk tidak melakukannya karena itu menjadi bagian wajib dari kehidupan Gereja.
dan bila ada yang ingin melihat video Dr. Polosin Ali Vyacheslav Sergeyevich, silahkan dapat melihat disini (dalam bahasa Rusia) ; http://www.youtube.com/watch?v=gJLVOMVQjUA (Любовь по мусульмански Почему Ислам polosin)
Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (Qs. 3. Ali 'Imran 83)
semoga bermanfaat,
___________________
sumber:
- http://muslimstoday.info/content/story/polosin-ali-vyacheslav-my-journey-islam (Polosin Ali Vyacheslav - My journey to Islam.)
2. Joshua (Yusha) Evans (Pendeta Muda Masuk Islam)
Joshua (Yusha) Evans, tumbuh dengan didikan yang ketat, meski tanpa kedua orang tuanya. Tinggal dekat dengan gereja dan belajar di sekolah Kristen adalah dua hal yang membentuknya menjadi pendeta muda. Namun ia tak pernah menyangka, Injil justru membimbingnya pada perhentian yang lain, yakni Islam.
“Aku dibesarkan oleh kakek dan nenekku, di South Carolina (AS),” Evans mengawali ceritanya. Malam itu, 6 Februari 2009, ia diundang untuk berbicara di Masjid Omar Al Farouk, California. Ibunya meninggalkan rumah sejak Evans masih kecil, sedangkan ayahnya tinggal jauh darinya untuk bekerja. “Di rumah hanya ada aku dan dua orang penganut Kristen yang sangat konservatif (kakek dan nenek).”
Konservatisme, menurut Evans, tak menyulitkan kedua orang terdekatnya itu untuk membentuk dirinya. Sejak kecil, Evans telah terbiasa datang ke gereja pada Minggu pagi dan malam, ditambah Rabu. “Dan dalam Kristen, orang-orang seperti kami termasuk golongan sangat relijius,” katanya.
“Dari gereja, rumah kami hanya dibatasi oleh dua rumah lain,” Evans melanjutkan. Karenanya, ia tak pernah absen dari sekolah Minggu dan kegiatan Sabtu malam yang diadakan gereja.
Meski mengaku tak menyukai gereja di mana ia harus diam, mendengarkan ceramah pastur, berdiri, lalu kembali duduk dan mendengarkan, Evans kecil menyukai sekolah Minggu. Ia senang mendengarkan cerita-cerita tentang nabi seperti Musa, Nuh, dan Ibrahim. “Cerita-cerita itu yang kupahami sebagai Kristen.”
Pada usia 12 hingga 14 tahun, Evans mengikuti layanan gereja setiap Sabtu malam, di mana ia bisa bermain basket, sepak bola, makan pizza dan kue bersama teman-teman sebayanya. Lalu, kegiatan itu diakhiri dengan ceramah 30 menit oleh seorang pendeta muda. “Usianya hanya tiga tahun lebih tua dariku. Ia berbicara tentang agama, Tuhan, dan banyak hal lain.”
Dari kegiatan-kegiatan gereja yang ia ikuti, Evans mulai menemukan keimanan terhadap agama tersebut. “Untuk pertama kalinya, aku beragama atas dasar keinginanku sendiri,” ujarnya.
Keimanan Evans semakin ‘aman’ ketika akhirnya ia melanjutkan ke sekolah tinggi yang disebutnya ‘sekolah Kristen paling konservatif’ di South Carolina, Bob Jones University. Di kampusnya, laki-laki dan perempuan harus mengenakan pakaian tertutup, dilarang berduaan dengan lawan jenis, dan tak ada pesta.
Di kampus itu, Evans berkawan akrab dengan seorang pendeta muda, yang kritis dan begitu ingin tahu banyak hal tentang Injil. “Karena kami tahu, Injil memiliki banyak versi,” katanya. Maka suatu hari, sang kawan mengajukan sebuah pertanyaan ringan yang tak pernah diduga Evans, “Apakah kamu pernah membaca Injil?”
Evans terdiam sejenak, lalu menjawab bahwa tentu ia pernah membacanya saat di gereja, ketika pastor menyuruh jamaat membaca ayat tertentu.
Sang teman lalu mengajak Evan membacanya seperti membaca buku, dari bagian awal hingga akhir. “Jika Tuhan bisa berbicara dengan pastor melalui Injil, seharusnya dengan kita pun bisa,” Evan menirukan ucapan temannya.
“Itu ide yang sangat bagus, dan kami mulai membacanya,” kata Evans yang memulainya dengan membaca Kitab Perjanjian Lama. Di kitab itu, ia menemukan kisah-kisah nabi seperti pernah didengarkannya di sekolah Minggu. Namun ia segera dikejutkan beberapa bagian kisah yang justru menenggelamkan kemuliaan para utusan Tuhan tersebut, seperti menggambarkan nabi tertentu sebagai pecandu alkohol.
“Para nabi seharusnya adalah orang-orang mulia yang mampu menjadi teladan bagi umatnya,” Evans berontak. Merasa ada yang salah dengan kitabnya, ia mendatangi beberapa pastor. Dan ia kembali kecewa dengan jawaban para pastor itu. “Dengan jawaban yang sama dan normatif, mereka menasihatiku untuk tidak membiarkan ilmu pengetahuan meruntuhkan keimananku,” kata Evans. Ia juga diminta membaca Kitab Perjanjian Baru.
Meski tanpa penjelasan memuaskan, Evans menggarisbawahi satu pesan utama dari Kitab Perjanjian Lama yang baru ditamatkannya. “Tuhan itu Satu, dan Ia adalah Dzat yang Unik. Ia selalu iri soal pemujaan. Jika ada yang menyembah selain diri-Nya, Tuhan memberinya hukuman.”
Evans mulai membaca Kitab Perjanjian Baru. Kali ini, pertanyaan yang mengelilingi otaknya adalah mengenai mereka yang namanya disebutkan dalam Injil; Matthew (Matius), Luke (Lukas), John (Yohanes), dan Mark (Markus). Tak hanya itu, ia mulai mendalami ajaran Yesus melalui ucapan-ucapannya di dalam Injil. “Aku menangkap pesan yang sama (dengan yang ada di dalam Kitab Perjanjian Lama), Tuhan hanya satu,” katanya.
Pertanyaan-pertanyaan itu mengganggunya, dan memberinya sebuah keputusan. “Kutinggalkan Kristen.”
Baginya, tak perlu ada yang berdiri di antara dirinya dengan Tuhan. Ketika aku ingin meminta sesuatu dari-Nya, aku hanya perlu datang kepada-Nya,” kata Evans.
Ia mulai mencari agama, mempelajari Yahudi, Budha, Hindu, Thao, dan banyak lainnya. Dan setiap bertemu dengan pemeluk agama tertentu yang belum dipelajarinya, Evans selalu bertanya, “Apakah kamu punya sebuah kitab?”
Tak kunjung menemukan Tuhan, Evans menyerah dan marah. Menurutnya, Tuhan mempedulikannya. Sebagai pelampiasan, Evans mulai berpesta dan berteman alkohol, dua hal yang selalu dijauhinya.
Satu malam, pulang dari pesta, Evans selamat dari kecelakaan yang bisa saja merenggut nyawanya. Tiga bulan kemudian, ia kembali selamat dari peluru pistol yang ditodongkan padanya di sebuah mesin ATM. “Ucapan ibuku mulai membuatku berpikir, ‘Tuhan punya maksud di balik ini semua’.”
Sejauh itu, Evans tak mengenal Islam. Dan perkenalan pertamanya tak berlangsung baik. Saat melihat-lihat rak buku agama di kampusnya, Evans menemukan sebuah buku tentang Islam. Belakangan ia baru tahu bahwa buku itu hanya berisi propaganda negatif tentang Islam. “Ia menyebutkan banyak hal buruk, salah satunya adalah bahwa Islam membolehkan Muslim membunuh orang-orang non Muslim, kapanpun dan di manapun.”
Evans kembali bertemu Islam saat ia mengenal seorang Amerika-Afrika. Ketika Evans bertandang ke rumahnya, mereka berdebat tentang agama. Saat itulah Evans tahu bahwa ia berdiskusi dengan seorang Muslim. Diajaknya Evans ke masjid.
Di masjid, Evans mendengarkan khutbah Jumat yang berbicara tentang pengampunan Allah. “Belakangan aku tahu, segalanya sengaja dipersiapkan bagiku. Temanku telah memberitahu sang imam tentang kedatanganku,” ujarnya, disambut tawa orang-orang yang menyimak ceritanya.
Terlepas dari itu, Evans tertarik dengan materi khutbah yang baru didengarkannya. Dan saat menyaksikan para Muslim melakukan gerakan ruku’ dan sujud, Evans tak mampu menutupi kekagumannya. “Itu lebih dari berdoa. Itu adalah menyembah, penuhanan yang sesungguhnya,” kata Evans.
Setelah shalat Jumat usai, Evans menghampiri sang imam dan bertanya, “Apakah kalian (Muslim) mempunyai sebuah kitab?”
Evans membaca kitab dari sang imam, surah demi surah. “Aku tahu nama-nama ini; Ibrahim, Musa, Daud, Zakariya, Isa. Tapi, ada yang berbeda tentang mereka dalam kitab ini,” teriaknya dalam hati. Alquran menggambarkan dan mengisahkan mereka sebagai orang-orang mulia yang harus diteladani umatnya.
Membaca kisah-kisah tentang Yesus, Evans semakin kagum. Menurutnya, Injil tak menjelaskan bagaimana Maryam menghadapi tuduhan yang ditujukan padanya, bagaimana Yesus yang masih bayi berbicara untuk membela ibunya.
“Ini kisah yang sangat indah. Siapapun pengikut kitab ini, aku ingin menjadi seperti mereka,” kata Evans.
Jumat berikutnya, Evans kembali mendatangi masjid tempatnya mendengarkan khutbah. “Bukan untuk menanyakan apakah mereka punya kitab yang lain,” katanya. “Aku datang untuk menerima Islam.”
“Desember 1998. Aku masih mengingatnya,” ujar Evans, tersenyum
3. Islamnya Mantan Pendeta Missionaris Alumni Jerman & Jepang (Agustinus Sri Urip Ragil Wibowo)
Latar Pendidikan :
Alumni Institut Agama Kristen Bandung 1989
Alumni Sekolah Tinggi Alkitab Asia Pasifik Bandung 1992
Doktor Honoris Causa UGM Jogja 2003
Alumni Japan Missionaries TC 1988
Alumni Jerman Mission Hoos 1988
Terang Lintas Budaya 1988
------------------------------------------
Latar Pekerjaan :
Guru Agama Katholik SMP BR Bandung 1985-1987
Manager Restaurant LS Bandung 1984-1986
Penginjil Jatim-Bali 1988-1990
Penginjil Jateng-DIY 1989-1993
Gembala Sidang GPII Jogja 1989-1993
Dosen Sekolah Tinggi Missiologi Natiri Kasih NK Solo 1988-1993
Dosen Sekolah Tinggi Teologi Berea Semarang 1988-1993
Dosen STIMIS Nusantara Jogja 1988-1993
Kepala SMEA Persiapan BTA SS 1995-1998
Sekretaris Desa Kr.Agung 1995-1999
-------------------------------------------
Latar Organisasi :
Ketua Karang Taruna Arcamanik Bandung 1984-1989
Ketua Ikatan Pemuda Kristen Bandung 1984-1989
Ketua Persatuan Pemuda Gereja Lokal Bandung Raya 1985-1989
Ketua Perhimpunan Hamba Tuhan Desa Jogja 1989-1993
Ketua Wilayah Gereja Prisbiterian Internasional Indonesia Jateng DIY 1990-1993
Sekretaris Badan Kerjasama Gereja 1990-1993
Ketua Umum HKTI Sumatera Selatan 1995-1998
-------------------------------------------
Dengan Istri : Anna Maria Dalena
Yang juga Missionaries Gereja
Sempat memurtadkan 200 orang lebih
Namun kini mereka kembali ke pangkuan Islam
Dan kembali mengislamkan semua yang pernah dimurtadkannya
-------------------------------------------
Bapak Ragil, begitulah orang memanggilnya. Nama lengkap beliau adalah Agustinus Sri Urip Ragil Wibowo, dilahirkan di Purworejo 12 Maret 1966 dari keluarga pendeta, sedangkan isterinya Ana Maria Dalena dari keluarga pastur. Tak heran jika mereka sangat fanatik terhadap ajaran Kristen yang dianutnya. Kegigihannya dalam menjal
ankan misi kristenisasi tidak perlu diragukan lagi, sebab beratus-ratus bahkan beribu-ribu orang Islam pernah dimurtadkannya. Lelaki yang pernah mengikuti pendidikan di Missionairy Training Centre di Jepang dan Jerman ini menceritakan pengalamannya hingga ia mantap memeluk Islam sebagai agamanya.
Kalah Berdebat
Pengalaman ini berawal saat saya menjalankan misi kristenisasi yang berkedok program Kesejahteraan Masyarakat pada tahun 1978 dibawah pimpinan seorang tokoh Kristen terkenal di Yogyakarta yang belum lama meninggal (nama dirahasiakan oleh Hidayah). Walau program ini seringkali tersendat karena persoalan dana sehingga terhenti untuk beberapa saat, namun pada tahun 1988-1989 program ini dimulai kembali dan saya terlibat penuh didalamnya. Namun sekali lagi program yang sarat dengan misi kristenisasi ini pun harus gulung tikar untuk sementara waktu karena alasan yang sama. Sampai akhirnya pada tahun 1993-1995 program ini hidup kembali setelah pengelolaannya diserahkan oleh tokoh tersebut kepada saya.
Dibawah komando saya, program ini terbilang sangat sukses, banyak orang Islam yang telah kami murtadkan dengan iming-iming bantuan sosial. Hingga pada saat kami menjalankan program dengan nama Income Generating Project di kecamatan Panggang dan kecamatan Rongkop, saya mendapatkan sepucuk surat dari dari salah seorang tokoh dan pemuka agama Islam setempat yang bernama Bapak Drs. Jalal Muhsin. Didalam surat tersebut diungkapkan, bahwa kami dipersilahkan untuk membantu masyarakat miskin jika benar misi yang kami jalankan itu murni misi sosial, sedangkan Bapak Jalal Muhsin sendiri akan menggarap bidang akidah sesuai dengan yang dianut oleh masyarakat setempat yaitu Aqidah Islamiyah.
Surat yang berisi teguran halus ini saya tanggapi serius dengan meminta waktu untuk bertemu Bapak Jalal guna berdialog seputar akidah masing-masing. Akhirnya pada tanggal 23 Mei 1993 dialog pun dimulai disebuah rumah milik warga setempat. Dialog berlangsung selama tiga bulan yang mengupas seputar kebenaran al-Kitab, ajaran trinitas dan masalah-masalah ketuhanan, namun kami belum menemukan titik temu.
Karena tidak adanya titik temu inilah, akhirnya kami berdua membuat surat perjanjian yang berisi komitmen bersama, bahwa siapapun yang kalah dalam perdebatan, harus rela meninggalkan keyakinan agamanya dan masuk mengikuti agama yang memenangkan perdebatan. Perdebatan demi perdebatan telah kami lalui hingga pada akhirnya saya mengaku kalah. Menurut saya, apa yang diungkapkan oleh Bapak Jalal Mukhsin ini ternyata semua ada dalam al-Kitab. Setelah mengaku kalah dalam berdebat, saya pun akhirnya masuk Islam. Ikrar syahadat saya lakukan di KUA-Menteri Jeron Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 29 November 1993 dan dipimpin langsung oleh Bapak Jalal Mukhsin.
Menghadapi Badai Ujian
Setelah masuk Islam, saya mengganti nama menjadi Muhammad Abdullah Syahid. Konsekwensi dari keputusan saya ini, saya harus rela dibenci oleh keluarga dan jemaat saya, diputus hubungan keluarga, diusir dari rumah dan digugat cerai oleh sang isteri tercinta. Ancaman fisik dan teror gelap pun sering berdatangan menghiasi hari-hari baru saya. Untuk menyelamatkan akidah dan jiwa saya, saya harus rela hijrah ke Sumatera selatan pada akhir tahun 1993 dengan meninggalkan isteri dan anak-anak saya. Untuk biaya hijrah ke Sumsel, saya menjual gereja yang saya dirikan di Jl. Wates km 9 Yogyakarta kepada Bapak Jalal Mukhsin dengan harga satu juta untuk saat itu.
Di Sumatera saya tinggal di rumah seorang Kepala Desa Karang Agung Simpang Sumatera Selatan dan menjadi bujangan (karyawan) Pak Lurah untuk mengurus kebun dan lainnya. Kemudian saya dipercaya untuk menjadi Sekretaris Desa (Sekdes) dan diresmikan di hadapan masyarakat setempat menjadi adik angkat Bapak Kepala Dusun (Kadus). Selama berada di Sumatera Selatan (1993-1998) saya banyak aktif diberbagai ormas dan lembaga kemasyarakatan seperti aktif di HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) sebagai pembina Kuntum HKTI untuk wilayah Sumsel, menjadi ketua LKMD dan kepala sekolah SMEA persiapan AMPI.
Namun karena kerinduan kepada anak-anak dan isteri, saya memutuskan untuk kembali ke Yogyakarta pada tahun 1998. Saya mencoba mengajak isteri tercinta untuk masuk Islam, tetapi keinginan itu belum membuahkan hasil, karena untuk bertemu isteri dan anak-anak saja dibatasi, semua dijadwal oleh pihak gereja. Dengan usaha yang ulet akhirnya isteri saya memutuskan untuk ikut masuk Islam pada tanggal 23 Maret 1998. Hal itu dilakukan semata-mata demi masa depan anak-anak. Karena jika isteri menolak untuk masuk Islam, maka anak-anak akan saya bawa ke Sumatera.
Karena ketahuan masuk Islam, saya beserta isteri dan anak-anak diusir dari rumah mertua pada jam sepuluh malam disaat hujan turun. Kami pergi tanpa arah dan tujuan yang pasti, sampai akhirnya kami menemukan bekas warung yang berdindingkan gedhek (pagar bambu) yang bocor dan sangat kumuh di Jl. Wates km. 9 diwilayah dimana saya mendirikan gereja. Karena keadaan yang sangat mengenaskan ini, anak dan isteri saya sering menangis meratapi kepedihan hidup yang kami hadapi demi mempertahankan keimanan. Padahal pada saat saya dan isteri aktif menjadi pendeta dan misionaris, kami sangat bahagia dengan fasilitas dan gaji masing-masing yang tidak kurang dari 15 juta perbulannya. Namun kini semua berbalik 180 derajat. Bahkan pakaian yang kami miliki sudah tidak layak dipakai lagi karena jamuran terkena hujan akibat rumah gedhek yang bocor.
Memulai Hidup Baru
Cobaan demi cobaan datang silih berganti, mungkin inilah sebagai ujian keimanan seperti yang dijelaskan oleh Allah swt. Setelah mendapatkan tempat bernaung yang sangat kumuh, saya menjual sepeda motor tua untuk membeli alat-alat dapur dan mesin jahit untuk isteri. Karena mencari pekerjaan sangat susah, maka saya rela menjadi penjaga gudang, sesuatu yang tak pernah terbayangkan dibenak saya. Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan kondisi saat saya masih aktif menjadi pendeta dengan fasilitas dan gaji yang besar. Namun semuanya saya jalankan demi mendapatkan nafkah buat anak dan isteri.
Tetapi alangkah bersyukurnya saya ketika Bapak Sukadiono, Kepala sekolah SD Muhammadiyah 3, dan Bapak Ikhwan Ahada salah seorang guru disana membantu meringankan beban kami dengan menyekolahkan kedua puteri saya disekolah tersebut tanpa dipungut biaya sepeserpun. Untuk mencari tambahan nafkah buat keluarga, dengan kemampuan yang saya miliki, saya mencoba ikut lomba cipta lagu yang diselenggarakan oleh BP7 yang bekerja sama dengan para musisi Yogyakarta. Pada lomba ini saya mendapatkan juara I dan berhak memperoleh hadiah Rp. 2.500.000. Hadiah sebesar itu saya bagi dua dengan pembuat aransemennya. Usaha yang sama juga saya ikuti pada saat lomba cipta lagu untuk menyambut Muktamar Muhammadiyah ke 44 di Jakarta, dan alhamdulillah saya dapat meraih juara I dan berhak mendapatkan hadiah 3 juta rupiah. Namun karena kebutuhan hidup yang kian mendesak, sementara untuk makan saja masih susah, maka pada tahun 1999 saya membuka usaha ternak ayam potong untuk dijual.
Berdakwah
Sekalipun telah masuk Islam, saya belum tahu apa itu Islam yang sesungguhnya. Sebab saya menyadari bahwa saya masuk Islam karena kalah berdebat, sehingga saya sering bertanya tentang apa itu Islam. Sampai akhirnya saya bertemu dengan seorang pendeta senior Bapak Rudi, rekan saya pada saat sama-sama aktif di gereja yang telah terlebih dahulu masuk Islam. Mantan pendeta Rudi mengamanatkan kepada saya agar melanjutkan misi dakwahnya, sebab kata beliau, sisa umurnya tinggal tiga persen lagi. Ternyata benar, tiga minggu setelah pertemuan kami itu Bapak Rudi pun meninggal dunia. Untuk merealisasikan amanat tersebut, saya mendirikan Lembaga Dakwah Mualaf (YAKIN). Program yang saya jalankan adalah dakwah door to door, menerbitkan buletin untuk disebarluaskan kepada teman dan mantan jemaat termasuk juga keluarga saya dan isteri. Bahkan dari dakwah ini kami berhasil menarik kembali masyarakat (satu dusun) di desa Purworejo yang dahulu saya murtadkan untuk kembali ke pangkuan Islam. Disamping itu banyak juga para pendeta yang masuk Islam termasuk juga beberapa majelis gereja.
Saat ini saya sering pulang pergi Jakarta-Yogyakarta karena saya memiliki kesibukan di dua wilayah ini. Di yogyakarta saya memiliki anak dan isteri, menjadi pengurus ranting Muhammadiyah, sekjen Putra Ka'bah dan Kepala Biro Litbang DPW PPP, pengurus PDHI, disamping juga disibukkan sebagai penulis buku. Diantaranya adalah: Benarkah Yesus Disalib, Muhammad dalam Taurat dan Injil, Membongkar Strategi Kristenisasi di Indonesia dan Hanya orang-orang kafir yang menyebut Yesus itu Tuhan
4. Irene Handono yang masuk Islam dan kemudian getol membongkar banyak kesalahan-kesalahan dalam injil. dan masih banyak lagi pendeta yang sudah mengikrarkan diri masuk islam
Pertanyaannya, Apakah ada Ustadz yang masuk Islam? Jawabannya tidak ada sama sekali, kecuali kalau Ustadznya pura-pura atau gila kalee ...heee..hee!!! Dan ada juga ustadz palsu yang sebenarnya pendeta berpura pura masuk Kristen dan akhirnya terbongkar. Lihat di : http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20120802080841AAp0yte
Pertanyaan lagi, Apa penyebab pendeta masuk Islam dan mengapa tidak ada Ustadz yang masuk Kristen? Jawabannya karena begitu banyak kesalahan dalam Injil dan ajaran Kristen sedangkan dalam al-Quran tak ada cacat sedikit pun walau satu ayat sekalipun perdebatan antara pendeta dan ustadz sudah dilakukan berulang kali.
3. Bukti Kebenaran Ilmiah Al-Qur'an dan Bagaimana dengan Injil?
1. Mengenai Makanan
Dalam al-Qur'an dikatakan bahwa 'Makanlah makanan yang halal lagi baik' sedangkan dalam injil dikatakan 'Semua ciptaan tuhan baik'. Buat umat pengikut kristen yang membaca perbedaan ayat ini dan mau berpikir bisa jadi sudah pindah agama. Mengapa demikian? Kalau dalam Islam dikatakan jelas bahwa tidak semua yang diciptakan Allah baik buat manusia dan bahkan secara spesifik soal makanan halal di ayat di atas dikatakan bahwa sekalipun halal tidak semua baik untuk dimakan. Lalu bagaimana dengan ayat dalam Injil di atas? Kalau dikatakan semua ciptaan tuhan itu baik, lalu bagaimana dengan racun yang diciptakan tuhan? Apa ada pendeta yang berani mengatakan itu baik dimakan? Kalau ada, silahkan dibuktikan! kalau masih bisa bernyawa berarti kesalahan ayat itu patut ditiru pengikutnya. Tapi, gak usahlah karna kalau semua makan racun siapa yang diajak berdebat?
Dan satu lagi kesalahan yang saya temukan dari sebuah blog yang menulis bahwa dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa anjing dan babi termasuk haram dimakan, sedangkan dalam Perjanjian Baru dikatakan bahwa anjing dan babi halal dimakan. Katanya lagi bahwa ayat perjanjian lama di atas sudah direvisi oleh murid-murid Yesus. Apakah sewaktu hidup Nabi Isa al masih sewaktu hidup makan daging babi atau daging anjing? kalau melihat perjanjian lama karena Nabi Isa al masih berasal dari bani Israel dan kitab perjanjian lama bahwa daging babi atau anjing dilarang dimakan jelas itu perintah Allah dan hanya yahudilah yang suka membuat firman-firman palsu...sampai ada Kitab Talmud (bukan kitab taurat atau zabur) yang dipakai zonist saat ini...hanya orang nggak waras kali yang make ayat-ayat talmud kayak yahudi sekarang.
Sori kepanjangan nih balik lagi kepokok Nabi Isa al masih jelas nabi Isa juga mengikuti peraturan agama lama (taurat dan zabur) karena berada di jerusalem. dan tidak mungkin memakan daging anjing atau babi. Yahudi yang ngerti kitab aja nggak makan babi atau anjing buka disini http://www.chabad.org/library/article_cdo/aid/1452611/jewish/Why-Do-Jews-Not-Eat-Pork-or-Crab.htm
Nah, saya mau bertanya apa kesalahan di atas?
Pertama, Begini, kalau perjanjian lama dikatakan haram sedangkan dalam perjanjian baru halal apakah mungkin perubahan dari yang sifatnya negatif bisa berubah menjadi positif dalam waktu seketika tanpa ada alasan apapun yang membenarkannya? Apakah tuhan salah kan gak mungkin tuhan salah? Yang jelasnya segala sesuatu apapun itu kalau ruhnya adalah sesuatu yang mendatangkan mudharat / unsur negatif tentu selamanya akan mendatangkan mudharat. Kalau anjing dan babi mengandung unsur yang tidak baik jika dimakan manusia, mengapa bisa berubah jadi halal padahal keadaan anjing dan babi tidak pernah berubah sama sekali. Apakah ini tidak ada campur tangan manusia?
Kedua, kalau dikatakan Yesus telah merevisi Injil berarti Injil tidak murni dari tuhan melainkan dari campur murid-murid Yesus, makanya banyak kesalahan yang ditemukan. Memangnya undang-undang harus direvisi? Sebab yang sama-sama kita tau bahwa kalau undang-undang direvisi karna kesalahannya. Tapi yang parah sekali disini, kitab sucinya salah kemudian direvisi malah hasil revisinya salah, berarti baik mana dengan undang-undang kalau undang-undang direvisi kan jadi lebih baik? Ayo berpikir!!!
Buat umat non-muslim yang membaca ini saya cuma mau menyampaikan bahwa yang namanya kitab suci seharusnya bersih dari kesalahan karna kalau kesalahan demi kesalahan ditemukan apa mungkin itu dari Tuhan? Saya tidak mengajak anda pindah agama, tapi coba renungkan saja, apa mungkin yang namanya Tuhan harus melalui persalinan, bukankan proses lahir dan melahirkan itu ciptaan tuhan, mengapa tuhan harus mengalaminya sedangkan sifat utama Tuhan yang kita ketahui adalah jika ingin menciptakan maka dalam sekejap akan jadi apa yang ingin diciptakannya, bukannya malah dirinya sendiri yang harus dilahirkan dulu, he he he! Saya tidak menyebut nama tuhan mana pun, tapi kalau anda merasa itu karna penafsiran anda sendiri.
1. Bukti Ilmiah Kebenaran Al Quran Dibandingkan Dengan Alkitab
Mengenai Anjuran Perang
Kala ada waktu saya jawab soal ini, karna ini bagian dari jawaban komentar di bawah. Tapi kalau tidak sabar apa alasan perang dalam islam silahkan baca :
Kajian Perang Menurut Ulama
Menurut Dr. ‘Abdul ‘Aziz Ghanim, peperangan di dalam Islam ditujukan untuk:
- memantapkan perdamaian dalam melawan kezaliman
- untuk memadamkan perang itu sendiri (Dr. Abdul Aziz Ghanim, Mohammadun bayn al-Harb wa al-Salâm).
Prof. Mahmud Syaltut menyatakan, Sebab-sebab peperangan ditujukan untuk:
- mengusir musuh,
- menjaga dakwah, dan
- untuk menjaga kekebasan beragama.
Dengan alasan-alasan inilah Allah s.w.t mensyariatkan perang.”
(Prof. Mahmud Syaltut, al-Qur’an Wa al-Qital, hlm.89).
Prof. Mahmud Syaltut juga menyatakan, “Sebab peperangan di dalam Islam adalah :
- mengusir musuh,
- menjaga dakwah,
- kebebasan menjalankan agama, serta
- mensucikan muka bumi dari thaghüt dan kezaliman-kezaliman.”
(Prof. Mahmud Syaltut, TafsIr al-Qur’an al-Karim, hIm. 540).
Syaikh Abu Zahrah menyatakan, “Rasulullah mengumandangkan peperangan karena dua alasan penting :
- mengusir dan melawan musuh
- menjaga dakwah Islam, karena Islam adalah seruan kebenaran.”
(Syaikh Mohammad Zahrah, al- ‘Alaqat al-Duwaliyyah fi al-Islam, hlm. 92).
Ali ‘Ali Manshur berpendapat, “Islam tidak semata melakukan peperangan secara ofensif dengan tujuan menaklukkan suatu negeri atau memperluas wilayah… Perang yang dibenarkan oleh syariat Islam adalah:
- perang untuk mempertahankan diri,
- mengusir musuh,
- mempertahankan perdamaian atau perjanjian yang telah disepakati, atau
- menjaga dakwah Islam. “
(All ‘Ali Manshur, Al-SyarI’ah aI-Islâmiyyah wa al-Qanun al-Duwali, hlm. 296).
GAZAWAT RASUL
GHAZWAH
» Perang Badar (17 Ramadan 2 H)
» Perang Uhud (Syakban 3 H)
» Perang Khandaq (Syawal 5 H)
» Perang Khaibar (7 H)
» Perang Mu’tah (8 H)
» Penaklukan Kota Mekah/Fath al-Makkah (8 H)
» Perang Hunain ( 8 Safar 8 H)
» Perang Ta’if (8 H)
» Perang Tabuk (9 H)
» Perang Widan (12 Rabiulawal 2 H)
SARIYAH
» Sariyah Hamzah bin Abdul Muthalib (Ramadhan 1 H)
» Sariyah Ubaidah bin Haris (Syawal 1 H)
» Sariyah Abdullah bin Jahsy (Rajab 2 H)
» Sariyah Qirdah (Jumadilakhir 3 H)
» Sariyah Bani Asad (4 H)
» Sariyah Raji (Safar 4 H)
» Sariyah Biru Ma’unah (Safar 4 H)
» Sariyah Ijla’ Bani Nadir
» Sariyah Zi al-Qissah
» Sariyah Ka’b bin Umair al-Gifari (8 H)
Referensi
Perang yang terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW terbagi atas ghazwah (gazwah) dan sariyah (sariyyah). Ghazwah adalah perang yang dipimpin oleh Nabi SAW, sedangkan sariyah adalah perang yang dipimpin oleh sahabat atas penunjukan Nabi SAW. Para ahli sejarah Islam berbeda pendapat tentang jumlah ghazwah dan sariyah. Ada beberapa ghazwah dan sariyah dalam sejarah Islam, antara lain sebagai berikut :
Ghazwah Sariyah
1. al-Asyirah (2 H) 1. Abdullah bin Jahsy (2 H)
2. Badar (2 H) 2. Abdullah bin Unais (3 H)
3. Bahran (3 H) 3. Abdurrahman bin Auf (6 H)
4. Bani Lihyan (6 H) 4. Abu Auja’ (7 H)
5. Bani Mustaliq (6 H) 5. Abu Bakar (7 H)
6. Bani Qainuqa (2 H) 6. Abu Salam (3 H)
7. Banu Quraizah (5 H) 7. Abu Ubaidah bin Jarrah (6 H)
8. Bani Sulaim (3 H) 8. Ali bin Abi Thalib (10 H)
9. Buwat (2 H) 9. Bani Asad (4 H)
10. Daumat al-Jandal (4 H) 10. Basyir bin Sa’ad al-Ansari (7 H)
11. Fath al-Makkah (6 H) 11. Bi’ru Ma’unah (6 H)
12. al-Gabah (6 H) 12. Ghalib bin Abdullah al-Laisi (7 H)
13. Hamra’ al-Asad (3 H) 13. Hamzah bin Abdul Muthalib (1 H)
14. Hunain (8 H) 14. Hasma (6 H)
15. Khaibar (7 H) 15. Ijla’ Bani Nadir (4 H)
16. Khanda (5 H) 16. Ka’b bin Umair al-Gifari (8 H)
17. al-Kidr (3 H) 17. Muhammad bin Maslamah (6 H)
18. Mu’tah (8 H) 18. Qirdah (3 H)
19. Safwan (2 H) 19. Raji’ (4 H)
20. Sawiq (2 H) 20. Sa’d bin Abi Waqqas (1 H)
21. Tabuk (9 H) 21. Ubaidah bin Haris (1 H)
22. Ta’if (8 H) 22. Ukasyah (6 H)
23. Uhud (3 H) 23. Umar Bin Khattab (7 H)
24. Widan (2 H0 24. Zaid bin Haritsah (6 H)
25. Zat ar-Riqa’ (3 H) 25. Zat ar-Riqa’ (4 H)
26. Zi Amr (3 H)
Perang Badar (17 Ramadan 2 H)
Perang Badar terjadi di Lembah Badar, 125 km selatan Madinah. Perang Badar merupakan puncak pertikaian antara kaum muslim Madinah dan musyrikin Quraisy Mekah. Peperangan ini disebabkan oleh tindakan pengusiran dan perampasan harta kaum muslim yang dilakukan oleh musyrikin Quraisy.
Selanjutnya kaum Quraisy terus menerus berupaya menghancurkan kaum muslim agar perniagaan dan sesembahan mereka terjamin. Dalam peperangan ini kaum muslim memenangkan pertempuran dengan gemilang. Tiga tokoh Quraisy yang terlibat dalam Perang Badar adalah Utbah bin Rabi’ah, al-Walid dan Syaibah. Ketiganya tewas di tangan tokoh muslim seperti Ali bin Abi Thalib. Ubaidah bin Haris dan Hamzah bin Abdul Muthalib. adapun di pihak muslim Ubaidah bin Haris meninggal karena terluka.
Perang Uhud (Syakban 3 H)
Perang Uhud terjadi di Bukit Uhud. Perang Uhud dilatarbelakangi kekalahan kaum Quraisy pada Perang Badar sehingga timbul keinginan untuk membalas dendam kepada kaum muslim. Pasukan Quraisy yang dipimpin Khalid bin Walid mendapat bantuan dari kabilah Saqib, Tihamah, dan Kinanah. Nabi Muhammad SAW segera mengadakan musyawarah untuk mencari strategi perang yang tepat dalam menghadapi musuh. Kaum Quraisy akan disongsong di luar Madinah.
Akan tetapi, Abdullah bin Ubay membelot dan membawa 300 orang Yahudi kembali pulang. Dengan membawa 700 orang yang tersisa, Nabi SAW melanjutkan perjalanan sampai ke Bukit Uhud. Perang Uhud dimulai dengan perang tanding yang dimenangkan tentara Islam tetapi kemenangan tersebut digagalkan oleh godaan harta, yakni prajurit Islam sibuk memungut harta rampasan.
Pasukan Khalid bin Walid memanfaatkan keadaan ini dan menyerang balik tentara Islam. Tentara Islam menjadi terjepit dan porak-poranda, sedangkan Nabi SAW sendiri terkena serangan musuh. Pasukan Quraisy kemudian mengakhiri pertempuran setelah mengira Nabi SAW terbunuh. Dalam perang ini, Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) meninggal terbunuh.
Perang Khandaq (Syawal 5 H)
Lokasi Perang Khandaq adalah di sekitar kota Madinah bagian utara. Perang ini juga dikenal sebagai Perang Ahzab (Perang Gabungan). Perang Khandaq melibatkan kabilah Arab dan Yahudi yang tidak senang kepada Nabi Muhammad SAW.
Mereka bekerja sama melawan Nabi SAW. Di samping itu, orang Yahudi juga mencari dukungan kabilah Gatafan yang terdiri dari Qais Ailan, Bani Fazara, Asyja’, Bani Sulaim, Bani Sa’ad dan Ka’ab bin Asad. Usaha pemimpin Yahudi, Huyay bin Akhtab, membuahkan hasil. Pasukannya berangkat ke Madinah untuk menyerang kaum muslim.
Berita penyerangan itu didengar oleh Nabi Muhammad SAW. Kaum muslim segera menyiapkan strategi perang yang tepat untuk menghadapi pasukan musuh. Salman al-Farisi, sahabat Nabi SAW yang mempunyai banyak pengalaman tentang seluk beluk perang, mengusulkan untuk membangun sistem pertahanan parit (Khandaq). Ia menyarankan agar menggali parit di perbatasan kota Madinah, dengan demikian gerakan pasukman musuh akan terhambat oleh parit tersebut. Usaha ini ternyata berhasil menghambat pasukan musuh.
Perang Khaibar (7 H)
Lokasi perang ini adalah di daerah Khaibar. Perang Khaibar merupakan perang untuk menaklukkan Yahudi. Masyarakat Yahudi Khaibar paling sering mengancam pihak Madinah melalui persekutuan Quraisy atau Gatafan. Pasukan muslimin yang dipimpin Nabi Muhammad SAW menyerang benteng pertahanan Yahudi di Khaibar. Pasukan muslim mengepung dan memutuskan aliran air ke benteng Yahudi.
Taktik itu ternyata berhasil dan akhirnya pasukan muslim memenangkan pertempuran serta menguasai daerah Khaibar. Pihak Yahudi meminta Nabi SAW untuk tidak mengusir mereka dari Khaibar. Sebagai imbalannya, mereka berjanji tidak lagi memusuhi Madinah dan menyerahkan hasil panen kepada kaum muslim.
Perang Mu’tah (8 H)
Perang ini terjadi karena Haris al-Ghassani raja Hirah, menolak penyampaian wahyu dan ajakan masuk Islam yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Penolakan ini disampaikan dengan cara membunuh utusan Nabi SAW. Nabi SAW kemudian mengirimkan pasukan perang di bawah pimpinan Zaid bin Harisah.
Perang ini dinamakan Perang Mu’tah karena terjadi di desa Mu’tah, bagian utara Semenanjung Arabia. Pihak pasukan muslim mendapat kesulitan menghadapi pasukan al-Ghassani yang dibantu pasukan Kekaisaran Romawi. Beberapa sahabat gugur dalam pertempuran tersebut, antara lain Zaid bin Harisah sendiri.
Akhirnya Khalid bin Walid mengambil alih komando dan menarik pasukan muslim kembali ke Madinah. Kemampuan Khalin bin Walid menarik pasukan muslimin dari kepungan musuh membuat kagum masyarakat wilayah tersebut. Banyak kabilah Nejd, Sulaim, Asyja’, Gatafan, Abs, Zubyan dan Fazara masuk Islam karena melihat keberhasilan dakwah Islam.
Penaklukan Kota Mekah/Fath al-Makkah (8 H)
Fath al-Makkah terjadi di sekitar kota Mekah. Latar belakang peristiwa ini adalah adanya anggapan kaum Quraisy bahwa kekuatan kaum muslim telah hancur akibat kalah perang di Mu’tah. Kaum Quraisy beranggapan Perjanjian Hudaibiyah (6 H) tidak penting lagi, maka mereka mengingkarinya dan menyerang Bani Khuza’ah yang berada dibawa perlindungan kaum muslim.
Nabi Muhammad SAW segera memerintahkan pasukan muslimin untuk menghukum kaum Quraisy. Pasukan muslimin tidak mendapat perlawanan yang berarti, kecuali dari kaum Quraisy yang dipimpin Ikrimah dan Safwan. Berhala di kota Mekah dihancurkan dan akhirnya banyak kaum Quraisy masuk Islam.
Perang Hunain ( 8 Safar 8 H)
Perang Hunain berlangsung antara kaum muslim melawan kaum Quraisy yang terdiri dari Bani Hawazin, Bani Saqif, Bani Nasr dan Bani Jusyam. Perang ini terjadi di Lembah Hunain, sekitar 70 km dari Mekah. Perang Hunain merupakan balas dendam kaum Quraisy karena peristiwa Fath al-Makkah.
Pada awalnya pasukan musuh berhasil mengacaubalaukan pasukan Islam sehingga banyak pasukan Islam yang gugur. Nabi SAW kemudian menyemangati pasukannya dan memimpin langsung peperangan. Pasukan muslim akhirnya dapat memenangkan pertempuran tersebut.
Perang Ta’if (8 H)
Pasukan muslim mengejar sisa pasukan Quraisy, yang melarikan diri dari Hunain, sampai di kota Ta’if. Pasukan Quraisy bersembunyi dalam benteng kota yang kokoh sehingga pasukan muslimin tidak dapat menembus benteng. Nabi Muhammad SAW mengubah taktik perangnya dengan memblokade seluruh wilayah Ta’if. Pasukan muslimin kemudian membakar ladang anggur yang merupakan sumber daya alam utama penduduk Ta’if. Penduduk Ta’if pada akhirnya menyerah dan menyatakan bergabung dengan pasukan Islam.
Perang Tabuk (9 H)
Lokasi perang ini adalah kota Tabuk, perbatasan antara Semenanjung Arabia dan Syam (Suriah). Adanya peristiwa penaklukan kota Mekah membuat seluruh Semenanjung Arabia berada di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Melihat kenyataan itu, Heraklius, penguasa Romawi Timur, menyusun pasukan besar untuk menyerang kaum muslim.
Pasukan muslimin kemudian menyiapkan diri dengan menghimpun kekuatan yang besar karena pada masa itu banyak pahlawan Islam yang menyediakan diri untuk berperang bersama Nabi SAW. Pasukan Romawi mundur menarik diri setelah melihat besarnya jumlah pasukan Islam. Nabi SAW tidak melakukan pengejaran tetapi berkemah di Tabuk. Di sini Nabi SAW membuat perjanjian dengan penduduk setempat sehingga daerah perbatasan tersebut dapat dirangkul dalam barisan Islam.
Perang Widan (12 Rabiulawal 2 H)
Perang ini terjadi di Widan, sebuah desa antara Mekah dan Madinah. Rasulullah SAW memimpin pasukan muslimin menghadang kafilah Quraisy. Pertempuran fisik tidak terjadi karena kafilah Quraisy lewat di daerah tersebut. Rasulullah SAW selanjutnya mengadakan perjanjian kerjasama dengan Bani Damrah yang tinggal di rute perdagangan kafilah Quraisy di Widan. Kesepakatan tersebut berisi kesanggupan Bani Damrah untuk membantu kaum muslim apabila dibutuhkan.
Sariyah Hamzah bin Abdul Muthalib (Ramadhan 1 H)
Perang ini merupakan sariyah pertama yang terjadi dalam sejarah Islam. Sariyah ini berlangsung di dataran rendah al-Bahr, tidak jauh dari kota Madinah. Perang ini melibatkan 30 orang muslimin dan 300 orang Quraisy. Pasukan muslimin dipimpin Hamzah bin Abdul Muthalib, sedangkan pasukan Quraisy dipimpin Abu Jahal bin Hisyam. Perang ini tidak menimbulkan korban karena segera dilerai Majdi bin Amr.
Sariyah Ubaidah bin Haris (Syawal 1 H)
Sariyah ini berlangsung di al-Abwa’, desa antara Mekah dan Madinah. Kaum muslim berjumlah 80 orang, sedangkan kaum Quraisy berjumlah sekiyat 200 orang. Kaum muslim (semuanya Muhajirin) dipimpin Ubaidah bin Haris, sedangkan kaum Quraisy dipimpin Abu Sa’ad bin Abi Waqqas sempat melepaskan anak panahnya. Peristiwa tersebut menandai lepasnya anak panah pertama dalam sejarah perang Islam.
Sariyah Abdullah bin Jahsy (Rajab 2 H)
Perang ini dipimpin Abdullah bin Jahsy, sedangkan kaum Quraisy dipimpin Amr bin Hazrami. Perang ini terjadi di Nakhlah, antara Ta’if dan Mekah. Kaum muslim berhasil membunuh Amr bin Hazrami dan menahan dua orang Quraisy sebagai tawanan perang. Kaum muslim juga memperoleh harta rampasan perang dan membawanya ke hadapan Nabi Muhammad SAW.
Nabi SAW menyatakan bahwa beliau tidak pernah menyuruh mereka berperang karena pada bulan Rajab diharamkan untuk membunuh atau melakukan peperangan. Peristiwa tersebut kemudian digunakan oleh kaum Quraist untuk memfitnah dengan mengatakan kaum muslim melanggar bulan suci. Pada saat itu turun firman Allah SWT surah al-Baqarah (2) ayat 217 yang menjelaskan tentang ketentuan berperang pada bulan Haram (bulan Rajab)
Sariyah Qirdah (Jumadilakhir 3 H)
Sariyah Qirdah berlangsung di sumur Qirdah, suatu tempat di Nejd (Arab Saudi). Kaum muslim berjumlah 100 orang penunggang kuda, dipimpin oleh Zaid bin Harisah. Sariyah Qirdah bertujuan untuk menghadang kafilah Quraisy dari Mekah. Perang ini berhasil dimenangkan kaum muslim dengan menyita harta kaum Quraisy. Harta tersebut kemudian dijadikan ganimah (harta rampasan perang), yang merupakan ganimah pertama dalam sejarah perang Islam. Sebagian orang musyrik yang tidak melarikan diri selanjutnya dibawa ke Madinah dan akhirnya menyatakan diri masuk Islam.
Sariyah Bani Asad (4 H)
Sariyah ini berlangsung di Gunung Bani Asad, di sebelah timur Madinah. Nabi Muhammad SAW memerintahkan kaum muslim untuk menghadang Bani Asad yang berencana untuk menyerang Madinah. Nabi SAW menganjurkan agar pasukan muslim berjalan pada malam hari dengan menempuh jalan yang tidak biasa dilalui orang. Pasukan muslim yang dipimpin Abu Salam al-Makhzum dan terdiri dari 150 orang berhasil menyergap musuh. Mereka juga mendapatkan ganimah (harta rampasan perang) dari pihak Bani Asad.
Sariyah Raji (Safar 4 H)
Sariyah ini berlangsung di Raji’, yakni suatu daerah yang terletak di antara Mekah dan ‘Asfan dan melibatkan pasukan muslimin melawan pasukan Bani Huzail. Perang ini dilatarbelakangi oleh rencana pemimpin Bani Huzail, Khalid bin Sufyan bin Nubaih al-Huzali,untuk menyerang Madinah.
Nabi Muhammad SAW memerintahkan Abdullah bin Unais meneliti kebenaran rencana tersebut. Abdullah kemudian membunuh Khalid dan melaporkan kejadian itu kepada Nabi Muhammad SAW. Bani Lihyan, cabang Bani Huzail merencanakan balas dendam atas terbunuhnya Khalid. Mereka meminta agar Nabi Muhammad SAW mengirimkan beberapa sahabat untuk memberi pelajaran agama Islam kepada mereka.
Nabi Muhammad SAW mengabulkan permintaan itu dan mengirimkan enam orang sahabat beserta rombongan utusan Bani Lihyan. Keenam sahabat disergap oleh pasukan Bani Huzail di Raji’. Para sahabat itu sempat mengadakan perlawanan, namun tiga orang terbunuh dan tiga lainnya ditawan oleh musuh. Tiga orang sahabat yang ditawan selanjutnya dibawah ke kaum musyrikin Mekah dan akhirnya dibunuh.
Sariyah Biru Ma’unah (Safar 4 H)
Sariyah Bi’ru Ma’unah berlangsung di wilayah timur Madinah antara kaum muslim dan Bani Amir. Nabi Muhammad SAW mengutus Amir bin Malik (Abu Barra’), seorang pemimpin dari Bani Amir yang sebelumnya menolak untuk memeluk agama Islam, beserta al-Munzir bin Amar dari Bani Sa’idah untuk memimpin 40 orang tentara yang terdiri dari para penghafal Al-Qur’an.
Rombongan tersebut berjalan sampai di Bi’ru Ma’unah, yakni suatu daerah antara Bani Amir dan Bani Salim. Mereka mengirimkan surat kepada Amir bin Tufail, pemimpin Bani Amir, melalui seorang anggota pasukan yang bernama Haram bin Malhan. Amir bin Tufail membunuh Haram bin Malhan, sehingga memicu peperangan antara kedua belah pihak.
Kaum muslim mengalami kekalahan dalam sariyah ini karena semua pasukan gugur, kecualil Ka’b bin Zaid al-Ansari. Rabi’ah, anak Abu Barra’, membunuh Amir bin Tufail dengan sebilah tombak sebagai balas dendam atas kematian ayahnya.
Sariyah Ijla’ Bani Nadir
Sariyah Ijla’ Bani Nazir merupakan sariyah yang dilakukan sahabat Nabi SAW untuk mengusir Bani Nadir dari tempat tinggal mereka.Latar belakang tindakan ini adalah niat Bani Nadir untuk membunuh utusan Nabi Muhammad SAW. Utusan Nabi SAW tersebut ingin menyelesaikan maslaah pembunuhan yang dilakukan Amr bin Umayyah, kabilah Bani Amir dan sekutu Bani Nadir, terhadap dua orang muslimin.
Tindakan pengusiran ini semula tidak mendapat tanggapan dari Huyay bin Akhtab, epmimpin Bani Nadir, tetapi karena diancam akan diserang oleh kaum muslim akhirnya mereka mau pindah daerahnya. Nabi SAW memberi jaminan keselamatan atas harta benda dan anak-anak mereka sampai keluar dari Madinah. Sebagian dari Bani Nadir menetap di Khaibar dan di Syam (Suriah).
Sariyah Zi al-Qissah
Sariyah berlangsung di Zi al-Qissah, sekitar 24 mil dari Madinah, antara kaum muslim dan Bani Sa’labah. Bani Sa’labah berencana menyerang peternakan kaum muslim di Haifa’, suatu tempat yang jauh dari Madinah. Setelah mengetahui rencana tersebutm pasukan muslimin segera menyerang Bani Sa’labah dengan mengirim 10 orang yang dipimpin oleh Muhammad bin Maslamah.
Pasukan pertama itu gagal menjalankan tugas karena mereka dibunuh ketika beristirahat di pinggiran desa. Muhammad bin Maslamah melaporkan kejadian tersebut kepada Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya Nabi SAW mengirimkan pasukan kedua di bawah pimpinan Abu Ubaidah bin Jarrah. Bani Sa’labah melarikan diri ketika Abu Ubaidah sampai di tempat itu.
Sariyah Ka’b bin Umair al-Gifari (8 H)
Latar belakang sariyah ini adalah penolakan kaum musyrikin di Zat Atlah, suatu tempat di Syam (Suriah), terhadap ajakan beberapa utusan Nabi Muhammad SAW untuk memeluk agama Islam. Nabi SAW mengirimkan 15 tentara untuk menyerang mereka. Pertempuran tersebut berlangsung sengit, dan akhirnya semua pasukan muslim menjadi syuhada, kecuali Ka’b bin Umair al-Gifari (pemimpin perang) yang dapat menyelamatkan diri.
"JIHAD Menegakkan TAUHID, membela sunnah RASULALLAH, Hancurkan SYIRIK, musnahkan BID'AH, Terapkan SYARI'AT ALLAH, berantas KEMUNGKARAN dan KEMAKSIATAN," Tegaknya AGAMA ini haruslah dengan Kitab (AL QUR'AN DAN SUNNAH) Sebagai Petunjuk dan Sebagai Penolong. Kitab menjelaskan apa-apa yang diperintahkan dan apa-apa yang dilarang ALLAH, Pedang atau Pena menolong dan membelanya "(Nasehat Berharga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahumullah)
Post a Comment