Sejarah dan Kisah Tembok Ratapan Tembok Ratapan atau Tembok Barat di Yerusalem, diyakini oleh banyak orang sebagai sisa-sisa dari salah satu dinding sebuah kuil Yahudi besar atau dinding yang mengelilingi halaman kuil. Tembok Ratapan merupakan dinding batu yang menjulang sekitar 18,9 m dari atas tanah dengan luas 150 x 150.
Dinding Ratapan ini dianggap situs sakral oleh orang Yahudi, dan ribuan orang berziarah di sana setiap tahun. Ini adalah sisa dinding Bait Suci di Yerusalem yang dibangun oleh Raja Salomo / Nabi Sulaiman a.s, anak Nabi Daud a.s Sulaiman a.s) . Bait Suci itu hancur ketika Israel diserbu tentara Romawi pada tahun 70 Masehi. Panjang tembok ini aslinya sekitar 485 meter, dan sekarang sisanya hanyalah 60 meter.
Karena tembok itulah tembok yang dipercayai sebagai sisa dari tembok Yerusalem pada jaman Herodes. Mereka menjadikan tembok sebagai tembok sisa masa lalu yang masih dalam penguasaan mereka. Sedangkan sisa yang di kanan (2 bagian) dikuasai oleh Muslim. Secara unik, Yerusalem kota yang hanya hampir 1 kilometer persegi keliling dikuasai oleh Yahudi, Kristen, Armenia dan Islam.
Tembok Kuil
Orang Yahudi menganggap dinding tersebut sebagai bagian dari sebuah kuil Yahudi yang disebut juga Bait Suci Kedua yang telah berdiri selama ratusan tahun.
Raja Herodes memerintahkan renovasi dan perluasan kuil sekitar tahun 19 SM, dan pekerjaan itu tidak selesai sampai sekitar 50 tahun kemudian.
Kuil ini lantas dihancurkan oleh Roma sekitar tahun 70 M, hanya beberapa tahun setelah selesai. Tembok Ratapan secara luas diyakini sebagai satu-satunya bagian yang masih berdiri.
Setelah kuil itu hancur, banyak orang Yahudi mulai pergi ke dinding yang tersisa untuk meratapi kehancuran kuil dan untuk berdoa.
Tembok Ratapan merupakan nama yang diberikan oleh orang non-Yahudi ketika melihat orang-orang Yahudi meratap sana.
Orang Yahudi sebenarnya menamai tembok tersebut sebagai Tembok Barat, atau Kotel HaMaaravi dalam bahasa Ibrani.
Penguasa Tembok
Selama lebih dari 3.500 tahun, Yerusalem berulang kali dikuasai oleh berbagai penakluk yang berbeda. Penguasaan Tembok Ratapan terus menjadi titik pertikaian hingga abad ke-20 dan awal abad ke-21.
Pemimpin Arab mengontrol wilayah Tembok Ratapan selama bagian pertama abad ke-20. Namun dengan berdirinya Israel, Yahudi menguasai tembok tersebut pada tahun 1967.
Meskipun tetap terjadi permusuhan antara Yahudi dan Muslim, Tembok Ratapan telah menjadi situs rekonsiliasi antara Yahudi dan Katolik.
Pada tahun 2000, Paus Yohanes Paulus II menjadi Paus pertama yang berdoa di Tembok Ratapan. Paus juga meminta maaf akibat penganiayaan Katolik terhadap Yahudi selama berabad-abad.
Berdoa di Tembok Ratapan
Umat Yahudi dari semua negara, dan juga wisatawan dari berbagai latar belakang agama lazim berdoa di Tembok. Orang Yahudi percaya bahwa tembok ini tidak ikut hancur sebab di situlah berdiam "Shekhinah" (kehadiran ilahi), Dinding ini dibagi dua dengan sebuah pagar pemisah (mechitza) untuk memisahkan laki-laki dan perempuan. Orang Yahudi Ortodoks percaya bahwa mereka tidak boleh berdoa bersama-sama dengan kaum perempuan.
Selama lebih dari 3.500 tahun, Yerusalem berulang kali dikuasai oleh berbagai penakluk yang berbeda. Penguasaan Tembok Ratapan terus menjadi titik pertikaian hingga abad ke-20 dan awal abad ke-21.
Pemimpin Arab mengontrol wilayah Tembok Ratapan selama bagian pertama abad ke-20. Namun dengan berdirinya Israel, Yahudi menguasai tembok tersebut pada tahun 1967.
Meskipun tetap terjadi permusuhan antara Yahudi dan Muslim, Tembok Ratapan telah menjadi situs rekonsiliasi antara Yahudi dan Katolik.
Pada tahun 2000, Paus Yohanes Paulus II menjadi Paus pertama yang berdoa di Tembok Ratapan. Paus juga meminta maaf akibat penganiayaan Katolik terhadap Yahudi selama berabad-abad.
Berdoa di Tembok Ratapan
Umat Yahudi dari semua negara, dan juga wisatawan dari berbagai latar belakang agama lazim berdoa di Tembok. Orang Yahudi percaya bahwa tembok ini tidak ikut hancur sebab di situlah berdiam "Shekhinah" (kehadiran ilahi), Dinding ini dibagi dua dengan sebuah pagar pemisah (mechitza) untuk memisahkan laki-laki dan perempuan. Orang Yahudi Ortodoks percaya bahwa mereka tidak boleh berdoa bersama-sama dengan kaum perempuan.
Orang Yahudi berdoa di Tembok Barat. Tembok ini dulunya dikenal hanya sebagai Tembok Barat, tetapi kini disebut "Tembok Ratapan" karena di situ orang Yahudi berdoa dan meratapi dosa-dosa mereka dengan penuh penyesalan. Orang yang tidak dapat berdoa langsung di tembok dapat mengirimkan doa atau menggunakan Kaddish, sebuah doa khusus untuk orang Yahudi.
Selain mengucapkan
doa-doa mereka, orang Yahudi juga meletakkan doa mereka yang ditulis
pada sepotong kertas yang disisipkan pada celah-celah dinding yang disebut sebagai kvitelach.
Sepotong Kertas Kvitelach Surat Untuk Tuhan??? |
Tembok Ratapan dapat dikunjungi setiap saat sepanjang hari. Pengunjung biasanya digeledah secara menyeluruh untuk tujuan keamanan.
Sepotong Kertas Kvitelach Untuk Tuhan??? atau Buat Samiri |
Perempuan dari agama apapun, untuk menghormati hukum Yahudi, harus mengenakan pakaian yang sopan.
Ada pintu masuk terpisah untuk pria dan wanita, meskipun mereka dapat berkumpul kembali di dalam tembok.
Struktur
Bagian utama dari tembok, di mana orang pergi untuk berdoa, memiliki panjang sekitar 57 m dan terbuat dari batu kapur meleke.
Sebagian besar batu memiliki berat hingga 1,814.4 kg atau lebih, dan satu batu terbesar yang disebut Batu Barat, beratnya mencapai lebih dari 500.000 kg.
Tidak ada komentar
Posting Komentar