Menjawab Invasi ALIEN dan Berita Al Qur’an?

Ada sebuah tulisan diblog yang ditulis oleh kang Kanzunqalam's Blog dimana invasi Alien itu dikaitkan dengan yajuj dan majuj, bahkan sampai bebera blogger maniac UFO meng-copas-nya.

Cover diambil dari : http://kanzunqalam.wordpress.com/2011/12/26/2012-invasi-alien-dan-berita-al-quran
Ini isi blog tersebut :
......
Berkenaan dengan Serbuan Makhluk Luar Bumi, Al Qur’an menjelaskan :

Hingga apabila dibukakan Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. (QS. Al Anbiya, 21 : 96)

dari ayat ini kang Kanzunqalam menafsirkan sbb :

- Ayat ini mengindikasikan bahwa Ya’juj dan Ma’juj muncul bukan dari bawah. Tapi dari atas. Dan kata “seluruh tempat yang tinggi” dapat diasumsikan bahwa mereka bukan muncul dari atas gunung tertentu. Namun lebih berkonotasi seperti turunnya air hujan.

- Ayat diatas juga membantah kalau Ya’juj dan Ma’juj muncul dari atas seluruh gunung. Karena tembok Zulkarnain (sepanjang pengetahuan kami) hanya ada satu, dan letaknya bukan di atas seluruh gunung.

- Jadi misteri ayat ini adalah, tembok Zulkarnain yang menghalangi invasi Ya’juj dan Ma’juj itu. sebenarnya bangunan apa?

- Mengapa strukturnya harus dari Kerangka Besi, dibalut Cor Tembaga (QS. Al Kahfi, 18 : 94-96), dan Sangat Tinggi?

- Jika kita gambarkan Gerbang Zulkarnain sebagai satu tembok biasa, tentu ukurannya sangat besar dan menghadap ke atas (ingat : Ya’juj dan Ma’juj, turun dari seluruh tempat yang tinggi)

- Mungkinkan Ya’juj dan Ma’juj, akan menginvasi Bumi ketika peristiwa ini kembali terulang?

Jawab : 

- Hingga apabila dibukakan (tembok) Yajuj dan Majuj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. (QS. 21:96)

- Mereka berkata: "Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Yajuj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?" (Qs. Al-Kahfi 18:94)

- Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang kafir. (Mereka berkata) : Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim. (QS. 21 : 97)

Mahmud bin Ghailan meriwayatkan kepada kami, Bisyr bin as-Sari meriwayatkan kepada kami, Sufyan mengabarkan kepada kami, dari Abdul a’laa, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas radhiyAllahu ‘anhuma, ia mengatakan bahwa Rosulullah  [saw] bersabda (yg artinya): “Barang siapa berkata-kata tentang al-Qur’an (menafsirkan) tanpa ilmu, maka hendaklah ia menempati tempat duduknya dari neraka”(HR.Tirmidzi,no.2950) Imam Abu Isa berkata,”Hadits ini derajatnya hasan shahih”

Sufyan bin Waki’ mengabarkan kepada kami, Suwaid bin Amru al-Kalbi mengabarkan kepada kami, Abu Awanah mengabarkan kepada kami, dari Abdul a’laa, dari Said bin Jubari, dari Ibnu Abbas radhiyAllahu ‘anhuma, dari Rosulullah [saw]. beliau bersabda (yg artinya): “Takutlah kalian berbicara tentang sesuatu yang berasal dariku melainkan pada apa yang telah kalian ketahui. Siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia menyimpan tempat duduknya di dalam neraka, Dan barang siapa yang menafsirkan al-Qur’an dengan akal pikirannya, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya didalam neraka” (HR.Ahmad 1/233,269,293,323,327 An-Nasa’i No.109,110 Fadhailul Qur’ani) berkata Imam Tirmidzi “Hadits ini derajatnya hasan”. 1)



Fatwa Syaikh Muhammad Al Imam hafizhahullah

Seseorang tidak boleh berbicara tentang hal yang tidak ia ketahui. Dan tidak boleh juga berbicara tentang ilmu agama padahal ia tidak memiliki ilmu. Ini merupakan kejahatan yang besar, dan berbahaya bagi orang yang melakukannya. Ini juga merupakan kejahatan terhadap kalam Allah, dan bahaya yang besar bagi orang yang melakukannya.

Maka, hendaknya orang-orang suka bermudah-mudah ini bertaqwa kepada Allah, dan jauhi berbicara mengenai kalamullah padahal ia tidak memiliki ilmu yang mencukupi yang membuat ia bisa menafsirkan dengan benar. Karena perbuatan ini merupakan penyimpangan dan kejahatan terhadap Allah dan terhadap agama Allah dan juga terhadap Rasul-Nya. Dan ini juga merupakan keburukan yang besar, sebagaimana sudah saya katakan.

Maka takutlah kepada Allah dengan tidak melakukan hal seperti ini, yang menyebabkan sebagian orang yang mengikutinya melakukan kebid’ahan, berdalil dengan ayat ini dan ayat itu, ayat ini menyuruh perbuatan ini dan itu, padahal bukan demikian maksud ayat tersebut dan dia bukan orang yang ahli dalam menafsirkan ayat Qur’an.

Ada riwayat shahih dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu, beliau melewati seorang lelaki yang sedang mengajarkan orang-orang Al Qur’an. Beliau berkata:


أتعرف الناسخ والمنسوخ ؟ قال : لا ، قال : هلكت وأهلكت

 
“Apakah engkau sudah paham nasikh dan mansukh? Lelaki tadi berkata: ‘Saya belum paham’. Ali berkata: ‘Sungguh engkau ini binasa dan membuat orang lain binasa’“ 

Demikian, hendaknya hal ini dipahami. (Sumber : http://www.sh-emam.com/show_fatawa.php?id=570).2)


Bolehkah Menafsirkan Al-Qur'an Al-Karim Dengan Teori Ilmiah?

Pertanyaan

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Bolehkah menafsirkan Al-Qur’an Al-Karim dengan teori ilmiah modern ?

Jawaban

Menafsirkan Al-Qur’an dengan teori ilmiah mengandung bahaya. Karena, jika kita menafsirkan Al-Qur’an dengan teori tersebut kemudian datang teori lain yang menyelisihinya, maka konsekwensinya adalah Al-Qur’an menjadi tidak benar dalam pendangan musuh-musuh Islam. Adapun dalam pandangan kaum muslimin, mereka akan mengatakan bahwa kesalahan terletak pada orang yang menafsirkan Al-Qur’an dengan teori tadi, akan tetapi musuh-musuh Islam akan selalu menunggu kesempatan. Oleh karena itu, saya mengingatkan dengan amat sangat agar tidak tergesa-gesa dalam manafsirkan Al-Qur’an dengan teori ilmiah ini. Apabila Al-Qur’an terbukti dalam realita maka kita tidak perlu mengatakan bahwa Al-Qur’an telah menetapkan realita itu. Al-Qur’an turun untuk menerangkan ibadah, akhlak, dan sebagai bahan renungan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Inilah Kitab yang Kami turunkan kepadamu yang penuh berkah agar mereka merenungkan ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran” [QS. Shaad : 29]

Dan bukan untuk perkara-perkara seperti ini yang diketahui melalui eksperimen dan diketahui oleh manusia dengan ilmu mereka. Terkadang menjadi bahaya besar yang memberatkan tentang diturunkannya Al-Qur’an. Saya berikan suatu contoh tentang masalah ini, umpamanya firman Allah Ta’ala.

“Artinya : Wahai kelompok jin dan manusia, apabila kalian mampu menembus penjuru langit dan bumi maka tembuslah, kalian tidak akan bisa menembusnya kecuali dengan syaitan” [QS. Ar-Rahman : 33]

Ketika manusia berhasil mendarat di bulan, sebagian manusia menafsirkan ayat ini dan menempatkannya sebagai tafsiran bagi peristiwa ini. Dan mengatakan bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan sulthan dalam ayat ini adalah ilmu, karena mereka mampu menembus penjuru bumi dengan ilmu mereka. Ini adalah salah, tidak boleh menafsirkan Al-Qur’an dengan hal ini, karena jika engkau menafsirkan Al-Qur’an dengan satu makna maka itu berarti engkau bersaksi bahwa Allah menghendaki maskud ayat ini seperti apa yang engkau katakan. Ini adalah persaksian yang besar, engkau akan ditanya tentang hal ini. Dan barangsiapa yang menelaah ayat ini maka dia akan menemukan bahwa ini adalah tafsir yang bathil, karena ayat ini mempunyai konteks penjelasan tentang keadaan manusia dan urusan mereka. Bacalah surat Ar-Rahman maka akan engkau temukan bahwa ayat ini disebutkan setelah firman Allah.

“Artinya : Semua yang ada di atasnya (bumi) pasti binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabb-mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. Maka nikmat Allah yang manakah yang kalian dustakan?” (QS. Ar-Rahman : 26-28)

Maka kita tanyakan, “Apakah mereka (yang mendarat di bulan) menembus langit? “ Jawabanya : Tidak ! Padahal Allah berfirman.

“Artinya : Jika kalian mampu menembus penjuru langit dan bumi” 
(QS. Ar-Rahman : 33)

Kedua : “Apakah dilepaskan kepada mereka nyala api dan cairan tembaga?” Tidak! Jika demikian maka ayat ini tidak benar jika ditafsirkan dengan penafsiran mereka dan kita katakan bahwa sesungguhnya sampainya mereka ke tempat yang sudah mereka capai termasuk ilmu-ilmi empiris yang mereka ketahui melalui percobaan. Adapun membelokkan Al-Qur’an untuk dicocokkan dengan hal seperti ini maka ini tidak benar dan tidak boleh.

(Disalin dari kitab Kitaabul Ilmi, Edisi Indonesia Panduan Lengkap Menuntut Ilmu, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Penyusun Fahd bin Nashir bin Ibrahim As-Sulaimani, Penerjemah Abu Haidar Al-Sundawy, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir).3)

__________________
sumber :

1) http://muslim.or.id/fatwa-ulama/fatwa-ulama-menafsirkan-al-quran-tanpa-ilmu.html
2) http://ngajialquran.wordpress.com/2010/06/24/bahaya-menafsirkan-al-quran-tanpa-ilmu/
3) http://almanhaj.or.id/content/1865/slash/0/bolehkah-menafsirkan-al-quran-al-karim-dengan-teori-ilmiah/

Tidak ada komentar

Posting Komentar