Pertanyaan : Seorang ustad menjelaskan bahwa meskipun pintu surga dibuka lebar-lebar namun manusia lebih cenderung untuk tidak mau memasukinya. Dan meskipun pintu neraka ditutup rapat-rapat. Namun manusia lebih cenderung untuk mencarinya. Mengapa demikian? Terima kasih Ustadz
JAWABAN : Kami belum mendapatkan ayat Alquran atau hadis yang persis dengan keterangan yang ditanyakan, akan tetapi kami mendapatkan hadis yang tampak dapat dimaknakan dengan penjelasan yang ditanyakan:
JAWABAN : Kami belum mendapatkan ayat Alquran atau hadis yang persis dengan keterangan yang ditanyakan, akan tetapi kami mendapatkan hadis yang tampak dapat dimaknakan dengan penjelasan yang ditanyakan:
عَÙ†ْ Ø£َبِÙŠ Ù‡ُرَÙŠْرَØ©َ Ø£َÙ†َّ رَسُولَ اللَّÙ‡ِ صَÙ„َّÙ‰ اللَّÙ‡ُ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَسَÙ„َّÙ…َ Ù‚َالَ Øُجِبَتْ النَّارُ بِالشَّÙ‡َÙˆَاتِ ÙˆَØُجِبَتْ الْجَÙ†َّØ©ُ بِالْÙ…َÙƒَارِÙ‡ِ
Dari Abu Hurairah bahwasannya Rasulullah saw. bersabda,” Dihijab (dihalangi) neraka itu dengan syahwat-syahwat dan dihalangi surga dengan hal-hal yang tidak disukai.” (H.R Bukhari, XVI : 314, no.6487).
Di dalam hadis Musnad Ahmad bin Hanbal, II : 368,no.7521, Sahih Muslim,VIII: 142,no.7308, Sunan At-Titmidzi, IV : 693,no.2559, kata-kata hujibat diriwayatkan dengan lafal huffat. Kedua lafal itu maknanya sama, yakni dihalangi.
Berdasarkan hadits ini, neraka dihalangi dengan syahwat, artinya yang disukai dan disyahwati manusia sehingga manusia asyik bermaksiat dan lupa diri, padahal syahwat-syahwat itu yang menggusur mereka dalam menapaki jalan-jalan menuju neraka. Sedangkan surga dihalangi dengan hal-hal yang seringkali bertentangan dengan syahwat, artinya manusia tidak mensyahwatinya bahkan memiliki kecenderungan untuk membencinya. Itu sebabnya sifat malas, rakus, kikir, ragu-ragu, penakut, hasad (iri dengki), sering menjadi penghalang ibadah dalam bertaqarrub kepada Allah swt. Umpamanya dalam berjihad takut meninggalkan hal-hal yang dicintainya, dalam bersedekah diganggu sikap kikir dan dihantui kekurangan atau kemiskinan, baik dengan jiwa atau harta, demikian pula ibadah-ibadah lainnya seperti salat, saum, zakat, dan lain-lain, dalam pelaksanaannya tentulah selalu diiringi pengorbanan dengan meninggalkan hal-hal yang disyahwatinya. Manusia sering lupa diri bahwa ibadah itulah pengorbanan dirinya dalam menapaki jalannya ke surga.
Di dalam hadis Musnad Ahmad bin Hanbal, II : 368,no.7521, Sahih Muslim,VIII: 142,no.7308, Sunan At-Titmidzi, IV : 693,no.2559, kata-kata hujibat diriwayatkan dengan lafal huffat. Kedua lafal itu maknanya sama, yakni dihalangi.
Berdasarkan hadits ini, neraka dihalangi dengan syahwat, artinya yang disukai dan disyahwati manusia sehingga manusia asyik bermaksiat dan lupa diri, padahal syahwat-syahwat itu yang menggusur mereka dalam menapaki jalan-jalan menuju neraka. Sedangkan surga dihalangi dengan hal-hal yang seringkali bertentangan dengan syahwat, artinya manusia tidak mensyahwatinya bahkan memiliki kecenderungan untuk membencinya. Itu sebabnya sifat malas, rakus, kikir, ragu-ragu, penakut, hasad (iri dengki), sering menjadi penghalang ibadah dalam bertaqarrub kepada Allah swt. Umpamanya dalam berjihad takut meninggalkan hal-hal yang dicintainya, dalam bersedekah diganggu sikap kikir dan dihantui kekurangan atau kemiskinan, baik dengan jiwa atau harta, demikian pula ibadah-ibadah lainnya seperti salat, saum, zakat, dan lain-lain, dalam pelaksanaannya tentulah selalu diiringi pengorbanan dengan meninggalkan hal-hal yang disyahwatinya. Manusia sering lupa diri bahwa ibadah itulah pengorbanan dirinya dalam menapaki jalannya ke surga.
Oleh karena itu jalan menuju surga akan dirasakan berat dengan berbagai rintangannya. Sementara jalan menuju pintu neraka dirasakan lancar dengan banyak dorongan dan dukungan. Jadi, dari hadis ini dapat dipahami pula bahwa neraka meski ditutup rapat manusia memaksa memasukinya karena dengan cara yang mereka syahwati sementara surga meskipun dibuka lebar, manusia enggan memasukinya karena harus dengan segenap pengorbanan yang tidak disyahwatinya. (KH. Wawan Shofwan, anggota Dewan Hisbah PP. Persis)
_______________________
sumber : http://www.persatuanislam.or.id/home/front/detail/pustaka/pintu-surga-neraka
Tidak ada komentar
Posting Komentar