Selama ini Pancasila selalu didengung-dengungkan sebagai ideologi yang asli digali dari bumi Indonesia. Tanggal 1 Juni biasanya diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Tapi, benarkah Pancasila asli digali dari bumi Indonesia?
Nah, untuk jelasnya silakan lihat di bawah nanti kutipan pidato Sukarno pada tanggal 1 Juni 1945 tentang darimana ia menggali Pancasila. Ternyata Sukarno sendiri bilang bahwa ia menggalinya tidak dari Indonesia, melainkan sebagian besar ia gali dari ideologi San Min Chu I dari Cina.
Sebagian orang ada juga yang membandingkan persamaan Pancasila dengan Panc Svila dari India seperti yang saya tulis kemarin ini, Antara Pancasila dan Panc Svila India. Tapi, agak sulit mencari konfirmasinya. Tak ada artikel tentang Panc Svila atau lain-lainnya yang berbahasa Inggris. Juga masih sulit mencari konfirmasi kaitan Pancasila dengan Freemason di India, Filipina dan lainnya. Yang ada cuma artikel bahasa Indonesia saja. Kebanyakan pun mengutip buku karya Irfan S. Awwas. Dia orang yang sangat subyekif sehingga kurang meyakinkan juga. Perlu konfirmasi dari kalangan yang lebih netral. Atau kalau dulu sering saya baca selintas ada yang mengutip dari buku Abdullah Pattani.
Yang sudah bisa kita konfirmasi cuma persamaannya dengan San Min Chui I dari Sun Yat Sen. Soekarno pun mengakui bahwa dia memang banyak terinspirasi oleh San Min Chu I (Three Principles of the People) tersebut. Isi dari San Min Chu I lihat di Three Principles of the People – Wikipedia. Tiga Prinsip tersebut isinya cocok dengan tiga sila yang ada di Pancasila yang diajukan Sukarno dalam pidatonya. Lihat di artikel yang diterbitkan website Deplu Taiwan ini, Siaran pers Simposium Internasional Tiga Prinsip Rakyat dan Pancasila Indonesia. Baca juga Indonesia dan Taiwan Memiliki Ideologi yang Sama.
Di artikel Dr. Sun Yat-sen – The Revolutionary ini disebutkan bahwa revolusi Sun Yan Sen untuk menumbangkan dinasti Qing dibiayai dan didukung oleh Cheekungtong (Chinese Freemason) di luar negeri, terutama Kanada dan Amerika.
He received major support from the Cheekungtong (Chinese Freemasons). In Vancouver he stayed in the Cheekungtong building, across Pender Street from the Canton and Shanghai Alley complex. The Vancouver, Victoria, other British Columbia, and eastern Canadian branches of this organization contributed, often by mortgaging their own buildings, a total of Cdn $35,000. This sum largely financed an attempted revolution at Huang Hua Kang near the city of Guangzhou.
Sedangkan di Boston Chinese Freemasons disebutkan bahwa Dr. Sun Yat-Sen memang anggota Freemason.
Known in the political arena as the “Chee Kong Tong,” the Chinese Freemasons is perhaps most renowned for its support of Dr. Sun Yat-Sen, the founding father of the Republic of China, during his campaign to overthrow the Manchu rulers of the Qing Dynasty. The Chinese Freemasons, its large membership, and its nationalistic goals, were well known to those in China. In 1904, Dr. Sun Yat-Sen joined the Chee Kong Tong in Hawaii to build support for the Nationalist party and the coming revolution in 1911. His world travel extended through the entire United States and included Massachusetts. When he arrived in Boston, the Chee Kong Tong hosted his stay and actively supported his campaigning activities.
Artikel di atas sangat akurat karena ditulis oleh website Chinese Freemason sendiri. Jadi, Sun Yat Sen memang anggota Freemason. Kemudian, Pancasila dari Sukarno sangat terinspirasi oleh San Min Chu I dari Sun Yat Sen yang anggota Freemason tersebut. Sukarno menyebutnya berkali-kali dalam pidatonya. Lihat petikan pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 ini di website ini, Sejarah Lahirnya Pancasila :
”Saya mengakui, pada waktu saya berumur 16 tahun, duduk di bangku sekolah H.B.S. di Surabaya, saya dipengaruhi seorang sosialis yang bernama A. Baars, yang memberi pelajaran kepada saya, katanya : jangan berpaham kebangsaan, tetapi berpahamlah rasa kemanusiaan seluruh dunia, jangan mempunyai rasa kebangsaan sedikitpun. Itu terjadi pada tahun 1917. akan tetapi pada tahun 1918, alhamdulillah, ada orang lain yang memperingatkan saya, ia adalah Dr. Sun Yat Sen ! Di dalam tulisannya “San Min Cu I” atau “The Three people’s Principles”, saya mendapatkan pelajaran yang membongkar kosmopolitanisme yang diajarkan oleh A. Baars itu. Dalam hati saya sejak itu tertanamlah rasa kebangsaan, oleh pengaruh “The Three people’s Principles” itu. Maka oleh karena itu, jikalau seluruh bangsa Tionghoa menganggap Dr. Sun Yat Sen sebagai penganjurnya, yakinlah bahwasanya Bung Karno juga seorang Indonesia yang dengan perasaan hormat dengan sehormat-hormatnya merasa berterima kasih kepada Dr. Sun Yat Sen, sampai masuk ke liang kubur.”
Selanjutnya, Sukarno juga mengatakan:
“Prinsip nomor 4 sekarang saya usulkan. Saya didalam tiga hari ini belum mendengarkan prinsip itu, yaitu kesejahteraan, prinsip: tidak ada kemiskinan di dalam Indonesia merdeka. Saya katakan tadi prinsipnya San Min Cu I ialah “Mintsu, Min Chuan , Min Sheng” : Nationalism, democracy, socialism. Maka prinsip kita …..harus …… sociale rechtvaardigheid.”
“Maka demikian pula jikalau kita mendirikan negara Indonesia merdeka, Paduka tuan ketua, timbullah pertanyaan: Apakah Weltanschaung” kita, untuk mendirikan negara Indonesia merdeka di atasnya?Apakah nasional sosialisme ? ataukah historisch-materialisme ? Apakah San Min Cu I, sebagai dikatakan oleh Dr. Sun Yat Sen ? Di dalam tahun 1912 Sun Yat Sen mendirikan negara Tiongkok merdeka, tapi “Weltanschaung” telah dalam tahun 1885, kalau saya tidak salah, dipikirkan, dirancangkan. Di dalam buku “The THREE people’s Principles” San Min Cu I, Mintsu, Min Chuan , Min Sheng” : Nationalisme, demokrasi, sosialisme,- telah digunakan oleh Dr. Sun Yat Sen Weltanschaung itu, tapi batu tahun 1912 beliau mendirikan negara baru di atas “Weltanschaung” San Min Cu I itu, yang telah disediakan terlebih dahulu berpuluh-puluh tahun.”
Demikian kutipan pidato Sukarno pada tanggal 1 Juni 1945, yang sekarang ini diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Dalam pidatonya tersebut Sukarno mengakui bahwa dia sangat terpengaruh oleh San Min Chi dari Dr. Sun Yat Sen dan menyebutnya berkali-kali. Pancasila versi Soekarno juga dengan jelas menampakkan pengaruh Ir. Baars yang menyebut sila kedua sebagai Internasionalisme (Kemanusiaan). Lengkapnya adalah:
1. Nasionalisme (Kebangsaan)
2. Internasionalisme (Kemanusiaan)
3. Demokrasi (Mufakat)
4. Sosialisme
5. Ketuhanan
Demikian bunyi asli Pancasila versi Sukarno. Sewaktu di sekolah dulu kita kan memang diajarkan Pancasila versi Sukarno, Yamin dan Supomo. Berbeda-beda semua susunan dan isinya walau secara esensi kurang lebih sama. Dan dulu saya sempat bertanya-tanya kenapa kok di sila kedua versi Sukarno itu Perikemanusiaan disebut juga sebagai Internasionalisme. Ternyata baru sekarang saya tahu sebabnya, yakni karena pengaruh Mr. Baars yang sangat menggemari lagu Internationale. Itu lagu yang sangat populer di Russia zaman Uni Sovyet dulu. Ada di youtube, boleh Anda lihat. Nah, sekarang masih ada yang yakin Pancasila itu asli tulen digali Sukarno dari bumi Indonesia? Aah...
Jadi, dalam pidato 1 Juni 1945 tersebut Soekarno sama sekali tak pernah bilang mendapat inspirasi dari bumi indonesia, juga tidak pernah menyebut ajaran dari tokoh-tokoh Indonesia. Cuma menyebut Ir. Baars dan berterima kasih sedalam-dalamnya kepada Dr. Sun Yat Sen yang anggota Freemason itu. Kisah asli digali dari bumi Indonesia ternyata fiktif. Tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya.
Oya, siapa itu Ir. Baars? Dia orang komunis Belanda yang pernah bekerja di dinas pemerintahan Sovyet. Silakan lihat di tulisan saya tentang Sukarno & Marxisme. Bagi yang punya info tentang Panc Svila, katipunan dan lain-lain silakan upload juga. Supaya kita tidak lagi hidup di dalam dunia fiktif dan kepalsuan, yang celakanya selama ini lalu dipropagandakan besar-besaran sebagai ideologi yang asli digali dari bumi Indonesia. Karena ketidaktahuan kita semua. Juga bila ada yang punya naskah pidato lengkap tanggal 1 Juni 1945 silakan upload. Supaya kita semuanya nanti bisa tahu. Saya beberapa kali mencari di internet tetap tak dapat pidato lengkapnya. Cuma ada petikan-petikan saja.
Jadi, soal Sukarno mendapat inspirasi Pancasila dari China ini sudah konfirm. Judul artikel ini memang bukan untuk bombastis dan menipu pembaca, tapi sesuai dengan isinya. Yang belum konfirm adalah kaitan Pancasila dengan Panc Svila dan Katipunan serta lain-lainnya. Untuk sementara boleh Anda pelajari dan mencari info sendiri. Bertanya ke kedubes misalnya. Atau barangkali ada yang punya teman dari India, Filipina dan Thailand, atau dari negara-negara Eropa. Silakan bertanya sana.
Seperti juga yang di artikel dulu, saya di sini juga tak hendak membahas soal Zionisme atau Freemansory, saya cuma ingin membahas asal-usul Pancasila.
Ternyata memang bukan digali dari Indonesia, tapi digali dari Tiongkok dan sebagainya. Lalu, setelah kita tahu Pancasila ternyata adalah ideologi asing hasil impor apakah kemudian kita buang begitu saja? Saya tidak bilang begitu. Toh, kita juga berbicara dengan bahasa Indonesia (Melayu) yang sekitar separuhnya berisi kosa kata impor, baik dari India, Arab, maupun Eropa. Apalagi mengganti ideologi tentu akan bisa menimbulkan keributan yang luar biasa. Saya di sini cuma menerangkan sejarahnya dan asal-usul Pancasila yang nyata saja berdasarkan fakta yang ada sehingga kita tidak hidup di dalam dunia fiktif lagi. Begitu saja maksud saya menulis artikel ini.
Sebagian orang ada juga yang membandingkan persamaan Pancasila dengan Panc Svila dari India seperti yang saya tulis kemarin ini, Antara Pancasila dan Panc Svila India. Tapi, agak sulit mencari konfirmasinya. Tak ada artikel tentang Panc Svila atau lain-lainnya yang berbahasa Inggris. Juga masih sulit mencari konfirmasi kaitan Pancasila dengan Freemason di India, Filipina dan lainnya. Yang ada cuma artikel bahasa Indonesia saja. Kebanyakan pun mengutip buku karya Irfan S. Awwas. Dia orang yang sangat subyekif sehingga kurang meyakinkan juga. Perlu konfirmasi dari kalangan yang lebih netral. Atau kalau dulu sering saya baca selintas ada yang mengutip dari buku Abdullah Pattani.
Yang sudah bisa kita konfirmasi cuma persamaannya dengan San Min Chui I dari Sun Yat Sen. Soekarno pun mengakui bahwa dia memang banyak terinspirasi oleh San Min Chu I (Three Principles of the People) tersebut. Isi dari San Min Chu I lihat di Three Principles of the People – Wikipedia. Tiga Prinsip tersebut isinya cocok dengan tiga sila yang ada di Pancasila yang diajukan Sukarno dalam pidatonya. Lihat di artikel yang diterbitkan website Deplu Taiwan ini, Siaran pers Simposium Internasional Tiga Prinsip Rakyat dan Pancasila Indonesia. Baca juga Indonesia dan Taiwan Memiliki Ideologi yang Sama.
Di artikel Dr. Sun Yat-sen – The Revolutionary ini disebutkan bahwa revolusi Sun Yan Sen untuk menumbangkan dinasti Qing dibiayai dan didukung oleh Cheekungtong (Chinese Freemason) di luar negeri, terutama Kanada dan Amerika.
He received major support from the Cheekungtong (Chinese Freemasons). In Vancouver he stayed in the Cheekungtong building, across Pender Street from the Canton and Shanghai Alley complex. The Vancouver, Victoria, other British Columbia, and eastern Canadian branches of this organization contributed, often by mortgaging their own buildings, a total of Cdn $35,000. This sum largely financed an attempted revolution at Huang Hua Kang near the city of Guangzhou.
Sedangkan di Boston Chinese Freemasons disebutkan bahwa Dr. Sun Yat-Sen memang anggota Freemason.
Known in the political arena as the “Chee Kong Tong,” the Chinese Freemasons is perhaps most renowned for its support of Dr. Sun Yat-Sen, the founding father of the Republic of China, during his campaign to overthrow the Manchu rulers of the Qing Dynasty. The Chinese Freemasons, its large membership, and its nationalistic goals, were well known to those in China. In 1904, Dr. Sun Yat-Sen joined the Chee Kong Tong in Hawaii to build support for the Nationalist party and the coming revolution in 1911. His world travel extended through the entire United States and included Massachusetts. When he arrived in Boston, the Chee Kong Tong hosted his stay and actively supported his campaigning activities.
Artikel di atas sangat akurat karena ditulis oleh website Chinese Freemason sendiri. Jadi, Sun Yat Sen memang anggota Freemason. Kemudian, Pancasila dari Sukarno sangat terinspirasi oleh San Min Chu I dari Sun Yat Sen yang anggota Freemason tersebut. Sukarno menyebutnya berkali-kali dalam pidatonya. Lihat petikan pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 ini di website ini, Sejarah Lahirnya Pancasila :
”Saya mengakui, pada waktu saya berumur 16 tahun, duduk di bangku sekolah H.B.S. di Surabaya, saya dipengaruhi seorang sosialis yang bernama A. Baars, yang memberi pelajaran kepada saya, katanya : jangan berpaham kebangsaan, tetapi berpahamlah rasa kemanusiaan seluruh dunia, jangan mempunyai rasa kebangsaan sedikitpun. Itu terjadi pada tahun 1917. akan tetapi pada tahun 1918, alhamdulillah, ada orang lain yang memperingatkan saya, ia adalah Dr. Sun Yat Sen ! Di dalam tulisannya “San Min Cu I” atau “The Three people’s Principles”, saya mendapatkan pelajaran yang membongkar kosmopolitanisme yang diajarkan oleh A. Baars itu. Dalam hati saya sejak itu tertanamlah rasa kebangsaan, oleh pengaruh “The Three people’s Principles” itu. Maka oleh karena itu, jikalau seluruh bangsa Tionghoa menganggap Dr. Sun Yat Sen sebagai penganjurnya, yakinlah bahwasanya Bung Karno juga seorang Indonesia yang dengan perasaan hormat dengan sehormat-hormatnya merasa berterima kasih kepada Dr. Sun Yat Sen, sampai masuk ke liang kubur.”
Selanjutnya, Sukarno juga mengatakan:
“Prinsip nomor 4 sekarang saya usulkan. Saya didalam tiga hari ini belum mendengarkan prinsip itu, yaitu kesejahteraan, prinsip: tidak ada kemiskinan di dalam Indonesia merdeka. Saya katakan tadi prinsipnya San Min Cu I ialah “Mintsu, Min Chuan , Min Sheng” : Nationalism, democracy, socialism. Maka prinsip kita …..harus …… sociale rechtvaardigheid.”
“Maka demikian pula jikalau kita mendirikan negara Indonesia merdeka, Paduka tuan ketua, timbullah pertanyaan: Apakah Weltanschaung” kita, untuk mendirikan negara Indonesia merdeka di atasnya?Apakah nasional sosialisme ? ataukah historisch-materialisme ? Apakah San Min Cu I, sebagai dikatakan oleh Dr. Sun Yat Sen ? Di dalam tahun 1912 Sun Yat Sen mendirikan negara Tiongkok merdeka, tapi “Weltanschaung” telah dalam tahun 1885, kalau saya tidak salah, dipikirkan, dirancangkan. Di dalam buku “The THREE people’s Principles” San Min Cu I, Mintsu, Min Chuan , Min Sheng” : Nationalisme, demokrasi, sosialisme,- telah digunakan oleh Dr. Sun Yat Sen Weltanschaung itu, tapi batu tahun 1912 beliau mendirikan negara baru di atas “Weltanschaung” San Min Cu I itu, yang telah disediakan terlebih dahulu berpuluh-puluh tahun.”
Demikian kutipan pidato Sukarno pada tanggal 1 Juni 1945, yang sekarang ini diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Dalam pidatonya tersebut Sukarno mengakui bahwa dia sangat terpengaruh oleh San Min Chi dari Dr. Sun Yat Sen dan menyebutnya berkali-kali. Pancasila versi Soekarno juga dengan jelas menampakkan pengaruh Ir. Baars yang menyebut sila kedua sebagai Internasionalisme (Kemanusiaan). Lengkapnya adalah:
1. Nasionalisme (Kebangsaan)
2. Internasionalisme (Kemanusiaan)
3. Demokrasi (Mufakat)
4. Sosialisme
5. Ketuhanan
Demikian bunyi asli Pancasila versi Sukarno. Sewaktu di sekolah dulu kita kan memang diajarkan Pancasila versi Sukarno, Yamin dan Supomo. Berbeda-beda semua susunan dan isinya walau secara esensi kurang lebih sama. Dan dulu saya sempat bertanya-tanya kenapa kok di sila kedua versi Sukarno itu Perikemanusiaan disebut juga sebagai Internasionalisme. Ternyata baru sekarang saya tahu sebabnya, yakni karena pengaruh Mr. Baars yang sangat menggemari lagu Internationale. Itu lagu yang sangat populer di Russia zaman Uni Sovyet dulu. Ada di youtube, boleh Anda lihat. Nah, sekarang masih ada yang yakin Pancasila itu asli tulen digali Sukarno dari bumi Indonesia? Aah...
Jadi, dalam pidato 1 Juni 1945 tersebut Soekarno sama sekali tak pernah bilang mendapat inspirasi dari bumi indonesia, juga tidak pernah menyebut ajaran dari tokoh-tokoh Indonesia. Cuma menyebut Ir. Baars dan berterima kasih sedalam-dalamnya kepada Dr. Sun Yat Sen yang anggota Freemason itu. Kisah asli digali dari bumi Indonesia ternyata fiktif. Tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya.
Oya, siapa itu Ir. Baars? Dia orang komunis Belanda yang pernah bekerja di dinas pemerintahan Sovyet. Silakan lihat di tulisan saya tentang Sukarno & Marxisme. Bagi yang punya info tentang Panc Svila, katipunan dan lain-lain silakan upload juga. Supaya kita tidak lagi hidup di dalam dunia fiktif dan kepalsuan, yang celakanya selama ini lalu dipropagandakan besar-besaran sebagai ideologi yang asli digali dari bumi Indonesia. Karena ketidaktahuan kita semua. Juga bila ada yang punya naskah pidato lengkap tanggal 1 Juni 1945 silakan upload. Supaya kita semuanya nanti bisa tahu. Saya beberapa kali mencari di internet tetap tak dapat pidato lengkapnya. Cuma ada petikan-petikan saja.
Jadi, soal Sukarno mendapat inspirasi Pancasila dari China ini sudah konfirm. Judul artikel ini memang bukan untuk bombastis dan menipu pembaca, tapi sesuai dengan isinya. Yang belum konfirm adalah kaitan Pancasila dengan Panc Svila dan Katipunan serta lain-lainnya. Untuk sementara boleh Anda pelajari dan mencari info sendiri. Bertanya ke kedubes misalnya. Atau barangkali ada yang punya teman dari India, Filipina dan Thailand, atau dari negara-negara Eropa. Silakan bertanya sana.
Seperti juga yang di artikel dulu, saya di sini juga tak hendak membahas soal Zionisme atau Freemansory, saya cuma ingin membahas asal-usul Pancasila.
Ternyata memang bukan digali dari Indonesia, tapi digali dari Tiongkok dan sebagainya. Lalu, setelah kita tahu Pancasila ternyata adalah ideologi asing hasil impor apakah kemudian kita buang begitu saja? Saya tidak bilang begitu. Toh, kita juga berbicara dengan bahasa Indonesia (Melayu) yang sekitar separuhnya berisi kosa kata impor, baik dari India, Arab, maupun Eropa. Apalagi mengganti ideologi tentu akan bisa menimbulkan keributan yang luar biasa. Saya di sini cuma menerangkan sejarahnya dan asal-usul Pancasila yang nyata saja berdasarkan fakta yang ada sehingga kita tidak hidup di dalam dunia fiktif lagi. Begitu saja maksud saya menulis artikel ini.
Tidak ada komentar
Posting Komentar