Syirik Besar, Syirik Tersembunyi dan Syirik Kecil


Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam untuk Rasulullah, keluarga, dan para sahabatnya serta umatnya yang senantiasa berpegang teguh dengan sunnahnya dan meniti jalan hidupnya hingga hari yang dijanjikan.

Allah telah menurunkan beberapa kitab, mengutus beberapa rasul, dan telah menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya. Dia pula yang telah menciptakan kita dan menciptakan segala sesuatu supaya Dia saja yang diibadahi dan ditaati dan dikufuri segala yang disembah selain-Nya.

Allah Ta'ala berfirman,




وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

 
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56) maknanya agar mereka mentauhidkan-Ku (Allah).

Perintah Allah yang teragung adalah tauhid, yaitu beribadah hanya kepada Allah semata, Dzat yang tiada sekutu bagi-Nya. Allah Ta'ala berfirman,



إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

 
"Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Yusuf: 40)

Sebaliknya, larangan yang paling besar atas kita adalah syirik (mengangkat sekutu bagi Allah) dalam ibadah kepada-Nya. Dia berfirman,



وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

 
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun." (QS. An-Nisa': 36)

Mentauhidkan Allah dengan beribadah kepada-Nya semata, Dzat yang tidak memiliki sekutu. Tauhid ini juga menuntut untuk mentauhidkan-Nya dalam nama dan sifat-Nya. Yaitu dengan menetapkan nama-nama dan sifat-sifat untuk Allah yang telah Dia tetapkan sendiri untuk diri-Nya dan yang telah ditetapkan oleh Rasul-Nya, tanpa tahrif dan ta'thil, tanpa takyif, tamtsil dan, tasybih. Juga menuntut untuk berwala'(loyal) kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum mukminin danbara' (berlepas diri) dari musuh-musuh Allah dan agama-Nya. Inilah perbedaan antara ahli tauhid dan ahli syirik.

Seseorang bisa menjadi muslim yang lurus dan bertauhid jika meninggalkan syirik dengan sengaja dan sadar, dan mentauhidkan-Nya dengan hanya melakukan ibadah hanya kepada-Nya. 




Syirik Akbar :

Syirik akbar itu adalah membuat tandingan (bagi Allah) dari selain Allah, ia mencintainya sebagaimana ia mencintai Allah”.

Syirik Akbar (besar) ada dua macam:

a. Zhahirun Jaliyyun (Jelas dan terang)

Penyembahan, pengagungan, dan kecintaan kepada selain Allah, berupa :

Nama Thaghut Dasar

1. Jin
(QS. Jin, 72:6)

2. Berhala
(QS. al-A’raf, 7:191), (QS.Al Baqarah, 194-195)


3. Batu, hewan, matahari, binatang, dll (QS.al-Baqarah, 2:30), (QS. al-A’raf, 7:179)

4. Manusia (QS. al-Imran, 3:64), (QS. at-Taubah, 9:31)

5. Hawa nafsu (Qs. al-Furqan, 25:43), (
QS. al-Jatsiyah, 45:23)

6. Aturan selain Allah (QS. an-Nisa’, 4:60-61), (
QS. al-A’raf, 7:54)




b. Bathinun Khafiyyun (Tersembunyi dan Samar)

 
Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam bersabda:



أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَاهُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِى مِنَالْمَسِيْحِ الدَّجَالِ؟ قَالُوْا: بَلَى يَارَسُوْلُاللهِ. قَالَ:الشِّرْكُ الْخَفِيُّ , يَقُوْلُ الرَّجُلُ فَيُصَلِّي فَيُزَيِّنُصَلاَتُهُ لِمَايَرَى مِنْ نَظَرِ الرَّجُلِ إِلَيْهِ







 
“Maukah kamu aku beritahukan apa yang paling aku takutkan (menimpa)kamu lebih dari (takutku atasmu) terhadap Al-Masih ad-Dajjal? Mereka(Para Shahabat) menjawab: Mau, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: (iaitu adalah) syirik khafiy (syirik yang tersembunyi), bahwa seseorang berdiri, lalu shalat, kemudian ia membaguskan shalatnya, karena ia melihat ada orang yang sedang memperhatikannya”. (HR. Ahmad dalamal-Musnad, dari Abi Sa’id al-Khudriy r.a)



 
Yang Termasuk syirik Khafiyyun antara lain:

a. Berdo’a dan Memohon Pertolongan kepada selain Allah, misalnya kepada orang yang telah mati.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

Ingatlah, Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kamitidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepadaAllah dengan sedekat- dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan diantara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. SesungguhnyaAllah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.(QS. az-Zumar, 39:3).

Ath-Thabrani, dengan menyebutkan sanad-nya, meriwayatkan bahwa: “Pernahterjadi pada zaman Nabi Shallallahu ‘alahi wa Sallam ada seorangmunafik yang selalu mengganggu orang-orang mukmin, maka berkatalahsalah seorang di antara mereka: “Marilah kita bersama-sama istighatsahkepada Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam supaya dihindarkan daritindakan orang munafik ini”. Ketika itu, bersabda Nabi Shallallahu’alahi wa Sallam:



إِنَّهُ لاَ يُسْتَغَاثُ بِى وَإِِنَّمَا يُسْتَغَاثُ بِاللَّهِ

 
“Sesungguhnya tidak boleh istighatsah kepadaku, tetapi istighatsah itu seharusnya hanya kepada Allah saja”.

Menurut Ibnu Qayyim rahimahullah, penyebab syirik tidak jelas yaitu :

1. Manusia tidak menganggap do’a, meminta pertolongan, dan memintabantuan kepada orang yang telah dikubur sebagai ibadah. Mereka mengirabahwa ibadah hanya sebatas pada ruku’ sujud, shalat, puasa, danlain-lain. Padahal ruh ibadah adalah do’a. Rasulullah Shallallahu’alahi wa Sallam bersabda:



الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ


Do’a adalah Ibadah. (HR. at-Tirmidzi)

2. Mereka berkata: “Kami tidak menyakini bahwa mayit tempat kamimemohon dan meminta bantuan sebagai sesembahan atau tuhan, justru kamimenyakini bahwa mereka adalah makhluk seperti kita, akan tetapi merekaadalah perantara antara kami dengan Allah dan pemberi syafaatdisisi-Nya.

Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya’qub berkata: “Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; Maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku) dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadapapa yang kamu ceritakan.” (QS. Yusuf, 12:18).

b. Menjadikan selain Allah sebagai Pemilik Hak pembuat Syari’at

Pemberian wewenang membuat undang-undang secara absolut oleh sebagianmanusia kepada individu atau kelompok, baik untuk kepentingan merekaatau orang lain. Dengan hak itu mereka:

1. Menghalalkan dan mengharamkan sesuai dengan kehendak mereka.

Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam bersabda:

” Betul, … Sesungguhnya mereka mengharamkan yang halal dan menghalalkanyang haram, lalu mereka mengikutinya, itulah penyembahan kepadamereka”. (HR. Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Jarir)

2. Mereka menetapkan berbagai hukum dan aturan yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits. Allah Ta’ala berfirman:

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lainhanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (QS. al-An’am, 6 :116).

3. Menetapkan metodologi dan pola pikir, yang tidak diizinkan Allah danbertolak belakang dengan syari’at-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yangmensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka Telahdibinasakan. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih. (QS. Asy-Syura, 42:21).

Syirik Khafiy dapat masuk pada syirik Akbar, seperti syirik orang-orang munafik, karena mereka menyembunyikan akidah mereka yang batil; dan menampakkan ke-Islam-an mereka, atas dasar riya’ dan takut atas kepentingan diri mereka. Sebagimana Allah Ta’ala berfirman dalam QS. An-Nisa, 4 : 142-143.


"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan Shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barangsiapa yang disesatkan Allah , maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya." (QS. an-Nisa : 142-143)


c. Perbedaan Syirik Akbar dan Syirik Asghar


Perbuatan syirik dibagi menjadi dua, yaitu syirik akbar dan syirik asghar.

Syirik asghar adalah setiap perbuatan kesyirikan yang disebutkan dalam dalil-dalil syariat, tetapi belum sampai derajat syirik akbar. (Tahdzib Tas-hil Aqidah Islamiyyah, hal. 70)

Definisi syirik asghar yang lain adalah sarana (perantara) yang akan mengantarkan kepada syirik akbar (Lihat Mutiara Faidah Kitab Tauhid, Ustadz Abu Isa, cetakan pustaka muslim, edisi revisi hal.36). Dinamakan syirik kecil karena perbuatan tersebut belum membatalkan iman, adapun dosanya tetap lebih besar daripada dosa besar yang lain, semisal membunuh, mencuri, berzina, atau durhaka kepada orang tua.


Perbedaan antara syirik akbar dan syirik asghar, antara lain :

- Syirik akbar menyebabkan pelakunya murtad (keluar dari islam), sedangkan syirik asghar tidak, akan tetapi mengurangi kadar tauhidnya.


- Pelaku syirik akbar kekal di neraka, sedangkan pelaku syirik asghar terancam masuk neraka, tetapi tidak kekal.


- Syirik akbar menghapuskan pahala seluruh amal, sedangkan syirik asghar hanya menghapus amal yang tercampur dengan syirik tersebut.


- Pelaku syirik akbar boleh diperangi, sedangkan pelaku syirik asghar tidak boleh diperangi.


- Syirik akbar tidak diampuni dosanya, sedangkan syirik asghar memungkinkan untuk diampuni dosanya, menurut sebagian ulama.

Ancaman bagi pelaku syirik akbar dan syirik asghar tersebut berlaku apabila mereka tidak mau bertaubat sebelum matinya. (Mutiara Faidah Kitab Tauhid, hal.37)

Bentuk-bentuk Syirik Asghar

1. Riya’

Riya’ adalah memperlihatkan amalan ibadah kepada manusia atau memperbagus amalan di hadapan manusia agar dipuji. Termasuk di dalamnya adalah memperdengarkan amalan kepada orang lain agar mendapat pujian (sum’ah). Jika sesorang melakukan seluruh amalnya agar dipuji dan dilihat manusia, tidak sedikit pun mengharap wajah Allah, maka dia telah melakukan kemunafikan akbar dan syirik akbar yang mengeluarkannya dari agama islam. Sedangkan jika seseorang dalam ibadahnya diniatkan untuk Allah sekaligus di dalamnya terdapat riya’ agar dilihat manusia, maka dia terjatuh ke dalam syirik asghar yang  mengurangi kadar tauhidnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah kuberitahu tentang sesuatu yang lebih aku khawatirkan menimpa kalian daripada fitnah Dajjal? Para sahabat berkata, “Tentu saja”. Beliau bersabda, “Syirik yang tersembunyi, yaitu ketika sesorang berdiri mengerjakan shalat, dia perbagus shalatnya karena mengetahui ada orang lain yang memperhatikannya “ (H.R Ahmad dalam Musnadnya, dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani)

Demikian contoh riya’dalam shalat. Ibadah-ibadah yang lain juga memungkin tercampuri riya’.

2. Bersandar kepada Sebab

Yaitu tidak bertawakal kepada Allah Ta’ala. Tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah Ta’ala setelah mengambil sebab-sebab yang diijinkan secara syari’at. Misalnya jika kita sakit, maka kita ke dokter (mengambil sebab), setelah itu kita menyerahkan kesembuhan kita kepada Allah. Apa yang dikehendaki Allah, pasti terjadi dan yang tidak dikehendakiNya tidak akan terjadi. Jika seorang bersandar kepada sebab disertai keyakinan sebab tersebut yang mendatangkan manfaat dan madharat, maka dia terjatuh kedalam syirik akbar. Namun, jika seorang bersandar kepada sebab dan meyakini bahwa Allah yang mendatangkan manfaat dan madharat, maka dia terjatuh ke dalam syirik asghar.

3. Tathoyur (Anggapan Sial)

Tathoyur adalah menganggap sial seseorang atau benda tertentu atau selainnya. Contohnya adalah apa yang dilakukan pada masa jahiliyyah, jika seorang akan bepergian maka dia melepaskan seekor burung dan mengamatinya. Jika burung tersebut terbang ke arah kanan, maka dianggap pertanda baik, sehingga orang tersebut melaksanakan niatnya untuk bepergian. Tetapi jika burung tersebut terbang ke arah kiri, maka dianggap pertanda buruk, sehingga dia mengurungkan niatnya untuk bepergian. Maka termasuk tathoyur adalah keyakinan sebagian masyarakat kita yang menganggap bulan Suro (Al Muharram) adalah bulan sial, dan keyakinan yang semisalnya. Jika seorang melakukan tathoyur disertai keyakinan sesuatu tersebut yang mendatangkan manfaat dan madharat, maka dia terjatuh ke dalam syirik akbar. Namun, jika melakukan tathoyur disertai keyakinan bahwa Allah yang mendatangkan manfaat dan madharat, maka dia terjatuh ke dalam syirik asghar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,” Thiyarah(tathoyur) adalah syirik, thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, Tirmidzi mengatakan hadits ini hadits hasan shahih).

4. Ruqyah Syirkiyah

Ruqyah adalah bacaan yang digunakan sebagai perlindungan untuk mengangkat bala’ atau menolaknya. Ruqyah syar’iyyah, bisa berupa dzikir dan do’a yang berasal dari Al Qur’an dan sunnah Nabi yang dibaca untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain untuk melindungi dari kejelekan dengan berbagai jenisnya. Dan disyaratkan dalam ruqyah syar’iyyah, adanya keyakinan bahwa ruqyah tersebut hanyalah sebagai sebab dari berbagai sebab yang disyariatkan, sedangkan manfaat dan kesembuhan ada di tangan Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perlihatkanlah kepadaku ruqyah kalian, tidak mengapa ruqyah selama tidak ada unsur kesyirikan didalamnya”(HR. Muslim). Adapun ruqyah yang dilarang adalah ruqyah muharamah dan ruqyah syirkiyah. Disebut ruqyah muharamah jika bacaannya tidak diambil dari Al Qur’an dan hadits yang shahih, tetapi berupa mantra-mantra yang tidak dipahami maknanya. Jika meyakini bahwa ruqyah sebagai sebab yang mendatangkan manfaat dan menolak madharat dengan sendirinya, maka hukumnya syirik akbar.

5. Tamimah

Tamimah(jimat) adalah benda yang digantungkan atau dikalungkan pada anak kecil atau selainnya, yang digunakan untuk melindunginya dari bencana, baik untuk mengangkat bencana atau menolak bencana. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Barangsiapa menggantungkan tamimah(jimat), maka dia telah berbuat syirik”.(HR Ahmad dalam Musnadnya IV/154, Syeikh Al-Albani menshahikannya dalam Ash-Shahihah no.492). Tidaklah pantas seorang muslim menggantungkan dirinya kepada benda mati yang tidak bisa apa-apa, dengan meninggalkan Allah yang senantiasa melindungi hambaNya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung” (QS. Al Imran : 173)

6. Bersumpah dengan Nama Selain Allah

Sumpah adalah pengagungan terhadap nama yang digunakan untuk bersumpah. Semisal dengan perkataan, ‘Demi Kehormatanku’, ‘Demi cintaku padamu’, dan yang semisalnya. Maka, barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, berarti telah berbuat kesyirikan. Karena dia telah menjadikan tandingan bagi Allah ta’ala dalam pengagungan yang tidaklah layak ditujukan pengagungan tersebut, kepada selain Allah ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka di telah berbuat kekafiran atau berbuat syirik” (HR. Tirmidzi no. 1535, Al-Arnauth mengatakan hadist ini, shahih). Yang dimaksud disini adalah syirik asghar, karena orang yang bersumpah dengan selain nama Allah, walaupun dia tidak berniat mengagungkan selain Allah tersebut, tetapi bisa mengantarkannya untuk mengagungkan selain Allah tersebut dengan pengagungan yang berlebihan. Sehingga, jika orang yang bersumpah ini mengagungkan selain Allah itu dengan pengagungan yang sama dengan Allah atau bahkan lebih, maka dia telah terjatuh ke dalam syirik akbar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Ketahuilah sesungguhnya Allah melarang kalian untuk bersumpah dengan nama nenek moyang kalian. Barangsiapa ingin bersumpah, maka bersumpahlah dengan nama Allah atau lebih baik diam” (HR. Al-Bukhari no. 5643, 6155, 6156 dan Muslim no. 3104).

7. Menyekutukan Allah dengan MakhlukNya dengan Perkataan ‘dan’ atau Semisalnya.

Yang dimaksud adalah tidak boleh mensejajarkan penyebutan Allah ta’ala dengan makhlukNya dalam perkara-perkara yang makhluq punya peran untuk terjadinya perkara tersebut. Perkataan ‘dan’ itu menunjukkan kesejajaran, bukan menunjukkan urutan atau tingkatan. Misalnya adalah perkataan ‘ini adalah kebaikan yang datang dari Allah dan anda’, atau ‘ini tidaklah terjadi kecuali karena kehendak Allah dan kehendak Anda’, ‘saya sembuh karena pertolongan Allah dan dokter’ dan semisalnya. Maka siapa yang telah mengucapkan kalimat-kalimat tersebut, dia telah terjerumus dalam syirik asghar. Karena Allah ta’ala sajalah yang mengatur alam semesta, makhluq hanya sebagai perantara saja, dalam terjadinya perkara tersebut. Sehingga, jika ingin menyebutkan peran makhluk, katakanlah ‘ini adalah kebaikan yang datang dari Allah kemudian dari anda’, dan semisalnya. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kamu mengatakan, ‘atas kehendak Allah dan kehendak si Fulan, tetapi atas kehendak Allah kemudian kehendak si fulan”. (HR. Abu Dawud no. 4980, Syeikh Al-Albani menshahikannya dalam Ash-Shahihah no. 137).

8. Mengaitkan Turunnya Hujan dengan Bintang

Semisal perkataan, ‘hujan turun karena bintang ini dan itu’. Jika seorang mengatakannya disertai keyakinan bahwa bintang tersebutlah yang menyebabkan hujan dengan sendirinya tanpa kehendak Allah, maka dia telah terjerumus kedalam syirik akbar. Dan jika seorang mengatakannya namun meyakini yang menurunkan hujan adalah Allah, bintang tersebut sebagai sebab saja, maka hukumnya syirik asghar. Karena dia telah menjadikan sebab yang tidak dijadikan Allah ta’ala sebagai sebab.

(Diringkas disertai perubahan dan tambahan dari kitab Tadzhib Tas-hil Aqidah Islamiyyah, hal 152-170).



Syirik dan Pembagiannya

Berkata Ibnu Qayyim rahimahullah, “Adapun kesyirikan, ia ada dua macam; akbar dan ashghar. Syirik akbar tidaklah diampuni oeh Allah kecuali dengan bertaubat darinya. Syirik akbar itu adalah membuat tandingan (bagi Allah) dari selain Allah, ia mencintainya sebagaimana ia mencintai Allah”.

d. Syirik Kecil

Al-Imam adz-Dzahabi di dalam kitab al-Kabair menyebutkan beberapa fenomena dan bentuk syirik ashghar (syirik kecil), di antaranya yaitu:

1.Riya' Dalam Beribadah.

Barang siapa yang melakukan ibadah atau qurbah (amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah ), namun bertujuan untuk Allah dan agar dilihat atau dipuji manusia maka dia telah melakukan syirik ashghar. Sehingga amalan yang dia kerjakan sia-sia dan ditolak. Dalil yang menjelaskan hal itu adalah sebuah hadits qudsi dari dari Rasulullah, bahwa Allah berfirman, artinya,

"Aku tidak membutuhkan sekutu-sekutu, barang siapa yang mengerjakan suatu perbuatan di dalamnya menyekutukan Aku dengan selain-Ku maka Aku tinggalkan dia dan sekutunya." (HR Muslim)

2.Bersumpah dengan Selain Allah

Di antara bentuk syirik ashghar yang banyak terjadi di masyarkat adalah bersumpah dengan selain Allah . Rasulullah telah bersabda,

"Barang siapa yang bersumpah dengan selain Allah maka dia telah menyekutukan Allah." (HR. Ahmad, shahihul jami' no.6204)

Beliau juga telah bersabda,

"Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah melarang kalian bersumpah dengan nama bapak-bapak kalian. Barang siapa bersumpah maka hendaknya dia bersumpah dengan nama Allah atau (kalau tidak) hendaknya dia diam." (HR al-Bukhari, al-Fath 11/530)

Maka tidak dibolehkan seorang muslim bersumpah dengan menyebut selain Allah meskipun tidak bertujuan untuk mengagungkan makhluk dengan sumpah itu. Dan walaupun yang digunakan untuk bersumpah adalah seorang nabi atau orang shalih. Sebagaimana tidak boleh bersumpah dengan menyebut Ka'bah, dengan amanat, kemuliaan, kehidupan fulan, nabi, wali, tidak boleh pula bersumpah dengan nama bapak, ibu, anak, dengan barakahnya si fulan dan kedudukannya. Semua ini hukumnya haram, karena bersumpah hanya dibolehkan dengan menyebut Allah , nama-nama dan sifat-sifat-Nya.

Barang siapa yang terlanjur mengucapkan sumpah yang diharamkan tersebut maka hendaknya dia mengucapkan la ilaha illallah kemudian beristighfar dan tidak mengulangi perbuatan semisal itu. Nabi telah bersabda,

"Barang siapa yang bersumpah dan dia berkata di dalam sumpahnya tersebut dengan menyebut Latta dan Uzza maka hendaknya dia mengucapkan la ilaha illallah." (HR al-Bukhari di dalam al-Fath 11/546)

Di samping itu ada beberapa kalimat yang mengandung kesyirikan dan sering diucapkan oleh banyak orang, seperti; Aku bertawakkal (bersandar) kepada Allah dan kepadamu; Aku tidak kuasa apa-apa kalau tidak karena Allah dan karenamu; Kalau saja bukan karena Allah dan karenamu; Ini dari Allah dan darimu atau lafal-lafal lain yang semakna dengan ini. Rasulullah telah bersabda,

"Janganlah kalian mengucapkan, "Atas kehedak Allah dan kehendak fulan" akan tetapi ucapkanlah, "Atas kehendak Allah kemudian kehendak fulan." (HR Abu Dawud, dalam silsilah shahihah, 137)

Demikian juga kalimat-kalimat yang berisi celaan terhadap masa (waktu) seperti; Allah melaknat zaman yang kelam ini; Ini waktu atau hari pembawa sial dan yang semisalnya. Karena mencela masa adalah sama dengan mencela Allah yang telah menciptakan masa tersebut. Nabi bersabda, Allah berfirman, artinya,

"Anak Adam mencela masa, padahal Akulah Masa itu, di tangan-Ku siang dan malam." (HR al-Bukhari)

Masuk dalam kategori lafal-lafal yang diharamkan adalah memberikan nama dengan segala sesuatu yang diperhambakan kepada selain Allah , seperti Abdul Husain, Abdul Masih, Abdur Rasul, Abdun Nabi dan lain sebagainya.

3. Tathayyur

Yaitu merasa sial karena melihat sesuatu. Tathayyur diambil dari kata thiyarah berasal dari ath-Thair yakni burung. Awal mulanya adalah bahwa dulu orang Arab apabila akan melakukan sesuatu seperti bepergian atau lainnya, maka dia melepaskan burung, kalau burung tersebut terbang ke arah kanan maka dia melanjutkan keinginannya, dan kalau terbangnya ke arah kiri maka dia merasa sial dan mengurungkan keinginannya. Rasulullah telah menjelaskan tentang tathayyur ini dalam sabdanya,

"Thiyarah adalah syirik." (HR. Ahmad, Shahihul Jami' 3955)

Dalam sabdanya yang lain disebutkan,

"Bukan termasuk golongan kami orang yang melakukan thiyaroh atau diminta untuk berthiyarah, juga orang yang melakukan perdukunan dan minta didukunkan." (HR. ath-Thabrani, silsilah hadits shahihah, 2195)

Masuk ke dalam kategori keyakinan yang merusak kemurnian tauhid adalah merasa sial dengan bulan Shafar, merasa sial dengan hari Jum'at tanggal tiga belas atau dengan angka tiga belas. Ini semua hukumnya haram dan termasuk dalam syirik ashghar.

Obat dari penyakit ini adalah dengan betawakkal sepenuhnya kepada Allah. Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata, "Thiyarah adalah syirik, dan tidak ada di antara kita kecuali terkadang pada dirinya terlintas sedikit dari tasya'um (rasa sial) ini, akan tetapi Allah menghilangkannya dengan sikap tawakkal." (riwayat Abu Dawud dan al-Bukhari di dalam al-Adabul Mufrad)

4. Meninggalkan Shalat Karena Malas

Sedangkan jika meninggalkannya karena juhud (mengingkari) atas wajibnya shalat tersebut atau beristihza' (mengolok-olok) maka dia kafir keluar dari Islam menurut ijma'. Adapun jika meninggalkannya karena malas atau menganggap enteng maka dia telah melakukan dosa besar yang sangat besar, berdasarkan sabda Nabi,

"Perjanjian antara kami dengan mereka adalah shalat, maka barang siapa yang meninggalkannya dia telah kafir." (HR Ahmad, shahihul jami', 4143)

"Antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah bila dia meninggalkan shalat." (HR. Muslim)

Dan menurut sebagian ulama, meninggalkan shalat hukumnya adalah kufur akbar berdasarkan dalil di atas dan dalil-dalil yang lainnya meskipun meninggalkannya karena malas dan menganggap enteng. Terlepas dari dua pendapat yang ada, meninggalkan shalat adalah sesuatu yang sangat berbahaya.

Catatan: Pendapat yang lebih kuat yaitu bahwa orang yang meninggalkan shalat karena malas adalah kafir, wallahu a'lam.

5.Jimat dan Sejenisnya

Termasuk syirik adalah berkeyakinan bahwa manfaat atau kesembuhan dapat diperoleh dari benda-benda yang tidak pernah dijadikan oleh Allah sebagai sebab untuk mendapatkannya. Seperti keyakinan sebagian orang terhadap jimat-jimat, benda pusaka, tuah, logam-logam tertentu, rajah-rajah syirik yang diberikan dan ditulis oleh para dukun dan tukang sihir. Juga keyakinan terhadap benda peninggalan atau warisan orang tua, kakek, lalu digantungkan di leher anak-anak, istri atau ditaruh di kendaraan, di dalam rumah agar dapat menolak bala', sihir serta memberikan manfaat dan menjadi pagar pelindung.

Semua ini tidak diragukan lagi akan menafikan tawakkal kepada Allah. Dan benda-benda itu tidak memberikan manfaat apa-apa kepada manusia. Jika seseorang berkeyakinan bahwa benda-benda tersebut memberikan manfaat, selain Allah maka dia telah musyrik. Rasulullah bersabda,

"Barang siapa yang menggantungkan jimat maka dia telah syirik." (HR. Ahmad, silsilah hadits shahihah 492)

Orang yang melakukan itu semua adalah musyrik dengan kemusyrikan yang besar jika dia berkeyakinan bahwa benda-benda tersebut memang memberikan manfaat atau dapat memberikan madharat selain Allah. Adapun jika berkeyakinan bahwa benda tersebut hanya merupakan sebab kemanfaatan dan kemadharatan padahal Allah tidak menjadikannya sebagai sebab untuk mendapatkannya maka dia terjerumus dalam syirik ashghar. Kita berlindung kepada Allah dari semua itu.

Menyampaikan Kebenaran adalah kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini untuk berdakwah adalah dengan menyampaikannya kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahuinya.


Sumber : Mukhtashar Kitab al-Kabair, Imam adz-Dzahabi, muraja'ah dan taqdim Dr. Abdur Rahman ash Shalih al-Mahmud.
 
Doa Berlindung Dari Perbuatan Syirik

 
Semoga Allah Ta'ala Membalas 'Amal Ibadah Kita. Aamiin

Waassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh



Tidak ada komentar

Posting Komentar