Mesir Kuno dengan para fir'aunnya adalah salah satu peradaban tertua di dunia; juga yang paling penindas. Monumen-monumen megah yang masih tersisa dari Mesir Kuno berbagai piramid, sphinx, dan obelisk dibangun oleh ratusan ribu budak, yang bekerja hingga hampir mati, di bawah lecutan cambuk dan ancaman kelaparan. Para Fir'aun, penguasa absolut di Mesir, ingin direpresentasikan sebagai dewa dan disembah oleh manusia.
Salah satu sumber pengetahuan tentang Mesir Kuno adalah berbagai prasasti mereka. Prasasti-prasasti ini ditemukan di abad kesembilan belas dan setelah kerja keras, abjad Mesir dapat diuraikan, memperjelas begitu banyak informasi tentang negeri ini. Namun, karena ditulis oleh ahli sejarah resmi negara, berbagai prasasti ini penuh dengan cerita-cerita yang bias yang dimaksudkan untuk memuja-muja negara.
Bagi kita, tentu saja, sumber pengetahuan terbaik tentang masalah ini adalah Quran.
Di dalam Al Quran, di dalam kisah Musa, kita memperoleh informasi penting tentang sistem di Mesir. Ayat-ayat tersebut mengungkapkan bahwa terdapat dua titik fokus kekuatan di Mesir: Fir’aun dan dewan pembesarnya. Dewan ini memiliki pengaruh penting terhadap Fir’aun. Fir’aun sering berkonsultasi dengan mereka dan senantiasa mengikuti anjuran mereka. Ayat yang dikutip di bawah menunjukkan pengaruh dewan ini terhadap Fir’aun :
“Dan Musa berkata: "Hai Fir’aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku".
Fir’aun menjawab: "Jika benar kamu membawa sesuatu bukti, maka datangkanlah bukti itu jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang benar".
Maka Musa menjatuhkan tongkatnya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya.
Dan ia mengeluarkan tangannya, maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya (kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya.
Pemuka-pemuka kaum Fir’aun berkata: "Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir yang pandai yang bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negerimu". (Fir’aun berkata): "Maka apakah yang kamu anjurkan?"
Pemuka-pemuka itu menjawab: "Beri tangguhlah dia dan saudaranya serta kirimlah ke kota-kota beberapa orang yang akan mengumpulkan (ahli-ahli sihir), supaya mereka membawa kepadamu semua ahli sihir yang pandai". (QS. Al A'raaf, 7: 104-112)
Patut diperhatikan bahwa perkataan tersebut diutarakan oleh suatu dewan yang menasihati Fir’aun, yang menghasutnya melawan Musa, dan merekomendasikan kepadanya metode-metode tertentu. Jika kita amati catatan sejarah Mesir, kita melihat bahwa dua komponen utama dewan ini adalah tentara dan pendeta.
Tidak perlu dijelaskan lagi pentingnya tentara; ia merupakan kekuatan militer utama dari rezim Fir'aun. Tetapi, kita mesti mengamati lebih dekat lagi peranan para pendeta. Para pendeta Mesir Kuno merupakan golongan yang disebutkan di dalam Al Quran sebagai ahli-ahli sihir. Mereka merepresentasikan sekte yang mendukung rezim. Mereka dipercayai memiliki kekuatan khusus dan menguasai pengetahuan rahasia. Dengan otoritas ini mereka memengaruhi rakyat Mesir, dan mengukuhkan posisi mereka di dalam pemerintahan Fir'aun. Golongan ini, yang diketahui dari catatan sejarah Mesir sebagai “Para Pendeta Amon”, memusatkan perhatian mereka untuk memraktikkan ilmu sihir dan memimpin sekte pagan mereka; selain itu, mereka juga mempelajari beragam ilmu pengetahuan seperti astronomi, matematika, dan geometri.
Pendukung terpenting rezim Fir'aun di Mesir Kuno adalah golongan pendeta (tukang sihir) Kepercayaan mereka di kemudian hari membentuk akar dari Kabbalah dan dari situ berpindah ke Masonry |
Golongan pendeta ini adalah sebuah ordo tertutup yang memiliki (begitu yang mereka anggap) pengetahuan khusus. Ordo semacam ini biasanya dikenal sebagai organisasi esoterik. Di dalam majalah bernama Mason Dergisi (Jurnal Masonik), terbitan yang tersebar di antara pengikut, secara khusus disebutkan tentang pendeta-pendeta Mesir Kuno.
Bersamaan dengan berkembangnya pemikiran pada manusia, ilmu pengetahuan mengalami kemajuan dan bersama itu, jumlah rahasia pun meningkat di dalam pengetahuan pada sistem esoterik. Dalam perkembangan ini, kegiatan esoterik, yang pertama muncul di Timur, di Cina dan Tibet, dan kemudian menyebar ke India, Mesopotamia, dan Mesir, membentuk basis pengetahuan kependetaan yang telah dipraktikkan selama ribuan tahun dan membentuk basis kekuatan pendeta di Mesir
Bersamaan dengan berkembangnya pemikiran pada manusia, ilmu pengetahuan mengalami kemajuan dan bersama itu, jumlah rahasia pun meningkat di dalam pengetahuan pada sistem esoterik. Dalam perkembangan ini, kegiatan esoterik, yang pertama muncul di Timur, di Cina dan Tibet, dan kemudian menyebar ke India, Mesopotamia, dan Mesir, membentuk basis pengetahuan kependetaan yang telah dipraktikkan selama ribuan tahun dan membentuk basis kekuatan pendeta di Mesir
Patung yang disembah orang Yahudi ketika mereka menyeleweng dari agama sejati mereka, menurut banyak peneliti, merupakan berhala bangsa Mesir berbentuk anak sapi yang terbuat dari emas. |
Patung yang disembah orang Yahudi ketika mereka menyeleweng dari agama sejati mereka, menurut banyak peneliti, merupakan berhala bangsa Mesir berbentuk anak sapi yang terbuat dari emas.
“Keluaran” adalah judul kitab kedua dari Taurat. Kitab ini menceritakan bagaimana bani Israil, di bawah pimpinan Musa, meninggalkan Mesir dan melarikan diri dari kekejaman Fir’aun. Fir’aun memperbudak bani Israil dan tidak mau membebaskan mereka. Tetapi, ketika berhadapan dengan mukjizat yang ditunjukkan Allah melalui Musa, dan berbagai bencana ditimpakan kepada rakyatnya, Fir’aun melunak. Maka, suatu malam bani Israil berkumpul, dan memulai migrasi mereka keluar dari Mesir. Kemudian, Fir’aun menyerang bani Israil, tetapi Tuhan menyelamatkan mereka dengan mukjizat selanjutnya melalui Musa.
Tetapi, di dalam Al Quran lah kita menemukan kisah yang paling akurat tentang eksodus dari Mesir, karena Taurat telah mengalami banyak perubahan teks dari apa yang asalnya diturunkan kepada Musa. Sebuah bukti penting tentang ini adalah bahwa isi kelima kitab Taurat : Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan. banyak yang saling bertentangan. Fakta bahwa kitab Ulangan ditutup dengan kisah kematian dan penguburan Musa merupakan bukti yang tak dapat disangkal bahwa bagian ini sudah pasti ditambahkan setelah kematian Musa.
Di dalam Al Quran, pada pengisahan tentang keluarnya bani Israil dari Mesir, sebagaimana juga pada semua kisah lain yang berhubungan dengannya, tidak ada sedikit pun pertentangan; kisah tersebut diceritakan kembali dengan jelas. Bahkan, seperti pada kisah-kisah lain, Allah mengungkapkan banyak kebijaksanaan dan rahasia di dalamnya. Karena itulah, ketika kita mengkaji kisah-kisah ini dengan cermat, kita dapat menarik banyak pelajaran dari mereka.
“Keluaran” adalah judul kitab kedua dari Taurat. Kitab ini menceritakan bagaimana bani Israil, di bawah pimpinan Musa, meninggalkan Mesir dan melarikan diri dari kekejaman Fir’aun. Fir’aun memperbudak bani Israil dan tidak mau membebaskan mereka. Tetapi, ketika berhadapan dengan mukjizat yang ditunjukkan Allah melalui Musa, dan berbagai bencana ditimpakan kepada rakyatnya, Fir’aun melunak. Maka, suatu malam bani Israil berkumpul, dan memulai migrasi mereka keluar dari Mesir. Kemudian, Fir’aun menyerang bani Israil, tetapi Tuhan menyelamatkan mereka dengan mukjizat selanjutnya melalui Musa.
Tetapi, di dalam Al Quran lah kita menemukan kisah yang paling akurat tentang eksodus dari Mesir, karena Taurat telah mengalami banyak perubahan teks dari apa yang asalnya diturunkan kepada Musa. Sebuah bukti penting tentang ini adalah bahwa isi kelima kitab Taurat : Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan. banyak yang saling bertentangan. Fakta bahwa kitab Ulangan ditutup dengan kisah kematian dan penguburan Musa merupakan bukti yang tak dapat disangkal bahwa bagian ini sudah pasti ditambahkan setelah kematian Musa.
Di dalam Al Quran, pada pengisahan tentang keluarnya bani Israil dari Mesir, sebagaimana juga pada semua kisah lain yang berhubungan dengannya, tidak ada sedikit pun pertentangan; kisah tersebut diceritakan kembali dengan jelas. Bahkan, seperti pada kisah-kisah lain, Allah mengungkapkan banyak kebijaksanaan dan rahasia di dalamnya. Karena itulah, ketika kita mengkaji kisah-kisah ini dengan cermat, kita dapat menarik banyak pelajaran dari mereka.
ANAK SAPI EMAS
Salah satu fakta penting sehubungan dengan eksodus bani Israil dari Mesir, sebagaimana diceritakan di dalam Al Quran, bahwa mereka mengingkari agama yang diturunkan Allah kepada mereka walaupun Ia telah menyelamatkan mereka dari kekejaman Fir'aun melalui Musa. Bani Israil tidak mampu memahami ajaran tauhid yang disampaikan Musa kepada mereka, dan terus cenderung kepada penyembahan berhala.
Al Quran menggambarkan kecenderungan yang aneh ini pada ayat berikut:
“Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai pada suatu kaum yang tetap meyembah berhala mereka, Bani Israil berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)". Musa menjawab: " Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)".
Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al A'raaf, 7: 138-139) !
Walau telah diperingatkan oleh Musa, bani Israil tetap dalam penentangan mereka, dan ketika Musa meninggalkan mereka, mendaki Gunung Sinai seorang diri, penentangan itu tampak sepenuhnya. Dengan memanfaatkan ketiadaan Musa, tampillah seorang bernama Samiri. Dia meniup-niup kecenderungan bani Israil terhadap keberhalaan, dan membujuk mereka untuk membuat patung seekor anak sapi dan menyembahnya.
“Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: "Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?".
Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya", kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa." (QS. Thahaa, 20: 86-88)
Mengapa ada kecenderungan yang gigih di kalangan bani Israil untuk membangun berhala dan menyembahnya? Dari mana kecenderungan ini bersumber?
Sudah tentu, suatu masyarakat yang sebelumnya tidak pernah menyembah berhala tidak akan secara tiba-tiba berkelakuan bodoh seperti membangun patung dan menyembahnya. Hanya mereka yang memiliki kecenderungan alami terhadap berhala yang akan memercayai omong kosong semacam itu.
Namun, bani Israil dahulunya adalah kaum yang mengimani satu Tuhan semenjak masa leluhur mereka Ibrahim. Nama "bani Israil" atau "Anak-Anak Israil" pertama kali diberikan kepada putra-putra Ya'kub, cucu Ibrahim, dan setelahnya semua bangsa Yahudi merupakan keturunannya. Bani Israil telah menjaga iman tauhid yang mereka warisi dari leluhur mereka Ibrahim, Ishak, dan Ya'kub, 'alaihim salam. Bersama Yusuf as., mereka pergi ke Mesir dan memelihara monoteisme mereka dalam jangka waktu yang panjang, walaupun faktanya mereka hidup di tengah keberhalaan Mesir. Jelaslah dari kisah yang disebutkan di dalam Al Quran bahwa ketika Musa datang kepada mereka, bani Israil adalah kaum yang mengimani satu Tuhan.
Satu-satunya penjelasan untuk ini adalah bahwa bani Israil, betapapun banyaknya mereka menganut kepercayaan Monoteistik, terpengaruh oleh kaum pagan yang hidup bersama mereka, dan mulai meniru mereka, menggantikan agama yang dipilihkan bagi mereka oleh Allah dengan penyembahan berhala dari negeri-negeri asing.
Ketika kita mengkaji masalah ini di bawah keterangan catatan sejarah, kita amati bahwa sekte pagan yang memengaruhi bani Israil adalah yang terdapat di Mesir Kuno. Sebuah bukti penting yang mendukung kesimpulan ini adalah bahwa anak sapi emas yang disembah bani Israil saat Musa berada di Gunung Sinai, sebenarnya adalah tiruan dari berhala Mesir, Hathor dan Aphis. Dalam bukunya, Too Long in the Sun, penulis Kristen Richard Rives menulis:
Hathor dan Aphis, dewa-dewa sapi betina dan jantan bangsa Mesir, merupakan perlambang dari penyembahan matahari. Penyembahan mereka hanyalah satu tahapan di dalam sejarah pemujaan matahari oleh bangsa Mesir. Anak sapi emas di Gunung Sinai adalah bukti yang lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa pesta yang dilakukan berhubungan dengan penyembahan matahari….
Patung Mesir Kuno Hathor |
Pengaruh agama pagan bangsa Mesir terhadap bani Israil terjadi dalam banyak tahapan yang berbeda. Begitu mereka bertemu dengan kaum pagan, kecenderungan ke arah kepercayaan bidah ini muncul dan, sebagaimana disebutkan dalam ayat, mereka berkata, “Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka memunyai beberapa tuhan (berhala).” (QS. Al A'raaf, 7: 138) Apa yang mereka ucapkan kepada Nabi mereka, "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang." (QS. Al Baqarah, 2: 55) menunjukkan bahwa mereka memiliki kecenderungan untuk menyembah benda nyata yang dapat mereka lihat, sebagaimana yang terdapat pada agama pagan bangsa Mesir.
Kecenderungan bani Israil terhadap paganisme Mesir Kuno, yang telah kita gambarkan di sini, penting untuk dipahami dan memberi kita wawasan tentang perubahan dari teks Taurat dan asal usul dari Kabbalah. Jika kita pikirkan kedua topik ini dengan hati-hati, kita akan mencermati bahwa, pada sumbernya, ditemukan paganisme Mesir Kuno dan filsafat materialis.
DARI MESIR KUNO KE KABBALAH
Semasa Musa masih hidup, bani Israil telah mulai membuat tiruan dari berhala-berhala yang mereka lihat di Mesir dan menyembahnya. Setelah Musa wafat, makin sedikit yang menghalangi mereka dari penyelewengan lebih jauh ke kedurhakaan. Tentu saja, hal ini tidak terjadi pada semua orang Yahudi, tetapi sebagian mereka memang mengadopsi paganisme bangsa Mesir. Tentu saja, mereka meneruskan doktrin-doktrin kependetaan Mesir (para ahli sihir Fir'aun), yang menjadi pondasi bagi kepercayaan kaum itu, dan merusak keimanan mereka sendiri dengan memasukkan doktrin-doktrin ini ke dalamnya.
Doktrin yang dimasukkan ke dalam agama Yahudi dari Mesir Kuno adalah Kabbalah. Seperti sistem dari para pendeta Mesir, Kabbalah merupakan sistem esoterik, dan berlandaskan pada praktik sihir. Yang menarik, Kabbalah memberikan penuturan yang sangat berbeda tentang penciptaan daripada yang ditemukan di dalam Taurat, yakni penceritaan materialis, yang berdasarkan kepada gagasan Mesir Kuno tentang keberadaan kekal dari materi. Murat Ozgen, seorang Freemason berkebangsaan Turki, membahas topik ini sebagai berikut:
Jelaslah bahwa Kabbalah disusun bertahun-tahun sebelum keberadaan Taurat. Bagian paling penting dari Kabbalah adalah sebuah teori tentang pembentukan alam semesta. Teori ini sangat berbeda dengan kisah penciptaan yang diterima oleh agama-agama ketuhanan. Menurut Kabbalah, pada awal penciptaan, muncullah benda-benda yang disebut Sefiroth, artinya “lingkaran-lingkaran” atau “orbit-orbit”, yang mengandung baik sifat material maupun spiritual. Benda-benda ini berjumlah . Sepuluh yang pertama merepresentasikan massa bintang-bintang di angkasa. Keistimewaan Kabbalah ini menunjukkan bahwa ia berhubungan erat dengan sistem kepercayaan astrologis kuno…. Jadi, Kabbalah jauh dari agama Yahudi dan berhubungan erat dengan agama-agama kuno yang misterius dari Timur.
Dengan mengadopsi doktrin-doktrin materialis dan esoterik dari bangsa Mesir Kuno yang berlandaskan ilmu sihir ini, bangsa Yahudi mengabaikan larangan Taurat tentang hal itu. Mereka mengambil ritual sihir dari bangsa pagan lain dan seterusnya, Kabbalah menjadi doktrin mistis di dalam agama Yahudi, tetapi bertentangan dengan Taurat. Di dalam buku berjudul Secret Societies and Subversive Movements, penulis Inggris Nesta H. Webster menyatakan:
Seperti kita ketahui, Ilmu sihir telah dipraktikkan oleh bangsa Kanaan sebelum pendudukan Palestina oleh bani Israel; Mesir, India, dan Yunani juga memiliki tukang tenung dan peramal. Walaupun di dalam Hukum-Hukum Musa terkandung pelarangan atas ilmu sihir, bangsa Yahudi, dengan mengesampingkan peringatan ini, tertular dan mencampurkan tradisi suci yang mereka warisi dengan pemikiran-pemikiran yang sebagian dipinjam dari bangsa lain dan sebagian karangan mereka sendiri. Secara bersamaan, sisi spekulatif dari Kabbalah Yahudi meminjam dari filsafat Persia Magi, Neo-Platonis, dan Neo-Phytagorean. Maka, terdapat justifikasi bagi pendapat kelompok anti-Kabbalah bahwa apa yang kita kenal sebagai Kabbalah saat ini tidaklah murni asli dari Yahudi.
Ada ayat di dalam Al Quran yang merujuk kepada topik ini. Allah berfirman bahwa bani Israil mempelajari ritual persihiran setan dari sumber-sumber di luar agama mereka sendiri.
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir".
Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al Baqarah, 2: 102).
Ayat ini memperlihatkan bahwa kalangan tertentu bangsa Yahudi, walau mengetahui bahwa akan celaka di hari akhirat, mempelajari dan mengambil praktik-praktik sihir. Dengan demikian, mereka menyimpang dari hukum yang telah diturunkan Allah kepada mereka. Karena telah menjual jiwa mereka sendiri, terperosoklah mereka ke dalam paganisme (doktrin-doktrin sihir). “Mereka telah menjual diri” untuk sesuatu yang jahat, dengan kata lain, meninggalkan keimanan mereka.
Fakta-fakta yang diungkapkan dalam ayat ini menunjukkan sifat utama dari sebuah konflik penting dalam sejarah Yahudi. Pertarungan ini, pada satu sisi, adalah antara nabi-nabi yang dikirimkan Allah kepada bangsa Yahudi dan golongan Yahudi yang beriman yang menaati mereka, dan pada sisi lain, golongan Yahudi yang durhaka yang mengingkari perintah-perintah Allah, meniru-niru budaya pagan dari kaum di sekitar mereka, dan mengikuti praktik-praktik budaya tersebut, bukannya hukum Allah.
DOKTRIN PAGAN YANG DISISIPKAN KE DALAM TAURAT
Penting untuk dicermati bahwa dosa-dosa dari kaum Yahudi yang ingkar seringkali diceritakan di dalam kitab suci Yahudi sendiri, Perjanjian Lama. Di dalam kitab Nehemiah, sebentuk kitab sejarah di dalam Perjanjian Lama, kaum Yahudi mengakui dosa mereka dan menyesal:
“Keturunan orang Israel memisahkan diri dari semua orang asing, lalu berdiri di tempatnya dan mengaku dosa mereka dan kesalahan nenek moyang mereka. Sementara mereka berdiri di tempat dibacakanlah bagian-bagian daripada kitab Taurat TUHAN, Allah mereka, selama seperempat hari, sedang seperempat hari lagi mereka mengucapkan pengakuan dan sujud menyembah kepada TUHAN, Allah mereka. Di atas tangga tempat orang-orang Lewi berdirilah Yesua, Bani dan Kenani. Dengan suara yang nyaring mereka berseru kepada TUHAN, Allah mereka.
… (Mereka berkata:) “…Mereka (nenek moyang kami) mendurhaka dan memberontak terhadap-Mu. Mereka membelakangi hukum-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu yang memperingatkan mereka dengan maksud membuat mereka berbalik kepada-Mu. Mereka berbuat nista yang besar . Lalu Engkau menyerahkan mereka ke tangan lawan-lawan mereka, yang menyesakkan mereka. Dan pada waktu kesusahan mereka berteriak kepada-Mu, lalu Engkau mendengar dari langit dan karena kasih sayang-Mu yang besar Kau berikan kepada mereka orang-orang yang menyelamatkan mereka dari tangan lawan mereka. Tetapi begitu mereka mendapatkan keamanan, kembali mereka berbuat jahat di hadapan-Mu. Dan Engkau menyerahkan mereka ke tangan musuh-musuh mereka yang menguasai mereka. Kembali mereka berteriak kepada-Mu, dan Engkau mendengar dari langit, lalu menolong mereka berulang kali, karena kasih sayang-Mu dan mereka berdosa terhadap peraturan-peraturan-Mu, yang justru memberi hidup kepada orang yang melakukannya. Mereka melintangkan bahu untuk melawan, mereka bersitegang leher dan tidak mau dengar.
… Tetapi karena kasih sayang-Mu yang besar Engkau tidak membinasakan mereka sama sekali dan tidak meninggalkan mereka, karena Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang.
Sekarang, ya Allah kami, Allah yang Mahabesar, kuat, dan dahsyat, … Tetapi Engkaulah yang benar dalam segala hal yang menimpa kami, karena Engkau berlaku setia dan kamilah berbuat fasik. Juga raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami, imam-imam kami, dan nenek moyang kami tidak melakukan hukum-Mu. Mereka tidak memerhatikan perintah-perintah-Mu dan peringatan-peringatan-Mu yang Kauberikan kepada mereka. Dalam kedudukan sebagai raja mereka tidak mau beribadah kepada-Mu, walaupun Engkau telah mengaruniakan kepada mereka banyak kebaikan dan telah menyediakan bagi mereka tanah yang luas dan subur. Mereka tidak berbalik dari perbuatan-perbuatan mereka yang jahat.” (Nehemiah, 9: 2-4, 26-29, 31-35)
Bagian ini mengungkapkan keinginan yang dimiliki segolongan kaum Yahudi untuk mengembalikan keimanan mereka kepada Tuhan, tetapi dalam perjalanan sejarah Yahudi, segolongan lain perlahan meraih kekuatan, mendominasi kaum Yahudi dan kemudian sepenuhnya mengubah agama itu sendiri. Karena inilah, di dalam Taurat dan kitab-kitab lain pada Perjanjian Lama, terdapat elemen-elemen yang berasal dari doktrin pagan yang bidah, di samping yang disebutkan di atas, yang mengajak untuk kembali kepada agama yang benar. Misalnya:
Pada kitab pertama dari Taurat, disebutkan bahwa Tuhan menciptakan seluruh alam semesta dari ketiadaan dalam enam hari. Ini benar dan berasal dari wahyu asli. Tetapi, kemudian disebutkan bahwa Tuhan beristirahat di hari ketujuh, dan ini merupakan pernyataan yang benar-benar palsu. Ini merupakan ide jahat yang berasal dari paganisme yang memberikan sifat manusia kepada Tuhan. Pada sebuah ayat di dalam Al Quran, Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa, dan kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.” (QS. Qaaf, 50: 38)
Pada bagian-bagian lain dari Taurat, terdapat gaya penulisan yang tidak menghormati kemuliaan Tuhan, terutama pada bagian-bagian di mana kelemahan manusia disifatkan kepada-Nya (Tuhan sudah pasti di atas itu semua). Antropomorfisme ini dibuat untuk menyerupai kelemahan-kelemahan manusia yang diberikan penganut pagan kepada tuhan-tuhan buatan mereka sendiri.
Salah satu pernyataan yang menghina itu adalah klaim bahwa Ya'kub, nenek moyang bani Israil, bergulat dengan Tuhan, dan menang. Ini jelas sebuah cerita yang dibuat-buat untuk memberi bani Israil keunggulan rasial, untuk menyamai perasaan rasial yang berkembang luas di antara masyarakat pagan. (atau, di dalam kata-kata Al Quran: “kesombongan jahiliyah”).
Terdapat kecenderungan di dalam Perjanjian Lama untuk menampilkan Allah sebagai tuhan kebangsaan bahwa Dia hanyalah tuhan bagi bani Israil. Namun, Allah adalah Tuhan dan Penguasa semesta alam serta seluruh umat manusia. Pemikiran tentang agama kebangsaan ini, di dalam Perjanjian Lama, bersesuaian dengan kecenderungan paganisme, di mana setiap suku menyembah tuhannya sendiri.
Pada sebagian kitab dari Perjanjian Lama (misalnya, Yosua) berbagai perintah diberikan untuk melakukan kekejaman terhadap orang-orang non-Yahudi. Pembunuhan massal diperintahkan, tanpa memandang wanita, anak-anak, atau orang tua. Kekejaman tanpa belas kasihan ini sepenuhnya bertentangan dengan keadilan Tuhan, dan mengingatkan kepada kebiadaban budaya pagan, yang menyembah dewa-dewa perang yang mistis.
Berbagai pemikiran pagan yang disusupkan ke dalam Taurat ini tentu mempunyai asal muasal. Pastilah ada orang Yahudi yang mengambil, menghormati, dan menghargai suatu tradisi yang asing bagi Taurat, dan mengubah Taurat dengan menambahkan ke dalamnya pemikiran-pemikiran yang berasal dari tradisi yang mereka ikuti. Asal usul tradisi ini merentang jauh hingga ke para pendeta Mesir Kuno (para ahli sihir rezim Fir'aun). Ialah, tak lain, Kabbalah yang dibawa dari sana oleh sejumlah orang Yahudi. Kabbalah mempunyai bentuk yang memungkinkan Mesir Kuno dan doktrin pagan lainnya menelusup ke dalam agama Yahudi dan berkembang di dalamnya. Para penganut Kabbalah, tentu saja, menyatakan bahwa Kabbalah hanyalah memperjelas secara lebih rinci rahasia-rahasia yang tersembunyi di dalam Taurat, tetapi, pada kenyataannya, sebagaimana dikatakan oleh ahli sejarah Yahudi tentang Kabbalah, Theodore Reinach, Kabbalah adalah "suatu racun teramat halus yang menyusupi dan memenuhi nadi agama Yahudi."
Maka, sangat mungkin untuk menemukan di dalam Kabbalah jejak-jejak nyata dari ideologi materialis dari bangsa Mesir Kuno.
KABBALAH, DOKTRIN YANG BERTENTANGAN DENGAN KREASIONISME
Allah mengungkapkan di dalam Al Quran bahwa Taurat adalah sebuah kitab suci yang diturunkan sebagai cahaya bagi manusia:
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. (QS. Al Maidah, 5: 44)
Karenanya, Taurat, seperti Al Quran, adalah sebuah kitab yang berisi ilmu dan perintah yang berhubungan dengan topik-topik seperti keberadaan Allah, keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya, penciptaan manusia dan makhluk lainnya, tujuan penciptaan manusia, dan hukum-hukum moral Allah bagi manusia. (Namun, sekarang Taurat asli ini tidak ada lagi. Yang kita dapati sekarang adalah versi Taurat yang telah “diubah-ubah” oleh tangan manusia).
Ada sebuah poin penting yang sama dimiliki Taurat yang asli dan Al Quran: Allah merupakan sang Pencipta. Allah itu mutlak, dan telah ada sejak waktu bermula. Segala sesuatu selain Allah adalah ciptaan-Nya, yang diciptakan-Nya dari ketiadaan. Dia telah menciptakan dan membentuk seluruh alam semesta, benda-benda langit, materi-materi tak hidup, manusia, dan semua makhluk hidup. Allah itu Maha Esa; Dia ada dengan sendirinya.
Berlawanan dengan kebenaran ini, terdapat penafsiran yang sangat berbeda di dalam Kabbalah, yakni "suatu racun teramat halus yang menyusupi dan memenuhi nadi agama Yahudi." Doktrinnya tentang Tuhan sepenuhnya bertentangan dengan “fakta penciptaan”, yang terdapat di dalam Taurat yang asli dan Al Quran. Dalam salah satu karyanya tentang Kabbalah, peneliti Amerika, Lance S. Owens, mengemukakan pendapatnya tentang kemungkinan asal usul doktrin ini:
Pengalaman kabbalistik menimbulkan beberapa pemahaman tentang Tuhan, yang kebanyakan menyimpang dari pandangan ortodoks. Prinsip paling inti dari kepercayaan bani Israil adalah persaksian bahwa “Tuhan kami satu”. Tetapi Kabbalah menyatakan bahwa sementara Tuhan ada dalam bentuk tertinggi sebagai suatu keesaan yang sepenuhnya tak terlukiskan Kabbalah menamainya Ein Sof, yang tak berhingga singularitas yang tak terpahami ini perlu menjelma menjadi banyak sekali bentuk ketuhanan: suatu pluralitas dari banyak Tuhan. Inilah yang oleh para pengikut Kabbalah dinamai Sefiroth, berbagai bejana atau wajah Tuhan. Para pengikut Kabbalah mencurahkan banyak meditasi dan spekulasi kepada misteri bagaimana Tuhan turun dari keesaan yang tak terpahami kepada pluralitas. Sudah tentu, citra Tuhan berwajah banyak ini memberi ruang untuk tuduhan sebagai politeistik, sebuah serangan yang dibantah para pengikut Kabbalah dengan penuh semangat, walau tak pernah sepenuhnya berhasil.
Tidak hanya Tuhan itu plural dalam teosofi Kabbalistik, tetapi sejak pemunculan pertamanya yang halus dari keesaan yang tak terpahami, Tuhan telah memiliki dwibentuk sebagai Lelaki dan Perempuan; sebentuk Ayah dan Ibu supernatural, Hokhmah dan Binah, merupakan bentuk-bentuk pemunculan Tuhan yang pertama. Para pengikut Kabbalah menggunakan metafor seksual yang terang-terangan untuk menjelaskan bagaimana persetubuhan dari Hokhmah dan Binah menghasilkan ciptaan yang lebih jauh…
Ciri yang menarik dari teologi mistis ini adalah bahwa menurutnya manusia tidaklah diciptakan, tetapi dalam suatu cara bersifat ketuhanan. Owens menguraikan mitos ini:
Citra Tuhan yang kompleks… juga dilukiskan oleh Kabbalah memiliki sebuah bentuk yang uniter, antropomorfik. Menurut sebuah resensi Kabbalistik, Tuhan adalah Adam Kadmon: Manusia purba atau bentuk pola dasar pertama manusia. Manusia berbagi dengan Tuhan, baik kilauan cahaya ketuhanan yang hakiki dan tak diciptakan, juga bentuk yang organik dan kompleks. Persamaan aneh tentang Adam sebagai Tuhan didukung oleh sebuah sandi Kabbalah: nilai numeris dari nama Adam dan Jehovah dalam bahasa Ibrani (Tetragrammaton, Yod he vav he) adalah sama-sama. Jadi, dalam penafsiran Kabbalah, Jehovah sama dengan Adam: Adam adalah Tuhan. Dengan penegasan ini datanglah pernyataan bahwa semua manusia dalam perwujudan tertinggi menyerupai Tuhan.
Teologi ini tersusun dari mitologi paganisme, dan menjadi basis bagi kemerosotan agama Yahudi. Orang Yahudi pengikut Kabbalah melanggar batas-batas akal sehat sedemikian jauh sampai-sampai mereka mencoba membuat manusia menjadi tuhan. Apalagi, menurut teologi ini, selain bersifat ketuhanan, manusia hanya terdiri dari bangsa Yahudi; suku bangsa lain tidak dipandang sebagai manusia. Akibatnya, di dalam agama Yahudi, yang awalnya didirikan berdasarkan pengabdian dan ketaatan kepada Tuhan, mulailah doktrin yang rusak ini berkembang, dengan maksud untuk memuaskan arogansi bangsa Yahudi. Walaupun sifat dasarnya bertentangan dengan Taurat, Kabbalah dimasukkan ke dalam agama Yahudi. Pada akhirnya, Kabbalah mulai merusak Taurat itu sendiri.
Hal lain yang menarik tentang doktrin-doktrin Kabbalah yang rusak adalah kesamaannya dengan berbagai pemikiran pagan dari Mesir Kuno. Sebagaimana telah didiskusikan pada halaman-halaman sebelumnya, bangsa Mesir Kuno meyakini bahwa materi telah selalu ada; dengan kata lain, mereka menolak pemikiran bahwa diciptakan dari ketiadaan. Kabbalah menyatakan hal yang sama sehubungan dengan manusia; Kabbalah mengklaim bahwa manusia tidak diciptakan, dan mereka bertanggung jawab untuk mengatur keberadaan mereka sendiri.
Untuk diungkapkan dalam istilah modern: bangsa Mesir Kuno adalah materialis, dan pada dasarnya, doktrin Kabbalah dapat dinamai humanisme sekuler.
Menarik untuk dicatat bahwa kedua konsep ini materialisme dan humanisme sekuler menguraikan ideologi yang telah mendominasi dunia selama dua abad ke belakang.
Sungguh menggoda untuk mempertanyakan apakah ada kekuatan yang telah membawa doktrin Mesir Kuno dan Kabbalah dari tengah-tengah sejarah kuno ke masa kini.
DARI PARA KSATRIA TEMPLAR KE KAUM MASON
Tatkala kita menyebutkan tentang para Ksatria Templar sebelumnya, kita mencatat bahwa ordo pejuang salib yang aneh ini dipengaruhi oleh sebuah "rahasia" yang ditemukan di Yerusalem, yang membuat mereka meninggalkan agama Kristen dan mulai memraktikkan ritus-ritus sihir. Kita sebutkan bahwa banyak peneliti telah mencapai pendapat bahwa rahasia ini berhubungan dengan Kabbalah. Misalnya, dalam bukunya Histoire de la Magie (Sejarah Ilmu Sihir), penulis Prancis, Eliphas Levi, memberikan bukti terperinci bahwa para Templar dibaiat ke dalam doktrin-doktrin misterius Kabbalah, yakni, mereka secara rahasia dilatih di dalam doktrin ini. Begitulah, sebuah doktrin yang berakar di Mesir Kuno diteruskan kepada para Templar melalui Kabbalah.
Dalam Foucault's Pendulum, novelis Umberto Eco*) menceritakan fakta-fakta ini di dalam alur cerita. Sepanjang novel tersebut, dia mengisahkan, melalui pembicaraan para tokoh protagonisnya, bahwa para Templar dipengaruhi oleh Kabbalah dan bahwa para pengikut Kabbalah memiliki rahasia yang dapat dilacak hingga ke fir’aun-fir’aun Mesir Kuno. Menurut Eco, sebagian bangsa Yahudi yang terkemuka mempelajari rahasia-rahasia tertentu yang diambil dari bangsa Mesir Kuno, dan kemudian menyisipkannya ke dalam lima kitab pertama Perjanjian Lama (Pantateuch). Tetapi rahasia yang diteruskan secara rahasia ini hanya dapat dipahami oleh para pengikut Kabbalah. (Zohar, yang di kemudian hari ditulis Spanyol, dan membentuk kitab fundamental Kabbalah, berhubungan dengan rahasia-rahasia kelima kitab tersebut) Setelah menyatakan bahwa para penganut Kabbalah juga membaca rahasia bangsa Mesir Kuno ini dalam pengukuran geometris haikal Sulaiman, Eco menuliskan bahwa para Templar mempelajarinya dari para rabbi pengikut Kabbalah di Yeru
salem:
Rahasia itu yang semuanya telah disampaikan Haikal hanya diketahui oleh sekelompok kecil rabbi yang tetap tinggal di Palestina…. Dan dari mereka para Templar mempelajarinya.
Ketika para Templar mengadopsi doktrin Kabbalis-Mesir kuno ini, sudah tentu mereka bertentangan dengan kekuasaan Kristen yang mendominasi Eropa. Pertentangan serupa juga terjadi antara mereka dengan kekuatan bangsa Yahudi lainnya. Setelah para Templar ditangkap oleh perintah bersama raja Prancis dan Paus di tahun 1307, ordo ini bergerak di bawah tanah, namun pengaruhnya tetap bertahan, dan dengan cara yang lebih radikal dan mantap.
Seperti disebutkan sebelumnya, sejumlah besar ksatria Templar melarikan diri dan meminta perlindungan kepada raja Skotlandia, satu-satunya kerajaan Eropa pada saat itu yang tidak mengakui otoritas Paus. Di Skotlandia, mereka menyusup ke dalam gilda para tukang batu, dan perlahan mengambil alih. Gilda-gilda tersebut mengadopsi tradisi-tradisi ksatria Templar, dan dengan demikian, benih Masonik ditanam di Skotlandia. Sampai hari ini, garis utama Masonry masih merupakan “Ritus Skot yang Kuno dan Diakui”.
Sebuah model Haikal Sulaiman. Para Templar dan Mason, karena kepercayaan takhyul mereka mengenai Sulaiman, yakin bahwa terdapat sebuah "rahasia" di dalam haikal ini yang diteruskan dari peradaban pagan kuno. Karena itulah literatur Masonik memberikan banyak penekanan pada haikal Sulaiman tersebut.
Sebagaimana telah dibahas secara rinci di dalam buku Ordo Masonik Baru, jejak para Templar dapat dideteksi sejak awal abad keempat belas dan sekelompok bangsa Yahudi berhubungan dengan mereka pada berbagai babak sejarah Eropa. Tanpa membahas detailnya, inilah sebagian heading yang mengkaji topik ini:
Di Provence, Prancis, pernah terdapat sebuah tempat persembunyian penting para Templar. Selama masa penahanan, sangat banyak yang bersembunyi di sini. Ciri-ciri penting lain daerah ini adalah sebagai pusat Kabbalisme paling terkenal di Eropa. Di Provence tradisi lisan Kabbalah dibukukan.
Pemberontakan Petani di Inggris pada tahun 1381, menurut para ahli sejarah, dikipas-kipasi oleh sebuah organisasi rahasia. Para pakar yang mengkaji sejarah Masonry sepakat bahwa organisasi rahasia ini adalah para Templar. Pemberontakan ini lebih dari sekadar pemberontakan sipil, tetapi merupakan penyerangan terencana terhadap Gereja Katolik.
Setengah abad setelah pemberontakan ini, seorang pastor di Bohemia bernama John Huss memulai pemberontakan melawan Gereja Katolik. Lagi, di balik pemberontakan ini berdiri para Templar. Lebih-lebih lagi, Huss sangat tertarik dengan Kabbalah. Avigdor Ben Isaac Kara adalah salah satu nama terpenting yang berpengaruh dalam perkembangan doktrinnya. Kara adalah seorang rabbi dari komunitas Yahudi di Praha dan seorang pengikut Kabbalah.
Contoh-contoh seperti ini menunjukkan bahwa persekutuan antara para Templar dan pengikut Kabbalah diarahkan kepada suatu perubahan tatanan sosial Eropa. Perubahan ini melibatkan perubahan di dalam budaya Kristen yang mendasar di Eropa, dan penggantiannya dengan sebuah budaya berdasarkan doktrin-doktrin pagan, seperti Kabbalah. Dan, setelah perubahan budaya ini, berbagai perubahan politik akan mengikuti. Revolusi Prancis dan Italia, misalnya….
Salah satu indikasi hal tersebut adalah dipergunakannya simbol-simbol paganisme, dalam arsitektur rumah ibadah, lafadz doa, hymne atau kidung, ritual, dan sebagainya. Simbol salib misalnya, ini berasal dari simbol persilangan cahaya dewa matahari yang banyak dijadikan tuhan oleh suku-suku kuno dari Mesir (Ancien Egypt) dan Roma hingga Amerika Latin (Suku Maya dan Aztec), dari Jepun (Amaterasu) hingga India (Btara Indra).
Pastor Herbert W. Amstrong, pemimpin Worldwide Church of God yang berpusat di AS yang juga sebagai Editor in Chief majalah Kristen Plain Truth yang bertiras delapan juta eksemplar tiap bulan, dengan jujur mengemukakan bahwa tanda salib memang berasal dari simbol paganisme. Bukan itu saja, Natal yang diperingati oleh Gereja Barat setiap tanggal 25 Desember pun oleh Amstrong dianggap sebagai kelanjutan dari ritual penyembahan kelahiran anak Dewa Matahari (Sun of the God). Sebab itu, Sunday dijadikan hari libur kaum Kristiani. ‘Sun’ berarti ‘Matahari’ dan ‘Day’ berarti ‘Hari’. Ritual pemujaan kaum pagan terhadap Dewa Matahari memang banyak dilakukan di hari Minggu (Sunday).
Seperti telah dijelaskan diatas asal-muasal kaum pagan modern sekarang ini sesungguhnya berasal dari satu kelompok kecil para pengikut iblis, dimana sepanjang sejarah awalnya diwakili oleh mereka yang selalu memusuhi dan memerangi para Nabi dan Rasul Allah SWT. Mereka adalah Samiri yang memerangi Musa as. (Amerika pun menyebut dirinya dengan “Uncle Sam”), Namrudz yang memerangi Ibrahim a.s., dan para pendeta Sanhedrin yang memerangi Isa a.s.
Mereka adalah Paulus (Yahudi dari Tarsus) yang mengubah esensi dasar agama Nasrani dari yang hanya sebagai agama kaum Nabi Isa menjadi agama misi ke seluruh dunia. Mereka adalah Abdullah bin Saba’ (Yahudi dari Yaman) yang memecah umat tauhid ini. Mereka adalah Mustafa Kemal Attaturk (Yahudi dari Dumamah) yang menghancurkan kekhalifahan Turki Utsmani. Mereka adalah Terrence E. Lawrence (Yahudi dari Inggris) yang harum namanya di Saudi dan disebut sebagai Lawrence of Arabia. Mereka adalah Snouck Hurgronje (Yahudi Belanda) yang pura-pura masuk Islam dan menggunakan ‘keIslamannya’ sebagai senjata untuk menghancurkan umat Islam Indonesia.
Strategi Hurgronje ini dikenal dengan istilah “Izharul Islam” atau “Pura-Pura Islam” dan sekarang dipakai oleh banyak kaum liberalis, termasuk mereka yang mengaku-aku sebagai kaum liberal Islam yang banyak mempromosikan ide-ide pluralisme (keberagaman), hak asasi manusia, anti kekerasan, kebebasan, dan sebagainya. Jika sekarang ini ada segolongan orang Islam yang mulai terjangkit virus “Pluralitas” maka hal itu sesungguhnya mereka telah tercemar oleh keyakinan pagan, karena seorang Muslim wajib “Fardhu’ain” hanya berpegang pada Tali Allah SWT dan Rasul-Nya.
Sejarah dunia mencatat bahwa Dinasti Rotschild merupakan dinasti paling terkemuka di Eropa di abad pertengahan. Sir Meyer Amschel Rotschild merupakan sesepuh dinasti ini yang juga disebuta sebagai Rotschild I. Keluarga Yahudi ini tinggal di sebuah rumah besar di pojok Judenstrasse (Jalan Yahudi) di Bavaria (sekarang Jerman).
Kuat dugaan, Rotschild I merupakan pewaris kelompok Templar yang dibasmi dari seluruh Eropa oleh Paus Clement IV dan Raja Perancis, King Philip le Bel, di tahun 1307. Pada 1314, Grandmaster terakhir Templar bernama Jaques de Molay dibakar hidup-hidup hingga menemui ajal.
Saat dibasmi, Templar banyak yang menyelamatkan diri ke Skotlandia, satu-satunya wilayah di Eropa yang tengah diekskomunikasikan dari Gereja. Namun Skotlandia bukan satu-satunya tempat persembunyian Templar. Para Templar yang dikenal sebagai jago-jago perang dan juga intelijen di abad pertengahan ini juga banyak yang menyusup di sejumlah wilayah Eropa. Mereka yang bersembunyi di Portugis, Spanyol, dan Itali, menanggalkan jubah Templarnya dan mengganti nama menjadi Knight of Christ. Yang di Malta menjadi Knights of Rhodes atau Knights of Malta. Ada pula yang lari bersembunyi di Bavaria dan menjelma menjadi Knights of Teutonik.
Penangkapan dan pengadilan atas Templar di Bavaria dilakukan dengan penuh sandiwara dan tidak dilaksanakan dengan sepenuh hati. Sebab itu organisasi ini masih eksis selama berabad-abad di Bavaria dan juga secara klandestin di Eropa dan menemukan tokoh baru di wilayah baru ini, seorang Yahudi paganism kaya raya dan dekat dengan praktek-praktek klenik dan okultisme seperti halnya Templar, bernama Meyer Amschell Rotschild. Ada anggapan juga bahwa sesungguhnya Rotschild I ini malah seorang tokoh Templar Klandestin sejak awalnya.
Di tahun 1773, Rotschild I mengundang 12 keluarga Yahudi terkemuka dunia untuk berkumpul di kediamannya. Dalam pertemuan tersebut, Rotschild I mengeluarkan dan membacakan 25 butir strategi penguasaan dunia yang di dalam Kongres Zionis Internasional I di Basel Swiss (1897) disahkan menjadi agenda gerakan Zionis Internasional dengan nama Protocolat of Zions.
Selain itu, Rotschild juga memanggil dan memperkenalkan seorang Yahudi dari Ingolstadt, Bavaria, anak dari seorang Rabi Yahudi yang menyembunyikan keyahudiannya dan mengaku sebagai seorang Yesuit Katolik bernama Adam Weishaupt. Orang ini tertarik pada pemikiran-pemikiran ajaran sesat Dinasti Kerajaan Perancis terakhir, yang dalam The Holy Blood Holy Grail (1982) disebut sebagai Dinasti Merovingian.
Awalnya, Rotschild menugaskan Weishaupt untuk memimpin Coven of Golden Dawn (Fajar Keemasan), sebuah sekte mistik pribadi keluarga Rotschild yang masih aktif sampai dengan hari ini. Kemudian, di dalam pertemuan tersebut, Rotschild menunjuk Weishaupt untuk membentuk dan memimpin sebuah sekte mistik kuno Bavaria bernama Illuminati (Yang Tercerahkan, kaum gnostis sendiri menyebut Maria Magdalena sebagai The Illuminatrix). Illuminati merupakan sekte Luciferian (iblis) yang memiliki arti Sang Pembawa Cahaya.
Di dalam struktur keanggotaan Illuminati, lapisan tertinggi berada dalam kelompok Areopagites atau Tribunal yang memegang kendali atas sekte. Mereka inilah yang berhak hadir dalam pertemuan-pertemuan rahasia.
Nesta Helen Webster dalam World Revolution: The Plot Against Civilisation (1921) menyebut bahwa keahlian Illuminati adalah dalam seni menipu dan memanipulasi, yang memanjakan dan menggerakan mimpi-mimpi orang-orang lugu dan memprovokasi serta mengarahkan mimpi-mimpi orang fanatic dengan memuji-muji dan mendongkrak keangkuhan serta kesomboingan intelektualitas mereka. Illuminati mempermainkan ketidakseimbangan otak manusia, dengan mendorong ambisi dan nafsu kekuasaan serta memandang rendah idealisme dan nilai-nilai luhur. Syahwat kekuasaan merupakan mainan utama dari Illuminati sejak dulu hingga millennium ketiga ini. Siapa pun yang terpengaruh akan provokasinya, secara sadar atau tidak, telah menjadi pelayan bagi kelompok pemuja setan ini.
Webster menegaskan, “Tujuan utama Illuminati adalah untuk kekuasaan dan kekayaan. Mereka memiliki tujuan untuk menguasai seluruh dunia dan seluruh umat manusia dengan jalan menghancurkan pemerintahan yang religius maupun yang sekuler. Illuminati akan bertahta dalam satu tatanan dunia yang sama sekali baru yang dinamakan sebagai The New World Order.”
Guna menuju penguasaan dunia, Illuminati mempergunakan semboyan “Tujuan Menghalalkan Cara”. Walau demikian, ada dua senjata utama mereka untuk mempengaruhi atau menundukkan sasaran, terutama politikus, pejabat militer, dan juga para penguasa, termasuk anggota legislatif. Yakni dengan uang dan seks.
Illuminati modern lahir di Bavaria pada tahun 1773, tiga tahun sebelum para tokoh Mason menandatangani piagam kemerdekaan Amerika Serikat. Sebelum Illuminati ‘lahir’, gerakan paganis bernama Freemasonry telah dahulu ada di Eropa dan berkembang dengan pesat di sana. Nyaris semua negara dan kerajaan di Eropa tersentuh oleh gerakan Freemason yang lahir di Skotlandia pada sekitar tahun 1314-an.
Para tetua pagan Yahudi seperti Rotschild melihat bahwa strategi mereka akan bisa lebih efektif dan cepat tercapai bila Illuminati dan Freemasonry bersatu. Sebab itu, pada tahun 1780, Baron Franz Friedrich Knigge direkrut menjadi anggota Illuminati dan dengan cepat menjadi salah satu tokoh penting Illuminati Eropa. Sebelumnya, Knigge ini merupakan salah satu tokoh sentral Freemasonry Eropa. Atas usahanya inilah, keduanya bias dipersatukan dan menjadi organisasi klandestine okultis yang begitu efektif, tidak saja di Eropa namun menggapai daratan Amerika dan lainnya.
Penyatuan Illuminati dan Freemasonry “diresmikan” dalam Kongres Wilhelmsbad pada 29 Agustus 1782 di mana Adam Weishaupt dan Knigge memimpin kongres tersebut. Semua yang hadir disumpah untuk tidak membocorkan kepada siapa pun, termasuk kepada anggota keluarga terdekat, apa saja yang terjadi dan diputuskan dalam pertemuan rahasia tersebut.
Comte de Vireu, seorang Masonik dari Lodge du Martinist di Lyons, Perancis Selatan sebuah wilayah yang kental dengan nuansa Esoteris dan gerejanya memuja Yohanes sebagai Sang Kristus serta Maria Magdalena sebagai The Illuminatrix (Yang Tercerahkan), ikut hadir dalam Kongres di Wilhelmsbad. Sepulangnya dari acara, dia ditanya oleh isterinya tentang apa saja yang dibahas dalam pertemuan.
Terikat dengan sumpah setia, dan tentu saja ancamannya, Comte de Virieu hanya menyatakan bahwa apa yang terjadi dalam kongres sungguh-sungguh mengerikan. “Semua yang terjadi, adalah jauh lebih serius dari apa yang pernah kalian bayangkan selama ini. Konspirasi yang disusun telah benar-benar dirancang dengan sangat matang, sistematis, dan penuh dengan kejutan. Banyak orang penting terlibat dan tentunya dana yang disediakan juga tidak terbatas. Saya berkeyakinan, seluruh kerajaan dan gereja di Eropa ini tidak akan mampu membendung konspirasi tersebut. Ini benar-benar menakutkan, ” ungkapnya.
Atas desakan isterinya dan juga sejumlah kolega, akhirnya de Virieu menyatakan keluar dari perkumpulan.
Dengan sangat licin, Illuminati yang telah bersatu dengan Freemasonry terus bergerak. Mereka berada di belakang setiap revolusi, peperangan, dan peristiwa besar dunia. Nyaris semua pergantian penguasa di sejumlah negeri besar Eropa dan Amerika tidak lepas dari tangan kotor mereka.
____________________________
Tidak ada komentar
Posting Komentar