Ulama Turki : Perayaan Natal Dan Tahun Baru Ritual Pagan
"N a t a l" dan "T a h u n B a r u" adalah peristiwa di mana keduanya merupakan ritual pagan dan kapitalis yang saling terkait, kepala Direktorat Agama Turki Mehmet Görmez mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dirilis 26 Desember lalu.
Kalau menteri agama Indonesia bilang begini s o - p a s t i udah pada diprotes diberbagai media masa apalagi oleh kaum sekuler.
Görmez memperingatkan masyarakat terhadap apa yang ia sebut budaya dan erosi identitas terkait ekonomi Natal yang bisa menginspirasi anak-anak melalui film, pemasaran dan produk-produk yang berhubungan dengan hal itu.
“Apa yang menjadi paling keberatan saya sebagai kepala urusan agama adalah konsumeristis saat Natal dan Tahun Baru yang menyebabkan erosi budaya dan krisis identitas yang justru banyak terjadi pada anak-anak,” kata Görmez. “Universitas, ilmuwan, guru dan intelektual harus memikirkan hal ini,” ia menambahkan
Natal dan Tahun Baru harus dipisahkan dan tidak bisa dilihat sebagai suatu bentuk balas dendam terhadap berakhirnya fenomena waktu,” menurut pernyataan Görmez.
“Saya melihat pesta-pesta massa dan perayaan keduanya mirip dengan bentuk balas dendam orang terkait fenomena waktu,” kata Görmez. “Terutama merayakannya dengan minum minuman keras, berjudi dan mengundi lotere … tidak mungkin Islam menyetujui hal tersebut.”
Görmez memperingatkan masyarakat terhadap apa yang ia sebut budaya dan erosi identitas terkait ekonomi Natal yang bisa menginspirasi anak-anak melalui film, pemasaran dan produk-produk yang berhubungan dengan hal itu.
“Apa yang menjadi paling keberatan saya sebagai kepala urusan agama adalah konsumeristis saat Natal dan Tahun Baru yang menyebabkan erosi budaya dan krisis identitas yang justru banyak terjadi pada anak-anak,” kata Görmez. “Universitas, ilmuwan, guru dan intelektual harus memikirkan hal ini,” ia menambahkan
Natal dan Tahun Baru harus dipisahkan dan tidak bisa dilihat sebagai suatu bentuk balas dendam terhadap berakhirnya fenomena waktu,” menurut pernyataan Görmez.
“Saya melihat pesta-pesta massa dan perayaan keduanya mirip dengan bentuk balas dendam orang terkait fenomena waktu,” kata Görmez. “Terutama merayakannya dengan minum minuman keras, berjudi dan mengundi lotere … tidak mungkin Islam menyetujui hal tersebut.”
Sumber : Hurriyet
Post a Comment