Riaz Ahmed Ghohar Sahi dan Fitnahnya Kepada Nabi Isa

Sejujurnya nama Ghohar Sahi adalah sosok kontroversial dalam wacana pemikiran Islam kontemporer. Dilahirkan pada bulan November 1941, pria bernama lengkap Santa Riaz Ahmed Ghohar Shahi ini membonceng sufi ke arah yang menyesatkan. Ia mengklaim dirinya sebagai orang paling mengerti tentang esensi Tuhan, meski ia selalu menolak untuk mengakuinya. Padahal dari perkataan-perkataannya, jelas sekali, Ghohar Shahi mencoba mengkultuskan dirinya sendiri dalam banyak hal.
Sebagai contoh, ia mengaku bahwa wajahnya terlihat di hajar aswad dan bulan. Untuk memastikan itu, ia memfoto gambar bulan dan hajar aswad lantas disandingkan dengan wajahnya. Entah dari mana orang dapat melihat gambar Ghohar yang muncul di bulan, karena Rasulullah saw. sendiri sebagai panutan umat Islam tidak sampai mengklaim bahwa wajahnya terpampang di hajar aswad maupun bulan.


Tidak hanya itu, ia juga mendelegasikan metode pembersihkan qalbu dengan cara yang sangat menyesatkan menjurus aneh, yakni ketika ada Bulan purnama muncul dari timur, kita diminta untuk berkonsentrasi. Kosentrasi pikiran akan membawa kita melihat penjelmaan wajah Gohar Shahi di bulan. Pengikutnya kemudian dianjurkan untuk menyebut nama Allah tiga kali. Pasca itu, konon mereka akan diberkahi dengan limpahan spiritual dahsyat.

Maka itu tak pelak, Ghohar Sahi digadang-gadangkan para muridnya sebagai tokoh yang memiliki kekuatan supranatural, ghaib, sakti, menjurus mukjizat, bahkan Mukjizat yang tidak dimiliki Nabi Muhammad saw. sekalipun.

Pada tahun 2002, misalnya, murid Ghihar, Younus Al Gohar mendirikan Messiah Foundation International. Lembaga inilah yang secara aktif mengkampanyekan bahwa Ghohar Shahi adalah utusan Juru Selamat/Messiah dan Kalki Avatar.

Rupanya, tidak saja Younous yang mengagungkan gurunya, bahkan para murid lainnya mengklaim Ghohar Sahi sebagai jelmaan Imam Mahdi. Tentu ucapan ini sangat menyesatkan, karena Imam Mahdi tidak ada sejarahnya turun di India dan Pakistan.

Rasulullah SAW bersabda, “Akan terjadi perselisihan setelah wafatnya seorang pemimpin, maka keluarlah seorang lelaki dari penduduk Madinah mencari perlindungan ke Mekkah, lalu datanglah kepada lelaki ini beberapa orang dari penduduk Mekkah, lalu mereka membai’at Imam Mahdi secara paksa, maka ia dibai’at di antara Rukun dengan Maqam Ibrahim (di depan Ka’bah). Kemudian diutuslah sepasukan manusia dari penduduk Syam, maka mereka dibenamkan di sebuah daerah bernama Al-Baida yang berada di antara Mekkah dan Madinah.” (HR Abu Dawud 3737)

Adalah sangat tidak masuk akal jika banyak orang mengklaim bahwa Ghohar adalah Imam Mahdi. Sepanjang pengetahuan saya, tidak ada riwayat dalam hadis-hadis Rasulullah bahwa Imam Mahdi adalah orang zalim dengan tega menyatakan bahwa penganut ateis lebih baik daripada orang beragama. “Jika kalian menganut sebuah agama tetapi tanpa Cinta Tuhan, maka mereka yang tidak menganut sebuah agama tetapi memiliki Cinta Tuhan adalah lebih baik,” kata Ghohar.

Tokoh yang mengaku bertemu Yesus tanggal 27 Mei 1997 di New Mexico ini juga menyatakan bahwa tiap manusia memiliki spiritualitas sama tergantung bagaimana ia menyelami makna Tuhan tanpa harus terikat dengan agama. Jadi tidak perlu shalat, yang penting ‘eling’ atau ingat Tuhan.

Mari kita bandingkan dengan Imam Mahdi yang ketika sedang berkonsolidasi di Damaskus (Suriah), dan waktu shalat Shubuh tiba, ia memohon agar Nabi Isa as untuk menjadi imam shalat. Namun Nabi Isa As menolak, lalu mengatakan “Demi Allah, inilah kelebihan ummat Muhammad, sebagian engkau menjadi pemimpin sebagian ummat lainnya. Engkau pemimpin ummat ini, Imam Mahdi, Engkau yang memimpin shalat. Aku menjadi ma’mum. ”

Imam Mahdi tidak pernah berkata kepada Nabi Isa as dan kaum muslimin saat itu, “Kita tidak usah shalat, kita eling (ingat) saja sama Allah.” Dari sini saja kita sudah bisa menidentifikasi kesesatan ajaran Ghohar. Padahal, Allah SWT sendiri berfirman bahwa agama yang diridhai di sisiNya hanyalah Islam.

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya “(Ali Imran:19)

Ghohar Dan New Age

Saya melihat Ghohar Shahi mengajarkan banyak sekali ajaran mistik yang sudah masuk dalam kategori nawaqidhul Iman (pembatal keimanan). Ajaran sinkretis khas kabbalah pada umumnya di mana mereka hanya memandang agama sebagai substansi tanpa syariat. Konteks ini di abad 20 kita kenal sebagai ajaran 

New Age Movement.

New Age adalah agama baru Barat yang beberapa praktiknya terpampang pada konsep Spiritual Quotient, Emotional Quotient atau memadukannya dengan istilah Emotional Spiritual Quotient. Mereka bicara Islam, tapi sekedar substansi. Jangan harap kita temukan bab al wala wa bara, al hakimiyyah, nawaqidhul Islam, bab akhir zaman, dan lain sebagainya. Padahal selain sebuah makna, Islam adalah agama yang memberikan konsep dan jalannya tersendiri.

Dalam Manhaj Tafkir Islami (Metodologi Berfikir Islam), bahwa setiap amal perbuatan yang baik, betapapun besar nilainya, ia harus memenuhi syarat dan rukunnya. Syarat sendiri ialah sesuatu yang menjadikan suatu perbuatan/amal itu sah, tapi ia (sayarat) itu bukan bagian dari perbuatan tersebut. Wudhuk misalnya, ia bukan bagian dari shalat, akan tetapi tanpa wudhuk, shalat tidak akan sah. Adapun rukun ialah, tanpa ia suatu perbuatan itu tidak sah, sedangkan rukun itu bagian dari perbuatan itu sendirinya. Rukuk misalnya, ia adalah rukun shalat dan sekaligus rukuk itu bagian dari shalat itu sendiri. Maka Rasulullah saw. pernah bersabda,
“Amal perbuatan yang tidak ada dasarnya dari kami, maka amal tersebut ditolak” (HR. Muslim)
“Siapa yang melakukan suatu perbuatan yang tidak ada dasarnya dari kami, maka amal tersebut ditolak” (HR. Muslim)

Jadi jelas, bahwa Islam bukanlah agama yang sekedar mengedepankan substansi, tapi Islam juga memberikan cara bagaimana mewujudkan jalan agar kita dekat kepada Allah. Sebab jika kita hanya terjebak pada istilah substansi, kita tidak bisa membedakan lagi mana Islam, Yahudi, Kristen, Syiah, Darmogandul, Salamullah, Ahmadiyah, Syiah dan lain sebagainya.

Karena jika bicara substansi, para aliran sesat juga mengklaim berbicara tentang spiritualitas. Maka itu Sayyid Quthb dalam Ma’alim Fiththariqh-nya berkata,“Kita tidak akan mampu sampai pada konsepsi rabbani dan juga mencapai kehidupan rabbani, kecuali dengan cara menempuh manhaj pemikiran yang rabbani.” Allahua’lam.

Tidak ada komentar