Yahudi Dalam Percaturan Dunia
Dalam pertemuan kali ini, kita mencoba untuk memaparkan perkara yang
termasuk penting bagi penyadaran ummat ini, berkenaan dengan apa yang
menjadi musuh Allah dan Rasulullah ;
supaya kita bisa menjaga diri dan berhati-hati, dan pada akhirnya adalah
agar kita selamat. Karena kaum Muslimin terkadang lalai (lengah),
seperti mereka itu tidak merasakan sesuatu, padahal bisa jadi mereka
telah menjadi korban, yang dapat membahayakan dirinya di dunia dan di
Hari Akhir. Oleh karena itu, hendaknya kita waspada. Satu sama lain
saling mengingatkan dan saling bergandeng-tangan menuju cinta dan ridho
Allah.
Dengan demikian, judul bahasan kali ini adalah “Yahudi Dalam Percaturan Dunia”. Namun demikian, judul ini insya Allah tidak akan keluar dari koridor Syar’ie, dan bukanlah sekedar berupa wawasan saja.
Seperti halnya orang yang bermain catur, maka dalam permainan itu ada
maju, mundur, langkah ke samping kiri atau ke samping kanan. Ada yang
menjadi raja, ada yang menjadi tentara (pion), ada yang menjadi benteng,
ada perdana mentri-nya dan seterusnya. Dan kenyataan yang ada di dunia
ini adalah kita (kaum Muslimin) dipermainkan antara lain oleh Yahudi.
Kita mendengar berita setiap hari, khususnya orang-orang Palestina
dimana negara mereka dicaplok oleh Zionis Israel. Dan dimana orang-orang
Palestina setiap saat, mulai dari bayi-bayi, remaja, laki-laki ataupun
perempuan, dewasa ataupun orang-orang lanjut usia, setiap hari mereka
menjerit. Hanya saja kita tidak mendengar. Bahkan darah mereka tertumpah
semau Zionis Israel. Itu terjadi setiap hari, dan setiap hari
berjatuhan korban.
Saat ini kita mengatakan “Itu kan terjadi di sana (Palestina)”, tetapi wahai kaum Muslimin, tidak sedikit dari kalangan kita yang mengatakan bahwa “Bisa saja kejadian seperti mereka itu akan terjadi di negeri kita Indonesia; atau sedang dalam proses menuju ke negeri kita”. Mengapa kita tidak berwaspada?
Sudah disebutkan dalam Al Qur’an Surat Al Baqoroh (2) ayat 120 dan 217.
Bila kita pahami ayat-ayat tersebut, maka kita akan tahu berita dari
Allah kepada kita tentang perilaku Yahudi itu.
Perhatikanlah firman Allah dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 120 berikut ini:
Artinya:وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya
jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu,
maka Allooh tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”
Jadi yang menjadi target mereka adalah: Bagaimana kita mengikuti
(mengekor) mereka. Kalaupun kita tidak pindah ke agama mereka, tetapi
yang penting adalah agar kita mengikuti mereka. Dalam ayat tersebut
ada ancaman Allah , bahwa siapa yang tetap mengikuti hawa
nafsu mereka (Yahudi dan Nashrani), maka ia tidak berhak mendapatkan
perlindungan dan pertolongan dari Allah.
Itulah berita dari Allah, dan ayat tersebut sering
diulang-ulang dalam Al Qur’an. Tetapi bukan seringnya diulang, melainkan
marilah kita aplikasikan apa bentuk konkritnya dari kita mengerti dan
memahami seringnya diulang ayat tersebut. Bukan saja sekedar kuantitas,
tetapi juga secara kualitas.
Kemudian perhatikanlah firman Allah dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 217 berikut ini:
Artinya :يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَن سَبِيلِ اللّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِندَ اللّهِ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ وَلاَ يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىَ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُواْ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُوْلَـئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi
(manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk)
Masjidi Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar
(dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka
tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan
kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.
Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati
dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan
di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Itulah Yahudi dan Nashrani, mereka tidak pernah akan berhenti sampai
Hari Kiamat, selama hayat masih dikandung badan, maka mereka tidak
pernah berhenti memerangi kita ummat Islam. Dan barang siapa yang murtad
karena pengaruh mereka, maka gugurlah amalannya di dunia dan di Hari
Akhirat nanti, serta akan menjadi penghuni neraka selamanya. Na’uudzu billaahi min dzaalik.
Hendaknya kita punya rasa takut dengan ancaman Allah
tersebut. Ayat itu memberikan pemahaman kepada kita (ummat Islam) bahwa
kita ini semestinya dan harusnya sadar bahwa di sekeliling kita ini
banyak tantangan. Jangan terlena, karena target mereka (Yahudi dan
Nashrani) itu adalah agar : Ummat Islam musnah atau menjadi kaafir!
Untuk istiqomah tidaklah mudah, maka dipilihnya tema kajian ini adalah karena adanya 3 alasan yang menjadi latar belakang, yakn i:
1. Agar kita (Ummat Islam) berhati-hati dan waspada. Yang kewaspadaan itu telah disinyalir oleh Allah (seperti dalam surat Al Baqoroh (2) ayat 120 di atas), berkenaan dengan Yahudi dan Nashrani.
2. Kita harus selalu ingat (sadar) bahwa mereka (Yahudi dan Nashrani) selalu mengintai kita. Sehingga membahas tentang masalah ini adalah merupakan upaya agar kita bisa istiqomah.
Di dalam do’a yang diriwayatkan oleh Imaam At Turmudzy dalam Sunan-nya no: 2140 dan dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany, dari Shohabat Anas bin Maalik رضي الله عنه, beliau berkata bahwa adalah Rasulullah memperbanyak do’a berikut ini:
يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
“Ya muqollibal quluub, tsabbit qolbi ‘alaa diinik”
(Wahai Yang membolak-balikkan hati, teguhkan dan tetapkanlah hatiku diatas dien-Mu),
Maka, cara agar kita teguh adalah dengan selalu ingat, sadar dan
waspada bahwa mereka (Yahudi dan Nashrani) selalu mengintai kita.
3. Upaya mengetahui kejelekan (kejahatan) Yahudi ataupun Nashrani ini, adalah agar kita bisa menyikapinya.
Hendaknya kita mengambil pelajaran dari perkataan Shohabat Hudzaifah
Ibnul Yaman dalam suatu Hadits yang panjang, sebagaimana
diriwayatkan oleh Imaam Al Bukhoory no: 3606 berikut ini:
Artinya:عن حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ يَقُولُ كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا فَقَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ
Dari Hudzaifah bin Al Yamaan berkata, “ Orang-orang bertanya pada Rasuulullah tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya tentang kejahatan, karena takut hal itu menimpaku.”
Maka aku katakan, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya dulu kita berada dalam kejahiliyahan (kebodohan) dan kejahatan, lalu Allooh datangkan pada kami kebaikan (islam ) ini, maka apakah setelah kebaikan ini akan datang kejahatan?”
Beliau menjawab, “Ya.”
Aku bertanya lagi, “Apakah setelah kejahatan itu akan muncul lagi kebaikan?”
Beliau menjawab, “Ya. Tetapi di dalamnya terdapat noda.”
Aku bertanya lagi, “Noda apakah itu?”
Beliau menjawab, “Yaitu suatu kaum yang berpedoman bukan dengan pedomanku. Kamu tahu dari mereka dan kamu ingkari.”
Aku bertanya lagi, “Lalu apakah setelah kebaikan itu akan muncul lagi kejahatan?”
Beliau menjawab, “Ya. Yaitu para da’i (penyeru) kepada pintu-pintu jahannam. Maka barangsiapa yang memenuhi panggilan mereka, niscaya mereka akan mencampakkannya pada jahannam itu.”
Aku bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, gambarkanlah kepada kami tentang mereka.”
Lalu beliau menjawab, “Mereka adalah dari kalangan kita. Berkata dengan bahasa kita.”
Aku bertanya, “Apa yang kau perintahkan padaku, jika hal itu menimpaku?”
Beliau menjawab, “Berpegang teguhlah dengan jama’ah muslimin, dan Imaam mereka (kelompok yang berpegang teguh dengan Al Haq).”
Aku bertanya, “Jika mereka tidak punya jama’ah dan tidak punya Imaam?”
Beliau menjawab, “Maka tinggalkan semua golongan itu, walaupun kamu harus menggigit akar pohon sampai kamu mati, sedangkan kamu berada dalam keadaan demikian.”
Oleh karena itu, upaya kita mempelajari tentang kejahatan Yahudi
ataupun Nashroni, dimana mereka itu berperan dalam percaturan dunia di
zaman sekarang ini adalah agar kita berhati-hati. Jangan-jangan bidikan
mereka itu ditujukan kepada kaum Muslimin, antara lain kita kaum
Muslimin di Indonesia ini. Jangan sampai kita lengah dan menjadi sasaran
mereka.
Sebagai Muqoddimah, dengan ini disampaikan bahwa:
1. Pemilihan itu adalah Hak Allah.
Siapa yang dipilih menjadi Rosuul atau tidak menjadi Rosuul, itu adalah Hak Allah. Kenapa Muhammad yang dipilih menjadi Rosuul terakhir, dan bukan dari kalangan Bani Isro’il, itu adalah Hak Prerogatif Allah. Bukan kehendak manusia dan bukan hak manusia!
Sementara itu, Yahudi sangatlah dengki (iri) terhadap hal ini, sehingga bahkan di Internet ada program Anti Arabisasi.
Padahal semua orang tahu bahwa Nabi Muhammad adalah orang Arab (suku Quraisy) dan Al Qur’an adalah berbahasa Arab. Demikian pula, penjelasan tentang Al Qur’an dan As Sunnah pun adalah dengan berbahasa Arab.
Sehingga ketika dikatakan “Arab”, maka yang dimaksud adalah Islam. Dan program Anti Arabisasi itu yang dimaksud adalah program Anti Islam. Oleh karena itu, hendaknya kita mulai sadar akan hal ini, jangan mudah termakan oleh propaganda musuh-musuh Allah.
Dalil bahwa Pemilihan Rosuul itu adalah Hak Allah, adalah sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al Hajj (22) ayat 75 :
Artinya:اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلاً وَمِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
“Allah memilih utusan-utusan (Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Jadi, Rosuul adalah dipilih oleh Allah. Lalu kita
mengetahui tentang adanya Malaikat Jibril, Mikail, Isrofil,
Malakul-maut, Munkar-Nakir; maka itu semua adalah Allah yang memilihnya. Kita tidak boleh membantah.
Selanjutnya dari kalangan manusia, maka Allah itu memilih Nabi Adamعليه السلام untuk menjadi manusia yang pertama. Lalu nabi-nabi dan rasul dipilih dari kalangan Bani Isro’il ataupun dari kalangan Arab; maka itu semua adalah karena Allah yang memilihnya.
Tentang ayat tersebut di atas (Surat Al Hajj (22) ayat 75), maka para ‘Ulama Ahlus Sunnah menjelaskannya sebagai berikut :
Imaam Ibnu Katsiir mengatakan bahwa : “Allah memberitahukan bahwa Allah memilih dari kalangan malaikat, utusan-utusan, sesuai dengan apa yang Allah kehendaki. Dan kehendak itu adalah sesuai dengan kekuasaan Allah . Juga dari kalangan manusia, maka Allah memilih untuk menyampaikan risalah-Nya.
‘Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat’, maksudnya adalah bahwa Allah itu
Maha Mendengar atas perkataan hamba-Nya. Maha Melihat terhadap mereka,
dan Maha Mengetahui siapa yang berhak untuk dipilih-Nya dari kalangan
mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa yang berhak menjadi Rasul atau pemegang risalah, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al An‘aam (6) ayat 124.”
Perhatikanlah firman Allah dalam QS. Al An’aam (6) ayat 124 tersebut:
Artinya:وَإِذَا جَاءتْهُمْ آيَةٌ قَالُواْ لَن نُّؤْمِنَ حَتَّى نُؤْتَى مِثْلَ مَا أُوتِيَ رُسُلُ اللّهِ اللّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُواْ صَغَارٌ عِندَ اللّهِ وَعَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا كَانُواْ يَمْكُرُونَ
“Apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka
berkata: “Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang
serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah“. Allah lebih mengetahui dimana Dia menempatkan tugas kerosuulan.
Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah
dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya.”
Kemudian, Al Imaam Al Baghowy mengatakan bahwa: “Allah memilih utusan-utusan-Nya dari Malaikat. Dan dari kalangan manusia, Allah memilih para Nabi dan Rasul, misalnya : Nabi Ibrahim , Nabi Musa, Nabi ‘Isa dan Nabi Muhammad dan para nabi lainnya, yang Allah turunkan kepada mereka; dan itu adalah ditengah-tengah orang-orang musyrikin. Maka Allah memberitahukan bahwa pemilihan itu adalah atas kehendak-Nya terhadap makhluk-Nya. Dan Allah Maha Mendengar perkataan mereka dan Mengetahui apa yang Allah pilih dari Rasul-Nya.”
Syaikh ‘Abdurrohmaan As Sa’di mengatakan bahwa: “Ketika Allah menjelaskan kesempurnaan-Nya dan lemahnya berhala, dan bahwa yang berhak diibadahi hanyalah Allah ; maka berikutnya Allah menjelaskan
keadaan Rasul dan perbedaan para Rasul itu dengan makhluk lainnya.
Yang membedakan mereka para Rasul itu adalah keutamaan mereka.
Allah memilih
diantara Malaikat dan manusia sebagai utusan-utusan, agar mereka menjadi
yang terbersih diantara manusia dan diantara malaikat. Termasuk bahwa
mereka itu adalah yang mengandung sifat-sifat yang sangat terpuji dan
berhak untuk dijadikan pilihan Allah. Maka para Rasul itu tidak bisa menjadi Rasul, kecuali karena mereka itu menjadi makhluk pilihan Allah secara mutlak.
Artinya:وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Dan Rabb-mu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka*. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia).”
*] Bila Allah telah menentukan sesuatu, maka manusia
tidak dapat memilih yang lain lagi dan harus mentaati dan menerima apa
yang telah ditetapkan oleh Allah.
Selanjutnya, nanti akan kita lihat bahwa mereka (Yahudi) itu, bukan
saja mengatur manusia, tetapi bahkan para Nabi dan Rosuul-pun hendak
mereka atur. Bahkan Allah pun hendak diperintah oleh
mereka. Maka ummat yang congkak adalah Yahudi, sebagaimana hal ini telah diberitakan oleh Allah, yang dalil-dalilnya insya Allah akan kita bahas berikutnya.
Syaikh ‘Abdurrohmaan As Sa’di mengatakan bahwa : “Merupakan kehendak Allah lah misalnya bahwa Allah memilih
makhluk-Nya di darat. Kenapa si Fulan dipilih atau tidak dipilih.
Perkara tertentu, waktu dan tempat tertentu; semuanya itu adalah Hak
Prerogatif Allah.”
Dalam kajian kita tahun yang lalu, pernah kita bahas sedikit tentang
Yahudi dan bagaimana menyikapinya. Namun kali ini, coba kita pertajam
bahasan kita, termasuk antara lain yang hendaknya kita sadari adalah
bahwa Handphone (HP) kita bisa menjadi “panah” (sarana) bagi kaum Yahudi untuk menjauhkan kaum Muslimin dari Allah. Bahkan permainan anak-anak kita yang “kecanduan”
dengan teknologi dan hampir kita semua yang punya anak bisa merasakan
hal ini maka hendaknya kita waspada. Bayangkan saja, hampir semua
anak sekarang punya HP. Bila seorang anak diberi HP yang sedikit
canggih, maka anak itu akan bisa chatting, SMS, atau internet-an atau facebook-an kemana-mana; dimana hal tersebut merupakan sarana yang sangat empuk untuk berma’shiyat pada Allah, sementara basic (modal) aqidah dan dien anak-anak itu sangat-sangat lemah. Lalu menghadapi sekian banyak tantangan (ma’shiyat zina, musik dsbnya), maka jangankan si anak, bahkan orangtuanya pun ikut terjerumus. Na’uudzu billaahi min dzaalik.
2. Pokok-Pokok Kerusakan Bersumber dari Yahudi
Perhatikanlah firman Allah dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 109 ini:
Artinya:وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّاراً حَسَداً مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ فَاعْفُواْ وَاصْفَحُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka
dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena
dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka
kebenaran. Maka ma`afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya*. Sesungguhnya Allooh Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
*] Maksudnya: Izin dari Allah untuk memerangi dan mengusir orang Yahudi
Jadi, kebanyakan Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani) sangat senang
(suka) seandainya hari ini atau besok atau lusa mereka dapat memurtadkan
kaum Muslimin, setelah kaum Muslimin itu beriman maka kembali menjadi
kafir.
Mengapa? Hal ini adalah karena kedengkian dan rasa iri dalam jiwa mereka (Yahudi dan Nashraani) setelah jelas pada mereka itu “Kebenaran”. Yang dimaksud “Kebenaran” disini adalah diutusnya Nabi Muhammad. Padahal tentang hal ini telah ada dalam Kitab Taurat dan Injil mereka. Jadi tentang Al Islam telah diberitakan dalam Kitab Taurat dan Injil.
Mereka, Yahudi dan Nashroni sangat mengenal Nabi Muhammad, seolah-olah seperti mereka mengenal anak mereka sendiri. Hal ini telah diberitakan oleh Allah dalam Al Qur’an, yakni dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 146 berikut ini:
Artinya:الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءهُمْ وَإِنَّ فَرِيقاً مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al
Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal
anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka
menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.”
Jadi mereka (Yahudi dan Nashrani) itu sangat tahu siapa Nabi Muhammad dan apa itu Islam. Tetapi ternyata setelah Nabi
Muhammad muncul, mereka malah tidak mau meyakininya.
Pertama, karena hati mereka (Yahudi dan Nashroni) diliputi oleh rasa iri dan dengki. Atas rasa iri dan dengki itu mereka lalu menyatakan : “Mengapa Nabi Muhammad berasal dari orang Arab? Mengapa tidak dari kalangan Bani Isro’il?”
“Bukankah selama ini yang menjadi Nabi selalu berasal dari kalangan Bani Isro’il?”
Hal itulah yang menyebabkan mereka hasad (dengki dan iri). Oleh karena itu, hendaknya kita kaum Muslimin jangan sampai punya jiwa hasad (dengki), karena hasad adalah penyakit orang Yahudi.
Kedua, karena mereka (Yahudi) mengikuti hawa nafsu. Banyaknya kerusakan di muka bumi ini adalah karena mereka mengikuti hawa nafsu.
Seperti disebutkan dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 120 diatas: “Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan (hawa nafsu) mereka.”, berarti mereka (Yahudi) tidak berpegang teguh pada Taurat, tetapi pada hawa nafsunya. Sebab
jikalau mereka berpegang teguh pada Wahyu (Kitab Taurat), maka mereka
adalah sama dengan kita (kaum Muslimin) karena sesungguhnya adalah
bersaudara; yaitu pada masa Nabi ‘Isa mereka (Yahudi)
semestinya menjadi Nashroni dan lalu pada masa Nabi Muhammad, mereka seharusnya menjadi Islam. Kalau memang mereka itu mau
mengikuti kebenaran.
Tetapi karena mereka (Yahudi) mengikuti hawa nafsu, maka
kedengkianlah yang terjadi. Juga pembangkangan dan permusuhan pun
terjadi. Pada akhirnya darah pun tertumpah dimana-mana akibat hal
tersebut.
Ketiga, karena Tahriif. Orang Yahudi dan Nashrani suka men-Tahriif, yaitu mengubah, menganulir ayat-ayat dari Kitab mereka yakni Taurat dan Injil, agar sesuai dengan selera dan hawa nafsu mereka.
Hal ini adalah sebagaimana disebutkan didalam QS. An Nisaa’ (4) ayat 46, dimana Allooh سبحانه وتعالى berfirman:
Artinya:مِّنَ الَّذِينَ هَادُواْ يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَا لَيّاً بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْناً فِي الدِّينِ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُواْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانظُرْنَا لَكَانَ خَيْراً لَّهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَكِن لَّعَنَهُمُ اللّهُ بِكُفْرِهِمْ فَلاَ يُؤْمِنُونَ إِلاَّ قَلِيلاً
“Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya*. Mereka berkata: “Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau menurutinya**. Dan (mereka mengatakan pula): “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa***. Dan (mereka mengatakan): “Raa`ina”****, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: “Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allooh mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.”
*] Maksudnya: Mengubah arti kata-kata, tempat ataupun menambah dan mengurangi.
**] Maksudnya: Mereka mengatakan “Kami mendengar”, tetapi sesungguhnya hati mereka mengatakan “Kami tidak mau menuruti.”
***] Maksudnya: Mereka mengatakan “Dengarlah”, tetapi sesungguhnya hati mereka mengatakan “Mudah-mudahan kamu tidak dapat mendengarkan (tuli).”
****] “Raa’ina” berarti: “Sudilah kiranya kamu memperhatikan kami”. Dikala para Shohabat Rasulullah menghadapkan kata ini kepada Rasulullah , maka orang Yahudi pun memakai kata ini dengan digumamkan seakan-akan menyebut kata “Raa’ina”, padahal yang mereka katakan saat itu adalah “Ru’uunah” yang berarti “Kebodohan yang sangat”, sebagai ejekan kepada Rasulullah. Itulah sebabnya Allah menyuruh supaya Shohabat-Shohabat Rasulullah menukar perkataan “Raa’ina” dengan “Unzhurna” yang artinya adalah sama dengan “Raa’ina” tersebut.
Jadi, firman Allah ditukar-tukar oleh Yahudi. Sebagai contohnya, terdapat dalam Kitab Perjanjian Lama (Taurat), bahwa Nabi Ya’qub menurut mereka (Yahudi) adalah tukang tipu (penipu), karena berusaha merebut warisan dari Nabi Ishaq, dan seterusnya. Bayangkan, Nabi Ya’qub , hamba Allah yang shoolih dituduh dengan cara yang keji seperti itu oleh Yahudi.
Belum lagi tuduhan yang keji dari Yahudi terhadap para Nabi, hamba Allah yang shoolih, seperti Nabi Musa dan Nabi Sulaiman, yang disebutkan oleh mereka (Yahudi) sebagai tukang sihir.
Itulah yang disebut men-Tahriif (mengubah, mengganti dan menukar). Apa yang benar menjadi tidak benar dan menjadi rusak.
Selanjutnya, Syaikh ‘Abdurrohmaan As Sa’di mengatakan: “Siapakah Yahudi itu? Yahudi adalah para ‘Ulama yang sesat dari kalangan mereka; dimana mereka itu bisa mengubah lafadz ayat Kitabnya dan mengubah maknanya, atau bahkan mengubah kedua-duanya.”
Hal ini dikarenakan mereka (Yahudi) adalah tukang makar (tukang tipu), sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Aali ‘Imroon (3) ayat 54:
وَمَكَرُواْ وَمَكَرَ اللّهُ وَاللّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Artinya:
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allooh membalas tipu daya mereka itu. Dan Allooh sebaik-baik pembalas tipu daya.”
Haruslah dipahami bahwa makar Allah itu bukan berarti
bahwa Allah itu jahat. Tetapi untuk menghadapi suatu
kejahatan, maka Allah itu Maha Mampu dan Maha Bisa
mengalahkan kejahatan tersebut. Dan itu justru menunjukkan keperkasaan
Allah. Jadi walaupun orang-orang kafir (Yahudi maupun
Nashroni) bermakar (menipu) untuk memalingkan manusia dari Kebenaran,
namun Allah Maha Perkasa untuk mengatasi makar-makar
mereka.
Perhatikanlah firman Allah dalam QS. At Taubah (9) ayat 32:
Artinya:يُرِيدُونَ أَن يُطْفِؤُواْ نُورَ اللّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللّهُ إِلاَّ أَن يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (dien) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.”
Sesudah Rasulullah meninggal, maka yang
tertinggal adalah Islam-nya. Dan supaya Islam menjadi padam, maka yang
dirusak oleh mereka (Yahudi maupun Nashroni) adalah para pengikut
Islamnya (yakni ummat Islam). Karena yang membawa mata rantai Islam
sampai hari Kiamat adalah ummat Islam. Oleh karena itu, mereka (Yahudi
maupun Nashroni) selalu berusaha menghancurkan ummat Islam, sehingga
dengan demikian akan musnahlah Islamnya.
QS. At Taubah (9) ayat 32 tersebut merupakan
strategi dari musuh-musuh Allah yang sudah diberitakan
dan diaba-abakan oleh Allah, yakni upaya mereka (Yahudi
maupun Nashrani) untuk menjauhkan kaum Muslimin dari Islam. Buatlah
orang Islam membenci Islam; maka dengan demikian Cahaya Allah akan padam. Maka hendaknya kita kaum Muslimin waspada.
Keempat, mereka (Yahudi) adalah sumber kerusakan, karena memang sudah diberitakan oleh Allah bahwa mereka itu perusak.
Perhatikanlah firman Allah dalam QS. Al Isroo’ (17) ayat 4 :
Artinya:وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوّاً كَبِيراً
“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Isroil dalam kitab
itu: ‘Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua
kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang
besar’.”
Syaikh ‘Abdurrohmaan As Sa’di menjelaskan tentang ayat diatas bahwa : “Allah sudah memberitahukan kepada mereka dalam Kitab mereka, bahwa pasti terjadi dari mereka
(Yahudi) itu melakukan kerusakan dua kali, yakni dengan ma’shiyat dan
dengan kesombongan. Yaitu sombong terhadap nikmat Allah, dengan mereka merasa sebagai makhluk paling tinggi di muka bumi ini.”
Demikianlah, jadi Allah telah memberitahu kepada kita
kaum Muslimin bahwa orang-orang Yahudi itu akan membuat kerusakan di
muka bumi. Maka wahai kaum Muslimin, janganlah kalian lengah dan lalai
terhadap hal ini dan jangan mudah termakan oleh propaganda musuh-musuh
Allah.
Dewasa ini, telah terdapat data-data bahwa Yahudi
memprediksikan tahun 2012 ini akan terjadi huru-hara. Mereka telah
memiliki rencana (skenario) bahwa manusia akan dimusnahkan, dan
tinggallah mereka saja yang ada di muka bumi ini. Sehingga dari penduduk
bumi yang kira-kira berjumlah 6-7 milyar orang, akan tersisa sekitar
500 juta orang saja dari kalangan mereka (sebagaimana hal ini tertera
dalam Monumen Georgia Stone).
Monumen Georgia Stone tersebut berisi 10 aturan dalam “New World Order”. Dalam baris pertama yakni: “1. Maintain humanity under 500,000,000 in perpetual balance with nature.” yang artinya 93% ras manusia harus dimusnahkan!
Bahkan mereka (orang-orang Yahudi itu) telah mempersiapkan
bangunan kokoh sebagai tempat persembunyian mereka di bawah tanah untuk
bertahan selama 60 bulan (sekitar 5 tahun) persediaan makanan, pada saat
huru-hara tersebut terjadi.
Kalau misalnya saja sampai hal itu terjadi, maka itulah bukti bahwa
Allah Maha Benar yang telah memperingatkan kita kaum
Muslimin, bahwa pekerjaan Yahudi itu adalah merusak diatas muka bumi.
Hanya saja kebanyakan kita kaum Muslimin tidak (belum) sadar, serta
tidak waspada. Oleh karena itu segeralah kita bertaubat kepada Allah, karena tidak bersegera untuk istiqomah (lurus)
di jalan Allah. Padahal kalau terjadi pembangkangan,
terjadi kemunkaran, semestinya kita kaum Muslimin harus tetap istiqomah di jalan Allah, sehingga mudah-mudahan kelak kita mati dalam keadaan yang husnul khootimah.
Orang-orang Yahudi itu juga sedemikian radikalnya, sehingga nabi-nabi mereka sendiri pun, mereka bunuh. Bayangkan, nabi-nabi mereka bunuhi. Banyak ayat-ayat Al Qur’an yang memberitakan tentang pembunuhan para Nabi oleh orang-orang Yahudi, antara lain adalah sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 61:
Artinya:وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَن نَّصْبِرَ عَلَىَ طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنبِتُ الأَرْضُ مِن بَقْلِهَا وَقِثَّآئِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُواْ مِصْراً فَإِنَّ لَكُم مَّا سَأَلْتُمْ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَآؤُوْاْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُواْ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَلِكَ بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ
“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak bisa
sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah
untuk kami kepada Rabb-mu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang
ditumbuhkan bumi, yaitu: sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya,
kacang adasnya dan bawang merahnya”. Musa berkata: “Maukah kamu
mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?
Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta”.
Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta
mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka
selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang
tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat
durhaka dan melampaui batas.”
Terlihat dengan jelas bagaimana perilaku orang-orang Yahudi tersebut
terhadap Nabi mereka. Mereka (Yahudi) bahkan berani-beraninya “menyuruh”
Nabi Musa. Padahal seharusnyalah kalau mereka itu orang
yang beradab, tentunya tidaklah layak menyuruh kepada Nabi-nya; tetapi
seharusnyalah mereka mengatakan: “Mari kita bersama-sama memohon kepada Allah, dan seterusnya. Jadi bukan dengan menyuruh kepada Nabi Musa, sebagaimana yang mereka lakukan.
Dalam ayat tersebut diberitakan bahwa mereka (Yahudi) itu dijadikan
nista dan hina oleh Allah, serta kemurkaan Allah tertimpa atas mereka; itu adalah karena mereka (Yahudi) kafir,
selalu mengingkari ayat-ayat Allah, dan membunuh
nabi-nabi mereka, serta berma’shiyat yang melampaui batas.
Selanjutnya dalam kesempatan lain, insya Allah akan kami sampaikan tentang perkara Kitab Talmud, yakni kitab yang mereka bikin atau karang sendiri, yang isinya sangatlah keji. Sejak tahun 1965 Kitab Talmud yang terdiri tidak kurang dari 24 jilid
tersebut diterjemahkan dan barulah selesai penterjemahannya kedalam
bahasa Ibrani, bahasa Inggris, lalu kedalam bahasa Indonesia beberapa
tahun terakhir ini.
Maka perlu kaum Muslimin sadari, bahwa apabila tabiat Yahudi adalah
seperti yang Allah beritakan, dan kalau Kitab karangan
mereka sudah tersebar ke seluruh penjuru dunia, maka tentu “virus” kerusakannya pun juga akan menyebar. Dan itu akan menjadi bahaya bagi kita kaum Muslimin.
Dengan demikian, sudah semestinya kita kaum Muslimin memiliki sikap,
sekalipun huru-hara yang mereka rencanakan itu belum terjadi, namun
seharusnya kita sudah mulai berfikir. Karena orang-orang Yahudi secara
rahasia, sejak abad ke-18 (tahun 1700-an), sudah menjalankan rapat-rapat
rahasia yang dihadiri oleh berbagai negara, dimana mereka bersepakat
untuk menghancurkan dunia. Maka hendaknya kita harus waspada, karena
bisa saja kita menjadi korbannya, tanpa kita sadari.
Sekian bahasan kita kali ini sebagai Muqoddimah, mudah-mudahan pada kesempatan yang akan datang, insya Allooh
akan kita bahas tentang Silsilah dari mulai Nabi Ibrohim
sampai kepada Nabi Sulaiman dan Nabi Daawud.
Karena sejak dari situlah ternyata Yahudi ber-makar dengan berbagai
caranya di dunia ini.
TANYA JAWAB
Pertanyaan:
Sebagai saran saja, bahwa dari analisa sosial yang ada dalam
masyarakat Islam sekarang di Indonesia, maka ketidak pedulian atau
sangat sedikitnya kewaspadaan mereka kaum Muslimin terhadap ancaman
Yahudi seperti disebutkan diatas, barangkali disebabkan antara lain :
1. Pemahaman atas surat Al Faatihah (1) ayat 7, terutama kalimat Maghdhuubi (المَغضُوبِ) dan Adh Dhoolin (الضَّالِّينَ) adalah kurang dipahami oleh kaum Muslimin, terutama di Indonesia.
Artinyan :صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
2. Sejarah keberagamaan sejak Nabi Adam sampai sekarang tidak tuntas disampaikan.
3. Maka bila pada pertemuan yang akan datang, insya Allah
akan dipaparkan bagaimana kondisi beragama dari zaman Nabi Ibrahim sampai periode Nabi Musa, lalu sampai kepada periode
Nabi ‘Isa, dan pada akhirnya sampai kepada periode Nabi
Muhammad; maka kami akan sangat berterima kasih.
4. Dan juga pasca periode Nabi Muhammad, kita
hanya mempelajari Islam sejak periode Nabi Muhammad
sampai sekarang saja. Sementara, bagaimana perkembangan Yahudi,
bagaimana peran Samiri, bagaimana pengubahan Kitab Taurat menjadi
beberapa kitab di kalangan Yahudi maka hal itu tidak pernah kita
pelajari atau tidak pernah disampaikan oleh para Ustadz.
5. Rupanya ada semacam ke-tabu-an di kalangan para penceramah
(Ustadz) untuk menyampaikan ke-Tauhid-an Nabi Musa, Nabi
Daawud, Nabi Sulaiman serta Nabi ‘Isa; yang sampai sekarang masih tersurat di Kitab Injil.
Itulah kiranya yang perlu kita dalami, dan kami sangat berharap,
karena hal tersebut sangatlah mendasar, sehingga kita kaum Muslimin
menjadi tahu (paham) bahwa apa yang dijelaskan diatas, ketika ada Konsili terakhir Yahudi di tahun 1935, Samuel Pieter salah seorang dedengkot Yahudi dari Jerman mengatakan: “Orang Islam itu tidak perlu sampai di-murtadkan, cukup mereka itu dijauhkan dari agamanya (Islam) maka itu sudah bagus.”
Perlu juga dibuat label-label, dan kemungkinan kalau kita bicarakan
hal ini, maka akan terjadi kontra diantara ummat Islam sendiri, dimana
kalau kita mau jujur, maka ternyata banyak sekali dana-dana Yahudi yang
disalurkan kepada organisasi Islam di Indonesia. Ini kita harus
berhati-hati. Dan kita harus berani mengatakan bahwa Lembaga A,
organisasi B adalah antek-antek Yahudi. Pemusik ini, penyanyi itu,
mereka itu adalah pecinta Yahudi dan seterusnya. Hal itu perlu
disampaikan kepada ummat Islam di Indonesia.
Jawaban:
Terimakasih, usulan dan komentar tersebut bisa dijadikan masukan bagi
kami untuk bahasan yang akan datang. Memang benar, kita ummat Islam di
Indonesia dalam mengkaji dienul Islam sangatlah terbatas. Sejak kecil
kita belajar dienul Islam sepekan paling lama 2 jam. Kalau seorang anak
tidak disekolahkan di Pesantren atau Madrasah; maka paling hanya sekitar
2 jam saja ia itu belajar Islam dalam sepekannya. Artinya, porsi untuk
mendasari seseorang dengan dienul Islam, sangatlah kurang di Indonesia
ini. Maka sejak dahulu di masyarakat kita, yang diketahuinya itu
hanyalah perkara sholat, shoum, zakat, haji (itupun juga belum maksimal sesuai tuntunan Rasulullah), sesudah itu maka selesai. Sehingga berbagai
perkara seperti hukum Rajam, hukum potong tangan, hukum kepemerintahan
didalam Islam, dan berbagai hukum lainnya itu sangat jarang bahkan
hampir-hampir tidak pernah dibahas oleh kaum Muslimin di negara kita.
Hal ini adalah karena porsi belajar Islam bagi kita kaum Muslimin di
Indonesia itu sangatlah kurang (minim). Sehingga pada hakekatnya, ummat
Islam di Indonesia ini seperti “kurang gizi” dalam perkara dien (agama).
Pertanyaan:
Menurut informasi agama, katanya Nabi Daud beristrikan
99 orang. Sementara Nabi Sulaiman beristrikan tidak kurang
dari 350 orang. Kalau itu benar, apakah ketika zaman itu terlalu banyak
wanitanya ataukah kurangnya kaum laki-laki?
Jawaban:1. Nabi dan Rosuul adalah ma’shum, terjaga dari salah dan dosa.
2. Allah berfirman dalam QS. Al Maa’idah (5) ayat 48:
Artinya:لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا …
“Bahwa Allah jadikan setiap kaum itu ada syari’at, dan jalan masing-masing.”
Maksudnya adalah masing-masing kaum (di masa masing-masing Nabi) syari’atnya adalah berbeda-beda. Tetapi Aqidahnya adalah sama, yakni hanya menyembah Allah. Laa Ilaaha Ilallooh.
Tetapi Fiqihnya berbeda-beda. Kalau Nabi Daud dan Nabi Sulaiman beristri (menikah) dengan sekian banyak wanita, maka itu adalah karena Syari’at yang berlaku di zaman ketika itu membenarkan atau membolehkan hal itu terjadi.
Sebagai contoh lain, misalnya pada zaman Bani Isroil, kalau mereka
ingin bertaubat kepada Allah maka mereka harus membunuh
dirinya sendiri (bunuh diri). Sementara di zaman Islam, bila kita
berbuat dosa (kesalahan), lalu ingin bertaubat maka tidak harus bunuh
diri, cukup dengan bertaubat (memohon ampun) kepada Allah
dan menyesali perbuatan yang telah dilakukan serta tidak mengulangi
perbuatan itu lagi, dan seterusnya. Hal ini menunjukkan bahwa Allah sangatlah sayang kepada kita ummat Islam.
Pertanyaan:
Bila seseorang Muslim (mengaku Muslim) tetapi ia berperilaku seperti milat Yahudi atau Nashrani, apakah itu sudah bisa dianggap murtad, keluar dari Islam?
Jawaban:
Bisa jadi karena tabi’at seseorang itu munafiq, atau bisa jadi karena seseorang itu Jaahil (bodoh), yaitu ia mengaku Islam tetapi loyalnya kepada orang kaafir. Tetapi kalau ia tidak Jaahil, tentunya tidak akan terjadi demikian.
Allah berfirman dalam QS. An Nisaa’(4) ayat 138-139:
بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا - الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ..
Artinya:
“Beritahukanlah kepada orang munafiq bahwa mereka berhak
mendapatkan adzab (siksa) yang pedih. Yaitu orang-orang yang menjadikan
orang-orang kaafir sebagai wali-wali mereka selain orang-orang yang
beriman…”
Maka kalau ia mengerti atau beriman kepada Allah, bahwa orang yang ber-wala’
(loyal) kepada orang kaafir adalah munafiq (nifaq besar), yang berarti
ia telah murtad, keluar dari Al Islam; maka tentu ia tidak akan
melakukan yang seperti itu. Orang munafiq yang demikian itu karena ia
berada di tengah-tengah kaum Muslimin, tetapi hatinya bersama
orang-orang kaafir. Dan sebetulnya ia pun dengan seperti itu menjadi
kaafir.
Oleh karenanya, hendaknya kita tahu indikator atau parameter kapan seseorang itu murtad, kapan seseorang itu mu’min (beriman),kapan seseorang itu Muslim, Munafiq atau Kaafir, dan sebagainya.
Melalui ta’lim, melalui mengaji Al Qur’an dan Sunnah, maka kita menjadi tahu indikator dan parameter yang dimaksud, insya Allah.
Betapa pun mengkafirkan seorang yang sudah Muslim, maka itu adalah perlu kehati-hatian dan perlu tahapan serta tidak boleh sembarangan.
Mudah-mudahan Allah selalu menunjukkan kepada kita jalan yang lurus, istiqomah diatasnya, serta semoga kita diberi kemudahan untuk menjalankan Syari’at Allah ini, dan semoga Allah jadikan kita sebagai penyeru kepada dien yang lurus ini.
Alhamdulillah, kiranya cukup sekian dulu bahasan kita kali ini, mudah-mudahan bermanfaat.
Aamiin yaa Mujib yaa Bashiriin
Post a Comment