Isa Almasih hadir ditengah umatnya yang sudah rusak akibat dipimpin oleh pemimpin-pemimpin agama yang haus kedudukan dan cinta dunia. Mereka sering merubah dan menambahkan ajaran-ajaran Taurat sesuai kehendak mereka. Mereka adalah golongan yang sangat anti dan benci terhadap ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Isa. Dikarenakan dakwahnya yang murni untuk mengembalikan pokok-pokok ajaran Nabi Musa as ke dalam ajaran yang benar.
“Mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya..” (Al-Maaidah : 41)
“Lalu Yesus berkata kepada orang banyak dan kepada pengikut-pengikut-Nya, “Rabbi-rabbi dan orang-orang Farisi mendapat kekuasaan untuk menafsirkan hukum Musa. Sebab itu taati dan turutilah semuanya yang mereka perintahkan. Tetapi jangan melakukan apa yang mereka lakukan, sebab mereka tidak menjalankan apa yang mereka ajarkan. Mereka menuntut hal-hal yang sulit dan memberi peraturan-peraturan yang berat, tetapi sedikit pun mereka tidak menolong orang menjalankannya. Semua yang mereka lakukan hanyalah untuk dilihat orang saja. Mereka sengaja memakai tali sembahyang yang lebar-lebar dan memanjangkan rumbai-rumbai jubah mereka!Mereka suka tempat yang terbaik pada pesta-pesta, dan kursi istimewa di rumah-rumah ibadat.” (Matius 23:1-6)
Penolakan dan pembangkangan mereka kepada Isa adalah tiada lain karena misinya untuk mengembalikan ajaran Taurat yang benar. Mereka tak mau beriman kepadanya dengan dalih Isa tidak sesuai dengan sosok ‘Messiah’ yang mereka impi-impikan. Padahal, jika dilihat dalam Kitab para Nabi sebelumnya, kita akan mendapati bahwa Nabi Isa adalah Nabi yang telah dijanjikan untuk Bani Israel.
Merekapun merasa terancam dengan kehadiran Nabi Isa dan para pengikutnya. Mereka takut jika gerakan pembaruan yang dijalankan oleh Isa dan para pengikutnya akan semakin luas dan mendapat banyak pengikut dari orang-orang Bani Israel. Dengan dakwah yang sudah semakin menyebar, kecemasan mereka semakin akut. Merekapun berkumpul untuk merencanakan makar terhadap Isa. Mereka berusaha dengan cara apapun untuk menghalangi dakwah Nabi Isa.
Usaha mereka untuk menghalangi dakwah Isa selalu gagal. Setiap kali mereka ingin menghalang-halangi dakwahnya, Allah selalu memberinya pertolongan dengan ilham dan wahyu yang diberikan kepadanya. Hingga nampaklah keputusasaan dari wajah-wajah mereka. Mereka tak lagi mampu menutupi cahaya yang menerangi Isa dan sahabat-sahabatnya. Akhirnya, Merekapun melakukan makar seperti yang dilakukan oleh nenek moyang mereka dahulu, yaitu dengan mencoba membunuhnya.
Mereka melakukan penyiksaan terhadap pengikut-pengikut Isa dengan kejam. Ada yang dicambuk, disalib, ditimpuki, dan disiksa di jalan-jalan yang ramai. Mereka sangat benci dengan dakwah yang dilakukan oleh sahabat-sahabat Isa. Hal yang paling ditakutkan oleh mereka adalah jika dakwah reformis Isa berhasil mengajak seluruh kalangan Bani Israel. Dan pastinya, hal itu pada kedudukan mereka sebagai rabbi-rabbi dalam masyarakat. Karenanya, merekapun melakukan pembasmian kepada mereka yang masih beriman dengan kenabian Isa. Sekitar 2000 orang pengikut Nabi Isa tewas secara massal oleh gerakan Antikristus yang diprakarsai oleh golongan Parisi. Aksi biadab itu dilakukan setelah Nabi Isa diangkat ke langit.[4]
Mereka melakukan penghancuran agama yang dibawa Nabi Isa dengan dua cara yaitu membunuh dan menyakiti siapa saja yang mengikutinya. Kemudian mereka juga berupaya untuk merusak agama yang dibawanya dari dalam. Mereka memasukkan ajaran-ajaran yang bersebrangan dengan ajaran yang diikuti oleh pengikut awal Nabi Isa. Seperti ajaran yang mengatakan bahwa Isa adalah anak Allah dan ajaran palsu lainnya.
Nabi Isa sendiri sudah berpesan kepada murid-muridnya bahwa kelak akan muncul nabi-nabi palsu yang akan memakai “namanya” untuk menyesatkan banyak orang. Mereka berpura-pura menjadi pengikut setia Nabi Isa padahal mereka sendiri adalah musuh-musuh Isa yang ingin menghancurkan ajaran-ajarannya,
“Hati-hatilah terhadap nabi-nabi palsu. Mereka datang kepada kalian berkedok domba, tetapi mereka sebenarnya seperti serigala yang buas”. (Matius : 7-15)
Nabi palsu itu menggunakan kesempatan dengan tak adanya Isa dalam lingkungan orang-orang yang beriman. Merekapun masuk ke dalam lingkungan orang-orang yang beriman dengan kedok sebagai seorang yang sangat cinta dan taat kepada Isa. Mereka lalu mengaku-ngaku telah mendapat wahyu dari Isa dan menyebarkannya kepada mereka. Namun, wahyu-wahyu itu justru bersebrangan dengan dengan ajaran-ajaran Nabi Isa yang awal.
Kemudian dikatakan diayat selanjutnya bahwa satu-satunya cara untuk mengenali nabi-nabi palsu itu adalah dengan melihat perbuatan dan ajaran-ajaran yang diajarkannya.
“Kalian akan mengenal mereka dari hasil perbuatannya. Belukar berduri tidak mengeluarkan buah anggur, dan semak berduri tidak menghasilkan buah ara. Dari pohon yang subur diperoleh buah yang baik, dan dari pohon yang tidak subur buah yang buruk. Pohon yang subur tidak dapat menghasilkan buah yang buruk, dan pohon yang tidak subur tidak dapat menghasilkan buah yang baik. Setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, ditebang dan dibakar. Begitu pula dengan nabi-nabi palsu. Kalian akan mengenal mereka dari hasil perbuatannya.” (Matius : 7 : 15-20)
Nabi-nabi palsu itu seperti tanaman yang buruk dan akan menghasilkan buah yang buruk. Mereka adalah orang-orang yang tersesat dari ajaran Nabi Isa dan pastinya, mereka akan mengajarkan ajaran-ajaran yang sesat. Jikalau mereka mengikuti ajaran Nabi Isa, pastinya mereka akan membenarkan ajaran-ajaran Nabi Isa. Tapi, mereka justru merubah dan merusak ajarannya sehingga menyesatkan pengikut-pengikutnya. Orang-orang seperti mereka tidak perlu diikuti tapi lebih baik dihindari. Karenanya, satu-satunya cara untuk mengenali nabi-nabi palsu yang telah merusak dan menghancurkan ajaran asli Nabi Isa adalah dengan mengenali ajaran-ajarannnya.
Mereka menjadi pengikut setia Isa dengan niat yang sangat buruk. Mereka berupaya untuk memperlihatkan diri mereka sebagai seorang Guru, namun mereka sendiri melawan ajaran-ajaran Isa yang fundamental. Yakni dengan mengajarkan bahwa Isa adalah anak Allah. Mereka juga mengajarkan ajaran Isa kepada para penyembah berhala padahal Isa tidak diutus kecuali kepada Bani Israel.
“Kedua belas rasul itu kemudian diutus oleh Yesus dengan mendapat petunjuk-petunjuk ini, “Janganlah pergi ke daerah orang-orang yang bukan Yahudi. Jangan juga ke kota-kota orang Samaria. Tetapi pergilah kepada orang-orang Israel, khususnya kepada mereka yang sesat.”(Matius :10:6)
Mereka sengaja membuat ajaran-ajaran Nabi Isa bertentangan dengan ajaran Nabi Musa dengan maksud untuk membengkokkan ajaran yang ditinggalkan Isa kepada para sahabatnya. Dengan begitu, takkan ada lagi orang-orang dari Bani Israel yang akan menajawab seruan dakwah pengikut Nabi Isa. Orang-orang Bani Israel akan mengira bahwa ajaran Isa sebagai bid’ah karena bertentangan dengan ajaran Musa as.
Sebenarnya, ajaran-ajaran Injil dimasa Isa masih terjaga dan belum bengkok. Ajaran-ajarannya masih berkutat pada dua pokok yaitu sembahlah Allah dan kembalilah pada ajaran Taurat yang benar.
“Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus.”(Maryam : 36)
Namun, seiring berjalannya waktu, ada sebagian orang yang sengaja ingin merusak ajaran-ajaran yang ditinggalkan oleh Nabi Isa. Mereka mengaku-ngaku mendapat wahyu dari Allah padahal mereka tak pernah mendapatkannya. Anehnya, wahyu-wahyu tersebut bertentangan dengan ajaran Nabi Musa dan nabi-nabi setelahnya. Terlebih lagi mereka dikenal sebagai kelompok yang dulunya sering menganiyaya pengikut-pengikut awal Isa. Diantara ajaran-ajaran mereka adalah mengajarkan ketuhanan Nabi Isa.
Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar. (Maryam : 37)
Nabi Isa sendiri sudah memperingatkan kaumnya bahwa kelak akan muncul guru-guru palsu yang akan memasukan ajaran bid’ah dan sesat ke dalam ajarannya,
“Pada masa yang lampau di antara umat Allah telah muncul nabi-nabi palsu. Begitu juga di antaramu akan muncul guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan ajaran-ajaran yang tidak benar, yang membinasakan orang. Dan mereka akan menyangkal Penguasa yang sudah membebaskan mereka. Dengan demikian mereka mendatangkan kebinasaan atas diri sendiri, yang akan menimpa mereka dengan cepat.” (2Petrus 2:1)
“Meskipun begitu, banyak orang akan mengikuti cara hidup guru-guru palsu itu yang dikuasai oleh hawa nafsu mereka. Dan perbuatan guru-guru itu akan membuat banyak orang menghina Jalan Benar yang menuju kepada Allah”. (2Petrus 2:2)
Guru-guru palsu itu adalah sekelompok dari Bani Israel yang telah menyimpang dari ajaran Musa dan nabi-nabi setelahnya. Mereka sudah dikuasai oleh nafsu dunia dan gila kedudukan sebagai pendeta-pendeta dalam masyarakat Israel. Ketika Isa datang untuk mengembalikan ajaran Taurat yang sudah dikorup, mereka mulai merasa terancam dengan kehadirannya. Mereka tahu bahwa Isa akan membenarkan ajaran-ajaran Musa dan mengembalikan risalah-risalah itu ke dalam cahaya (Injil). Merekapun berupaya agar kedudukan mereka tak hilang dari masyarakat.
Yakni dengan berpura-pura menjadi pengikut setia Nabi Isa dan masuk ke dalam lingkungan orang-orang yang beriman. Mereka masuk dan mengambil peran dalam penyebaran dakwah Isa sebagai bukti bahwa mereka benar-benar pengikut setianya. Akhirnya, setelah mereka berhasil masuk dan menjadi Guru bagi orang-orang yang beriman, merekapun memasukan ajaran-ajaran palsu ke dalam ajaran Isa. Dengan begitu, mereka benar-benar telah berhasil merusak agama yang dibawa Isa dan menyesatkan orang-orang yang beriman.
“Apakah kamu tidak melihat orang-orang yang telah diberi bahagian dari Al Kitab (Taurat)? Mereka membeli (memilih) kesesatan (dengan petunjuk) dan mereka bermaksud supaya kamu tersesat (menyimpang) dari jalan (yang benar).” (Annisa: 45)
Ketika Nabi Isa masih hadir ditengah murid-muridnya, mereka tak mempunyai kuasa untuk membengkokkan ajaran Isa. Mereka sudah sering membantah Isa dengan perkataan dan diskusi-diskusi yang sengaja disiasati untuk mengecohnya. Mereka hampir putus asa untuk menghalangi dakwah Isa hingga akhirnya, mereka memutuskan untuk membunuhnya. Namun Allah mempunyai siasat lain. Dia membalas makar yang dibuat oleh musuh-musuhnya,
“Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (Annisa : 157)
Mereka mengira bahwa mereka telah membunuh Isa, padahal mereka tidak membunuhnya. Bahkan ketika mereka menyalibnya, sebagian dari mereka masih ragu-ragu mengenai siapa yang telah mereka salib. Apakah dia benar-benar Isa atau bukan. Allah sengaja melakukan itu sebagai balasan kepada mereka yang berbuat makar kepadanya. Allah swt bersabda mengenai makar yang dibuat oleh musuh-musuhnya,
“Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya.” (Ibrahim : 46)
Mereka mempunyai rencana-rencana yang jahat bahkan jika digambarkan, rencana jahat mereka sangat besar dan dahsyat hingga dapat melenyapkan gunung-gunung. Namun Allah adalah dzat yang Maha Tahu apa-apa yang terjadi di bumi ataupun di langit. Dia tahu segala makar yang dibuat oleh musuh-musuhnya. Mereka mengira jika makar mereka takkan dibalas oleh siapapun padahal Allah adalah dzat yang membalas makar-makar mereka.
“Dan Allah lebih mengetahui (daripada kamu) tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah Allah menjadi Pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi Penolong (bagimu).” (Annisa : 45)
Belum puas mereka menghalangi dakwah Nabi Isa dengan percobaan pembunuhan, kemudian mereka membuat makar lainnya. Mereka berupaya untuk merubah-rubah ajaran Nabi Isa yang benar dan membengkokkannya menjadi ajaran yang berbau pagan. Mereka ingin agar tak ada lagi kelompok-kelompok yang membawa ajaran kebenaran ke dalam masyarakat Bani Israel. Hal itu akan membuat mereka kembali dalam posisi mereka yang tinggi sebagai pendeta-pendeta palsu dalam masyarakat. Mereka akan mampu menguasai masyarakat Israel karena tak ada lagi golongan yang mendakwahkan ajaran yang benar dari Taurat dan Injil. Mereka memasukan ajaran-ajaran dusta dan kebohongan yang tidak pernah diajarkan oleh Isa demi kepentingan mereka sendiri,
“Perhatikanlah, betapakah mereka mengada-adakan dusta terhadap Allah? Dan cukuplah perbuatan itu menjadi dosa yang nyata (bagi mereka)”. (Annisa : 50)
Mereka mempunyai tujuan untuk membuat Bani Israel yang tadinya percaya kepada kerasulan Isa menjadi ragu-ragu dan menolak ajarannya. Dengan begitu, mereka yang selama ini mempunyai kedudukan dalam masyarakat Bani Israel akan dengan mudah menyesatkan orang-orang Israel.
“Karena mereka serakah, maka guru-guru palsu itu akan menceritakan kepadamu cerita-cerita yang dikarang sendiri untuk mendapat keuntungan dari kalian. Tetapi pengadilan untuk menjatuhkan hukuman ke atas mereka sudah lama disiapkan, dan kebinasaan yang sudah ditentukan untuk mereka sedang menantikan mereka.” (2Petrus 2:3)
Mereka memasukkan ajaran-ajaran bid’ah dan palsu ke dalam ajaran Nabi Isa dengan tujuan untuk menyesatkan orang-orang yang beriman. Mereka sengaja melakukan hal itu demi keuntungan dan kedudukan mereka sendiri. Mereka telah menjamin kedudukan mereka sendiri sebagai rabi-rabi (Pendeta) dalam masyarakat Bani Israel. Seperti yang kita ketahui, ketika Isa datang kepada mereka untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Musa yang benar, mereka justru menolaknya dan mengejeknya. Mereka disebut oleh Isa sebagai kelompok Parisi, yakni mereka yang duduk diatas kursi kenabian Musa, namun mereka sendiri menentang ajaran Nabi Isa.
“Kalian adalah ular, kalian adalah keturunan ular berbisa, bagaimana kamu bisa lari dari kurungan neraka?. Karenanya kuutuskan kepada kalian rasul-rasul dan orang-orang salih, dan ahli tulis, yang sebagaian dari mereka telah kalian bunuh dan salib, dan sebagian lagi kalian cambuki di sinagog-sinagog kalian, dieksekusi dari kota ke kota. Bahwa atas perbuatan kalianlah semua darah para Nabi telah ditumpahkan di atas bumi, dari darah Abel yang tak berdosa hingga darah Zakariyya bin Barakiah, yang kalian bunuh antara sanctuari dan altar. Sungguh, kukatakan kepadamu, semua ini akan terjadi pada generasi ini. (Matius ayat 23:33-36)
“Celakalah kamu, Juru Tulis dan Parisi, munafik! Karena kamu membangun kuburan-kuburan para Nabi dan menghiasi kuburan orang-orang soleh. Berkata, ‘jika kita pernah hidup di masa-masa bapak-bapak kami, kami tidak akan ikut dalam menumpahkan darah para Nabi. Demikianlah kamu menyaksikan atas dirimu sendiri, karena kamu sesungguhnya adalah anak-anak dari mereka yang membunuh para Nabi”. (Matius 23:29-31)
Ajaran-ajaran tersebut dapat kita lihat dalam Kitab yang dikarang sendiri oleh mereka. Kitab tersebut bernama Talmud. Yaitu sebuah kitab yang isinya ditulis oleh mereka sendiri dan demi kepentingan mereka sendiri. Salah satu ajarannya ada yang mengatakan bahwa Nabi Isa bukanlah Rasul Allah melainkan seorang penyihir. Kitab Talmud juga juga berisi ajaran-ajaran sihir yang menjadi pembenaran ajaran Kabbalah. Inti dari Kitab itu adalah hukum-hukum lisan yang mereka warisi dari pendeta-pendeta mereka.
Mereka telah berhasil membuat Bani Israel kembali ke dalam lembah kesesatan. Padahal Allah ingin mengeluarkan mereka dari kegelapan dengan mengutus Nabi Isa yang kelak menjadi Penyelamat mereka.
“Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina),” (Annisa : 156)
“Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.” (Ashaff :8)
Mereka berupaya untuk memadamkan cahaya Allah dengan memasukan ajaran-ajaran palsu demi kepentingan mereka sendiri. Mereka yakin jika makar yang mereka buat akan menjadikan agama yang dibawa Isa hancur. Namun, mereka tak sadar bahwa Allah adalah dzat yang Maha Tahu atas setiap makar yang dibuat musuh-musuhnya. Dia menghancurkan segala usaha jahat mereka dengan mengutus seorang Nabi lagi. Dia ingin menyempurnakan cahayanya dengan mengutus seorang Nabi yang kelak akan membenarkan kenabian Isa dan menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi setelah Isa diangkat ke langit. Hal ini sudah diwahyukan kepada Nabi Isa ketika dia akan diangkat ke langit menuju Tuhannya yang Maha Tinggi.
“Tetapi sekarang Aku akan pergi kepada Dia yang mengutus Aku; dan tidak seorang pun dari kalian bertanya ke mana Aku pergi. Sekarang malah hatimu menjadi sedih, karena Aku mengatakan hal itu kepadamu. Tetapi Aku mengatakan yang benar kepadamu: Lebih baik untuk kalian, kalau Aku pergi; sebab kalau Aku tidak pergi, Penolong itu tidak akan datang kepadamu. Tetapi kalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Kalau Ia datang, Ia akan menyatakan kepada dunia arti sebenarnya dari dosa, dari apa yang benar, dan dari hukuman Allah. Ia akan menyatakan bahwa tidak percaya kepada-Ku adalah dosa;”(Yohanes 16:5-9)
Nabi Isa mengatakan bahwa kelak setelah dia pergi, akan datang seorang Penolong yang akan menolong agama yang dibawanya. Penolong itu akan mengajarkan hal-hal dosa dan hal-hal yang dibenarkan. Penolong itu juga akan mengatakan bahwa tidak percaya akan kerasulan dirinya adalah perbuatan dosa. Dia akan menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang dibuat oleh orang-orang Yahudi dan menunjukkan jalan yang benar kepada orang-orang yang beriman. Penolong itu tiada lain adalah Rasulullah, Muhammad saw.
“Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”.” (Asshaff : 6)
Nabi Muhammad saw tidak hanya datang untuk mengajak umatnya menyembah Allah swt. Tetapi, dia juga diberi wahyu untuk membenarkan kerasulan Nabi Isa as dan membeberkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi setelah kenaikannya. Dia menjelaskan perkara-perkara yang diperselisihi oleh orang Yahudi dan Kristen dengan penjelasan yang jelas. Yang dengannya, orang-orang Yahudi dan Kristen dapat melihat kebenaran yang selama ini mereka perselisihkan. Kebenaran itu adalah Al-Qur’an yang menjadi hujjah dan alasan untuk mereka.
“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (Al-Fath : 28)
Perkataan sebagian Ahli Agama Kristen abad 3 yang mengatakan bahwa Isa anak Allah adalah dusta yang sudah melampaui batas. Padahal Allah adalah dzat yang maha suci dan dia tidaklah sama dengan semua mahluknya. Selain Allah, semua yang ada di langit dan di bumi adalah hamba. Kita semua adalah ciptaannya dan tak pantas Allah mengambil ciptaannya sendiri sebagai tuhan selainnya.
“Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.” (Maryam : 93)
Adalah kehendak Allah jika dia menciptakan Isa tanpa ayah. Itu adalah bukti kekuasaan Allah yang besar terhadap setiap ciptaannya. Bukankah Allah berkuasa untuk menciptakan Adam tanpa ayah dan ibu. Dia menciptakan Adam dari tanah liat lalu meniupkan ruh dan maka jadilah dia manusia. Sama halnya dengan penciptaan Adam, penciptaan Isapun melewati proses yang telah dilalui oleh nenek moyangnya.
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.” (Ali Imron : 59)
Allah swt bersabda perihal penciptaan Nabi Adam as,
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (menghormatinya).”(Al-Hijr : 29)
Allah adalah dzat yang Maha Pencipta. Semua ciptaannya adalah miliknya, dan hanya dialah yang berhak untuk menciptakan dan membentuknya. Hanya dialah yang berhak untuk mengatur dan menetapkan ajalnya. Selain Allah adalah mahluk. Dan, setiap yang diciptakan, pasti tidak mempunyai kuasa untuk menentang atau menolak kehendak yang menciptakannya.
Karenanya, kelahiran Nabi Isa as yang tanpa memiliki ayah adalah kehendak Allah yang tak bisa diganggu gugat. Dialah yang menciptakannya dan dia juga yang akan mematikannya. Hal itu sangatlah mudah bagi Allah karena dialah yang menciptakan semua mahluk di alam semesta ini.
“Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Qur’an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”. Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”. Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!” Jibril berkata: “Demikianlah. Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.” Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (Maryam : 16-22)
Jika Allah sudah berkata jadi, maka hal itu pasti akan terjadi. Kehendak Allah untuk menjadikan Nabi Isa lahir tanpa seorang ayah adalah perkara yang kecil dan tak sulit baginya. Semua mahluk, baik yang ada di bumi ataupun dilangit adalah ciptaan Allah. Dia menciptakan semua mahluk sesuai keinginannya. Jika dia sudah berkata jadi!, maka jadilah.
“Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia. (Maryam : 35)
Berapa banyak orang-orang yang menyatakan dirinya Tuhan kemudian diadzab oleh Allah. Mereka dihukum dengan kesombongannya yang sudah melampaui batas. Mereka mengaku sebagai Tuhan lalu melakukan kesewenang-wenangan dengan menyiksa siapa saja yang tidak percaya dengan ketuhanannya.
“Dan barang siapa di antara mereka mengatakan: “Sesungguhnya aku adalah tuhan selain daripada Allah”, maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahanam, demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang lalim.” (Al-Anbiyaa : 29)
Karenanya, sangat mustahil seorang Nabi yang diutus Tuhannya mengajak kaumnya sendiri untuk menyembah dirinya sendiri. Seorang Nabi diutus tidak lain untuk mengajak kaumnya menyembah Tuhan yang mengutusnya. Tuhan yang memberinya wahyu dan hikmah untuk menjelaskan ayat-ayatnya kepada umatnya. Apakah logis jika Tuhan menyuruh Nabinya sendiri untuk menyembah dirinya. Tentulah hal itu bertabrakan dengan logika manusia yang sederhana.
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (Ali Imron : 79)
Jika nenek moyangnya Nabi Isa saja, Ibrahim, menyembah Allah, Tuhan yang satu. Bagaimana mungkin dia merubah ajaran-ajaran agama monotheis nenek moyangnya dan menggantinya dengan ajaran Politheis. Sangatlah tidak mungkin Nabi Isa menyuruh umatnya untuk menyembahnya. Allah swt pernah bertanya tentang hal itu ketika Nabi Isa telah diangkat ke langit.
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib”. (Al-Maaidah 116)
“Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan) nya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.”(Al-Maaidah 117)
“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Maaidah 118)
__________________
__________________
- (4)Burke, John J., Characteristics Of The Early Church, p.101, Read Country Books 2008
- Ibnu Haromain
Tidak ada komentar
Posting Komentar