Karma Menurut Islam

Tulisan ini aku mencoba mengulas tentang Karma, dan tentunya ini pemahaman pribadiku. Jika salah maka yang salah adalah diriku.
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya (QS 74:38)
 
Tak ubahnya dalam Budha dalam Islam pun sebenarnya terdapat konsep Karma. Tetapi antara Konsep Karma Islam dan Budha terdapat perbedaan. Perbedaan yang paling mencolok adalah Akibat dari Karma terhadap Inkarnasi.
Dalam Budha Karma dibagi 3 macam sesuai dengan saat dan kesempatan dalam menerima hasilnya, yaitu Sancita Karma Phala, Prarabda Karma Phala, dan Kriyamana Karma Phala.
1. Sancita Karma Phala:
Hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita yang sekarang 
2. Prarabda Karma Phala:
Hasil perbuatan kita pada kehidupan ini tanpa ada sisanya lagi;
3. Kriyamana Karma Phala:
Hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat, sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang.
Ketiga macam Karma dalam Budha diatas berhubungan dengan reinkarnasi, dimana apa yang kita dapat hari ini merupakan sebab dari masa lalu. Sedangkan dalam Islam Inkarnasi versi Hindhu/Budha ditolak dengan alasan sebagai berikut :
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Rabb kami, serta menjadi orang-orang yang beriman. (tentulah kami melihat suatu peristiwa yang mengharukan). (QS. 6:27)

Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. 10:12)
Ayat-ayat diatas menegaskan bagaimana sifat seorang manusia, bahwa manusia selalu merasa menyesal ketika mendapat penderitaan atau musibah dan segera meminta perlindungan Allah. Tetapi setelah semua penderitaan dan musibah berakhir sifat sombong manusia tumbuh kembali. Kembali ke jalan maksiat dan lupa akan Tuhan mereka.


Dalam Islam ada kehidupan dunia yang sementara dan kehidupan akhirat yang kekal. Mungkin anda akan bertanya mengapa Allah cuma memberi waktu yang singkat di dunia ini dan setelah itu memberi waktu yang kekal tanpa reinkarnasi di akhirat nanti.
Jawabannya karena Allah ingin manusia sebagai Khalifah di dunia ini. Khalifah yang menegakkan kebenaran, tidak merusak bumi, melindungi yang lemah, saling menolong, dan lain-lain. Pokoknya sebagai rahmat semesta alam.
Agar rencana ini berhasil maka manusia ditarget secara ibadah. Dimana ada bonus dan hukuman yang akan diberikan pada hasil target. Targetnya ya sebagai Khalifah tadi. Jadi dengan waktu yang sangat singkat itu seharusnya manusia berlomba-lomba mencari pahala dari Allah. Karena anda akan menyesal jika telat menggunakan waktu yang sudah disediakan.
Analoginya adalah ujuan semesteran. Anda pasti pernah menjalani ujian semesteran. Anda mempunyai waktu 6 bulan untuk mempersiapkan diri agar hasil ujian nanti baik. Anda bekerja keras mati matian belajar sana sini untuk meraih hasil yang maksimal. Begitu juga dengan hidup ini.
Dengan batasan waktu tentu manusia akan lebih terpacu dalam kerja atau usahanya, jika waktunya lama manusia cenderung bermalas-malasan tentunya. Meski kenyataannya manusia tetap merugi dalam hal waktu.
Demi masa. sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. 103:1-3)
Surga yang kekal adalah kabar gembira untuk manusia agar mereka benar-benar menjadi khalifaf yang baik yang menjadi rahmat semesta alam.

Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi KABAR GEMBIRA dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. 6:48)
 
Islam memiliki pengertian lain soal Inkarnasi, yaitu inkarnasi menurut Islam. Jika di Hindhu inkarnasi melibatkan unsur jasmani, misalnya dalam kelahiran berikutnya menjadi Monyet atau lainnya, maka dalam Islam inkarnasi dipahami sebaigai inkarnasi Rohani.
Dalam pemahaman Hindhu orang bereinkarnasi agar mendapat kesempatan lagi untuk memperbaiki dosa-dosanya agar bisa mencapai moksa. Nah Islam pun juga punya pemahaman seperti itu, yaitu yang dikenal dengan Bulan Ramadhan.
Bulan Ramadhan adalah inkarnasi ruhani bagi para muslim. Bagi muslim yang melaksanakan Bulan Ramadhan dengan benar yang diakhiri dengan Idul Fitri, maka para muslim telah bereinkarnasi secara spiritual menjadi suci kembali, yang mana dosa tahun sebelumnya semakin dikurangi bahkan bisa dihapus jika sebelum kematian tetap istiqomah. Pada prinsipnya 1 tahun 1 kali umat muslim melakukan inkarnasi rohani.
Kembali lagi ke masalah Karma, di dalam Islam  akibat perbuatan seseorang bisa dibagi dalam 2 macam :
1. Diterima di dunia
2. Diterima di akhirat (Surga/Neraka)
Hasil perbuatan kita ada yang bisa dinikmati di dunia hari ini secara langsung. Misalnya kita membakar kertas pasti langsung terbakar hangus. Ada juga yang hasilnya dinikmati di dunia tapi agak lama. Misalnya kita menanam pohon mangga tentu bua mangganya baru bisa dipetik setelah menunggu waktu tertentu. Ada juga yang baru dinikmati setelah kita mati sebagai akhir hidup dunia, yaitu pahala dan dosa.

Tidak ada komentar

Posting Komentar