Pada point “Yahudi dan Media Massa” akan kita pelajari berbagai bukti dan fakta yang merupakan landasan dari sikap Yahudi selama ini untuk menguasai Media Massa diseluruh dunia. Adapun pada bab “Bagaimana Sikap Muslimin semestinya terhadap Media Massa”, maka perlu kita kupas apa dan bagaimana cara kaum Muslimin menyikapi Media Masa yang ada di dunia, maupun yang ada di Indonesia.
I. YAHUDI DAN MEDIA MASSA
Berkenaan dengan Yahudi dan Media Massa, maka perhatikanlah firman Allah dalam QS. Aali ‘Imroon (3) ayat 186 sebagai berikut :
لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ
وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَمِنَ
الَّذِينَ أَشْرَكُواْ أَذًى كَثِيراً وَإِن تَصْبِرُواْ وَتَتَّقُواْ
فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأُمُورِ
Artinya :“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.”
Jadi dalam ayat diatas, Allah sesungguhnya telah memperingatkan kaum Muslimin, bahwa kaum Muslimin itu benar-benar akan mendengar (berita-berita) dari orang-orang yang diberi kitab sebelumnya (Yahudi, Nashrani), serta orang-orang yang mempersekutukan Allah (kaum musyrikin) berbagai gangguan yang banyak dan menyakitkan hati. Masalahnya, apakah kaum Muslimin itu sendiri sadar ataukah tidak terhadap peringatan Allah ini?
Bukankah seringkali terdengar tuduhan-tuduhan dari mereka (Yahudi, Nashrani, kaum Musyrikin) terhadap Muslimin yang hendak menjalankan tuntunan Al Qur’an dan As Sunnah itu dengan julukan “teroris / fundamentalis / kaum radikal / militan” dan berbagai julukan yang seram-seram lainnya yang pada dasarnya adalah muncul dari sikap Islamophobia mereka? Lalu cap negatif itu pun ditebarkanlah melalui Media-Media Massa yang dikuasai oleh mereka ke seluruh dunia.
Dan sungguh sangat disayangkan, ada sebagian dikalangan kaum Muslimin sendiri yang “termakan” oleh berita-berita negatif tersebut, dan berbalik membenci Al Islaam atau paling tidak ia berusaha untuk menanggalkan atribut ke-Islamannya karena kuatir dicap “teroris / fundamentalis / radikal” dsbnya. Ia tidak sadar bahwa stigma negatif itu sebenarnya berasal dari media orang-orang kafir yang tidak ridho pada Islam.
Bukankah seringkali terdengar tuduhan-tuduhan dari mereka (Yahudi, Nashrani, kaum Musyrikin) terhadap Muslimin yang hendak menjalankan tuntunan Al Qur’an dan As Sunnah itu dengan julukan “teroris / fundamentalis / kaum radikal / militan” dan berbagai julukan yang seram-seram lainnya yang pada dasarnya adalah muncul dari sikap Islamophobia mereka? Lalu cap negatif itu pun ditebarkanlah melalui Media-Media Massa yang dikuasai oleh mereka ke seluruh dunia.
Dan sungguh sangat disayangkan, ada sebagian dikalangan kaum Muslimin sendiri yang “termakan” oleh berita-berita negatif tersebut, dan berbalik membenci Al Islaam atau paling tidak ia berusaha untuk menanggalkan atribut ke-Islamannya karena kuatir dicap “teroris / fundamentalis / radikal” dsbnya. Ia tidak sadar bahwa stigma negatif itu sebenarnya berasal dari media orang-orang kafir yang tidak ridho pada Islam.
Tentang ayat diatas, Syaikh Abdurrohman As Sa’di yang merupakan Ahli Tafsiir berkata sebagai berikut : “Sesuatu (berita) yang menyakitkan hati itu adalah akan melukai
kalian (ummat Islam), juga dien (agama) kalian akan disakiti, juga Kitab
(Al Qur’an) disakiti, dan juga Rosul kalian pun akan disakiti. Yang demikian itu tidaklah aneh; dan yang melakukannya adalah Yahudi, Nashrani serta kaum Musyrikin.”
Ahli Tafsiir lainnya yakni Al Imaam Al Baghowy berkata, bahwa Al Imaam Al Zuhri (seorang Ahli Hadiits) menyatakan sebagai berikut : “Ayat tersebut turun ketika Ka’ab bin Asyrof, seorang pembesar Yahudi di Madinah, menyakiti Rasulullah dan mencaci-maki kaum Muslimin.”
Berarti ada 4 komponen yang akan menjadi sasaran Media Massa
orang-orang kaafir untuk disakiti/dilukai, yakni: Allah , Rasulullah, dienul (agama) Islam dan kaum Muslimin.
Berbagai Bukti/Fakta
1) Sebagaimana dinukil dari Kitab “As Sirril Mashuun” (Rahasia yang Terjaga) pada halaman 159-160 pada bab berjudul “Al Masuniyyah Wa Shohafah” (Freemasonry dan Surat Kabar/Koran) dikatakan sebagai berikut :
“Adalah Surat Kabar / Koran pada zaman kita hari ini merupakan salah satu tonggak yang sangat besar untuk berkhidmad pada kemaslahatan manusia. Tetapi Freemasonry telah menjadikannya secara khusus sebagai senjata untuk meng-eksplorasi apa yang menjadi tujuan mereka.
Tidak ada satu negeri pun yang lepas dari penjualan Koran dan Bulletin
yang pena-pena-nya berasal dari kalangan Freemasonry. Dan mereka (kaum
Freemasonry) tentu berharap dari proyek itu suatu keuntungan. Oleh
karenanya, bisa jadi Media-Media Massa di negeri tersebut, bahkan negeri itu sendiri pun tergadai terhadap apa-apa yang ditulis oleh para penulis Freemasonry; sehingga rakyat di negeri itu kemudian menjadi seperti burung beo.”
Jadi, yang merupakan sasaran bidik Freemasonry Yahudi adalah
bahwa semua negeri di berbagai belahan dunia ini harus dijangkau oleh
karya tulis mereka. Disatu sisi hal itu akan membawa keuntungan
finansial bagi mereka; disisi lain maka dengan cara itulah Freemasonry Yahudi akan menancapkan misi Zionisme-nya
ke negeri-negeri tersebut. Pengaruh karya-karya tulis mereka, baik
dalam bentuk surat kabar, majalah, bulletin, dsbnya itu begitu besar;
sehingga berbagai negeri, rakyatnya maupun Media-Media Massa yang ada di
negeri-negeri itu pun kemudian akan “membeo” mengikuti ideologi,
kebudayaan dan pemikiran yang disebarkan oleh mereka (Freemasonry Yahudi).
Hal ini adalah persis sebagaimana apa yang disabdakan oleh Rasulullah dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no:
6952, dari Shohabat Abu Saa’id Al Khudry :
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا
بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ
لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ
وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
Artinya : “Kalian akan mengikuti adat tradisi ummat sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Hingga sekiranya mereka masuk dalam lubang dobb (sejenis biawak) sekalipun, niscaya kalian akan mengikutinya juga.”
Para Shohabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud itu orang-orang Yahudi dan Nashrani?” Rasulullah menjawab, “Kalau bukan mereka, siapa lagi?”
2) Merupakan implementasi dari 10 program Internasional Freemasonry yang dijabarkan dalam buku berjudul “Jaringan Gelap Freemasonry Sejarah dan Perkembangannya hingga ke Indonesia”, tulisan: A.D. El Marzdedeq, halaman 77 sampai dengan 91, antara lain adalah :
- Program Ke-1 Freemasonry dinamakan TAKKIM : “Merusak ajaran agama yang ada, seperti menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal dan sebaliknya.”
- Program Ke-3 Freemasonry dinamakan PAROKIM : “Membuat gerakan-gerakan yang bertentangan (tetapi) untuk satu tujuan. Menguasai seluruh media massa yang berpengaruh.”
- Program Ke-4 Freemasonry dinamakan LIBARIM : “Menyebarkan
kebebasan seksual, menggembalakan pemuda-pemudi ke dunia khayali, dunia
musik, dan narkoba. Serta membuat bet satan (rumah setan) untuk
menampung pemuda-pemudi ke alamnya.”
- Program Ke-7 Freemasonry dinamakan PROTOKOL : “Menghancurkan moral bangsa lain agar Yahudi dapat menguasai dunia.”
- Program Ke-8 Freemasonry dinamakan GORGAH : “Melemahkan pasukan lawan dengan perempuan, judi, dan obat-obatan.”
3) Merupakan implementasi dari Protokolat No : 2, 3 dan 12 “Protocols of the Learned Elders of Zion” yang merupakan agenda / rencana Zionis Yahudi
menguasai dunia, yang pertama kalinya diterbitkan (atau ada pula yang
berpendapat bahwa ia sudah ada jauh sebelumnya, namun diterbit-ulangkan) pada tahun 1897 di Basel-Swiss oleh pemimpin Zionis saat itu, yakni: Theodore Herzl. Keseluruhan dokumen “Protocols of the Learned Elders of Zion” yang terdiri dari 24 pasal (24 protocols) yang telah diterjemahkan oleh seorang wartawan Inggris bernama Victor E. Marsden dari tulisan aslinya yang berasal dari seorang Rusia yakni Sergyei Nilus, dapat dilihat di : http://www.theforbiddenknowledge.com/hardtruth/illuminatiprotocols.htm atau silakan lihat PDF-nya di : http://www.scribd.com/doc/82432310/Protocols-of-the-Learned-Elders-of-Zion-Original-Book
Protokolat No. 12 telah kita bahas secara panjang lebar pada kajian lalu (silakan baca kembali makalah ceramah berjudul “Media Massa & Pengaruhnya. Dan kali ini perlu kita teliti pula Protokolat No. 2 dan
3. karena masih berkaitan dengan misi Freemasonry Yahudi dengan Zionisme-nya untuk menguasai Media-Media Massa di dunia.
Perhatikanlah bunyi Protokolat No. 2 dan 3 berikut ini :
PROTOCOLS of the LEARNED ELDERS of ZION
PROTOCOL No. 2
1. It is indispensable for our purpose that wars, so far as
possible, should not result in territorial gains: war will thus be
brought on to the economic ground, where the nations will not fail to
perceive in the assistance we give the strength of our predominance, and
this state of things will put both sides at the mercy of our
international AGENTUR; which possesses millions of eyes ever on
the watch and unhampered by any limitations whatsoever. Our
international rights will then wipe out national rights, in the proper
sense of right, and will rule the nations precisely as the civil law of
States rules the relations of their subjects among themselves.
2. The administrators, whom we shall choose from among the
public, with strict regard to their capacities for servile obedience,
will not be persons trained in the arts of government, and will
therefore easily become pawns in our game in the hands of men of
learning and genius who will be their advisers, specialists bred and
reared from early childhood to rule the affairs of the whole world. As
is well known to you, these specialists of ours have been drawing to fit
them for rule the information they need from our political plans from
the lessons of history, from observations made of the events of every
moment as it passes. The GOYIM are not guided by practical use of
unprejudiced historical observation, but by theoretical routine without
any critical regard for consequent results. We need not, therefore,
take any account of them – let them amuse themselves until the hour
strikes, or live on hopes of new forms of enterprising pastime, or on
the memories of all they have enjoyed. For them let that play the
principal part which we have persuaded them to accept as the dictates of
science (theory). It is with this object in view that we are
constantly, by means of our press, arousing a blind confidence in these
theories. The intellectuals of the GOYIM will puff themselves up
with their knowledge’s and without any logical verification of them will
put into effect all the information available from science, which our AGENTUR specialists have cunningly pieced together for the purpose of educating their minds in the direction we want.
DESTRUCTIVE EDUCATION
3. Do not suppose for a moment that these statements are empty words: think carefully of the successes we arranged for Darwinism, Marxism, Nietzsche-ism. To us Jews, at any rate, it should be plain to see what a disintegrating importance these directives have had upon the minds of the GOYIM.
4. It is indispensable for us to take account of the thoughts,
characters, tendencies of the nations in order to avoid making slips in
the political and in the direction of administrative affairs. The
triumph of our system of which the component parts of the machinery may
be variously disposed according to the temperament of the peoples met on
our way, will fail of success if the practical application of it be not
based upon a summing up of the lessons of the past in the light of the
present.
5. In the hands of the States of today there is a great force
that creates the movement of thought in the people, and that is the
Press. The part played by the Press is to keep pointing our requirements
supposed to be indispensable, to give voice to the complaints of the
people, to express and to create discontent. It is in the Press that the
triumph of freedom of speech finds its incarnation. But the GOYIM States
have not known how to make use of this force; and it has fallen into
our hands. Through the Press we have gained the power to influence while
remaining ourselves in the shade; thanks to the Press we have got the GOLD
in our hands, notwithstanding that we have had to gather it out of the
oceans of blood and tears. But it has paid us, though we have sacrificed
many of our people. Each victim on our side is worth in the sight of God a thousand GOYIM.
PROTOCOL No. 3
1. Today I may tell you that our goal is now only a few steps
off. There remains a small space to cross and the whole long path we
have trodden is ready now to close its cycle of the Symbolic Snake, by which we symbolize our people. When this ring closes, all the States of Europe will be locked in its coil as in a powerful vice.
2. The constitution scales of these days will shortly break
down, for we have established them with a certain lack of accurate
balance in order that they may oscillate incessantly until they wear
through the pivot on which they turn. The GOYIM are under the
impression that they have welded them sufficiently strong and they have
all along kept on expecting that the scales would come into equilibrium.
But the pivots – the kings on their thrones – are hemmed in by their
representatives, who play the fool, distraught with their own
uncontrolled and irresponsible power. This power they owe to the terror
which has been breathed into the palaces. As they have no means of
getting at their people, into their very midst, the kings on their
thrones are no longer able to come to terms with them and so strengthen
themselves against seekers after power. We have made a gulf between the
far-seeing Sovereign Power and the blind force of the people so that
both have lost all meaning, for like the blind man and his stick, both
are powerless apart.
3. In order to incite seekers after power to a misuse of power
we have set all forces in opposition one to another, breaking up their liberal
tendencies towards independence. To this end we have stirred up every
form of enterprise, we have armed all parties, we have set up authority
as a target for every ambition. Of States we have made gladiatorial
arenas where a lot of confused issues contend …. A little more, and
disorders and bankruptcy will be universal ….
4. Babblers, inexhaustible, have turned into oratorical
contests the sittings of Parliament and Administrative Boards. Bold
journalists and unscrupulous pamphleteers daily fall upon executive
officials. Abuses of power will put the final touch in preparing all
institutions for their overthrow and everything will fly skyward under
the blows of the maddened mob.
POVERTY OUR WEAPON
5. All people are chained down to heavy toil by poverty more
firmly than ever. They were chained by slavery and serfdom; from these,
one way and another, they might free themselves. These could be settled
with, but from want they will never get away. We have included in the
constitution such rights as to the masses appear fictitious and not
actual rights. All these so-called “Peoples Rights” can exist
only in idea, an idea which can never be realized in practical life.
What is it to the proletariat laborer, bowed double over his heavy toil,
crushed by his lot in life, if talkers get the right to babble, if
journalists get the right to scribble any nonsense side by side with
good stuff, once the proletariat has no other profit out of the
constitution save only those pitiful crumbs which we fling them from our
table in return for their voting in favor of what we dictate, in favor
of the men we place in power, the servants of our AGENTUR …
Republican rights for a poor man are no more than a bitter piece of
irony, for the necessity he is under of toiling almost all day gives him
no present use of them, but the other hand robs him of all guarantee of
regular and certain earnings by making him dependent on strikes by his
comrades or lockouts by his masters.
WE SUPPORT COMMUNISM
6. The people, under our guidance, have annihilated the
aristocracy, who were their one and only defense and foster- mother for
the sake of their own advantage which is inseparably bound up with the
well-being of the people. Nowadays, with the destruction of the
aristocracy, the people have fallen into the grips of merciless
money-grinding scoundrels who have laid a pitiless and cruel yoke upon
the necks of the workers.
7. We appear on the scene as alleged saviors of the worker
from this oppression when we propose to him to enter the ranks of our
fighting forces – Socialists, Anarchists, Communists – to whom we always
give support in accordance with an alleged brotherly rule (of the
solidarity of all humanity) of our SOCIAL MASONRY. The
aristocracy, which enjoyed by law the labor of the workers, was
interested in seeing that the workers were well fed, healthy, and
strong. We are interested in just the opposite – in the diminution, the KILLING OUT OF THE GOYIM.
Our power is in the chronic shortness of food and physical weakness of
the worker because by all that this implies he is made the slave of our
will, and he will not find in his own authorities either strength or
energy to set against our will. Hunger creates the right of capital to
rule the worker more surely than it was given to the aristocracy by the
legal authority of kings.
8. By want and the envy and hatred which it engenders we shall
move the mobs and with their hands we shall wipe out all those who
hinder us on our way.
9. WHEN THE HOUR STRIKES FOR OUR SOVEREIGN LORD OF ALL THE WORLD
TO BE CROWNED IT IS THESE SAME HANDS WHICH WILL SWEEP AWAY EVERYTHING
THAT MIGHT BE A HINDRANCE THERETO. (The Biblical “Anti-Christ?“)
10. The GOYIM have lost the habit of thinking unless
prompted by the suggestions of our specialists. Therefore they do not
see the urgent necessity of what we, when our kingdom comes, shall adopt
at once, namely this, that IT IS ESSENTIAL TO TEACH IN NATIONAL
SCHOOLS ONE SIMPLE, TRUE PIECE OF KNOWLEDGE, THE BASIS OF ALL KNOWLEDGE –
THE KNOWLEDGE OF THE STRUCTURE OF HUMAN LIFE, OF SOCIAL EXISTENCE,
WHICH REQUIRES DIVISION OF LABOR, AND, CONSEQUENTLY, THE DIVISION OF MEN
INTO CLASSES AND CONDITIONS. It is essential for all to know that OWING TO DIFFERENCE IN THE OBJECTS OF HUMAN ACTIVITY THERE CANNOT BE ANY EQUALITY,
that he, who by any act of his compromises a whole class, cannot be
equally responsible before the law with him who affects no one but only
his own honor. The true knowledge of the structure of society, into the
secrets of which we do not admit the GOYIM, would demonstrate to
all men that the positions and work must be kept within a certain
circle, that they may not become a source of human suffering, arising
from an education which does not correspond with the work which
individuals are called upon to do. After a thorough study of this
knowledge, the peoples will voluntarily submit to authority and accept
such position as is appointed them in the State. In the present state of
knowledge and the direction we have given to its development of the
people, blindly believing things in print – cherishes – thanks to
promptings intended to mislead and to its own ignorance – a blind hatred
towards all conditions which it considers above itself, for it has no
understanding of the meaning of class and condition.
JEWS WILL BE SAFE
11. THIS HATRED WILL BE STILL FURTHER MAGNIFIED BY THE EFFECTS of an ECONOMIC CRISES,
which will stop dealing on the exchanges and bring industry to a
standstill. We shall create by all the secret subterranean methods open
to us and with the aid of gold, which is all in our hands, A
UNIVERSAL ECONOMIC CRISES WHEREBY WE SHALL THROW UPON THE STREETS WHOLE
MOBS OF WORKERS SIMULTANEOUSLY IN ALL THE COUNTRIES OF EUROPE. These
mobs will rush delightedly to shed the blood of those whom, in the
simplicity of their ignorance, they have envied from their cradles, and
whose property they will then be able to loot.
12 “OURS” THEY WILL NOT TOUCH, BECAUSE THE MOMENT OF ATTACK WILL BE KNOWN TO US AND WE SHALL TAKE MEASURES TO PROTECT OUR OWN.
13. We have demonstrated that progress will bring all the GOYIM
to the sovereignty of reason. Our despotism will be precisely that; for
it will know how, by wise severities, to pacificate all unrest, to
cauterize liberalism out of all institutions.
14. When the populace has seen that all sorts of concessions
and indulgences are yielded it, in the same name of freedom it has
imagined itself to be sovereign lord and has stormed its way to power,
but, naturally like every other blind man, it has come upon a host of
stumbling blocks. IT HAS RUSHED TO FIND A GUIDE, IT HAS NEVER HAD THE SENSE TO RETURN TO THE FORMER STATE and it has laid down its plenipotentiary powers at OUR feet. Remember the French Revolution, to which it was we who gave the name of “Great”: the secrets of its preparations are well known to us for it was wholly the work of our hands.
15 Ever since that time we have been leading the peoples from
one disenchantment to another, so that in the end they should turn also
from us in favor of that KING-DESPOT OF THE BLOOD OF ZION, WHOM WE ARE PREPARING FOR THE WORLD.
16. At the present day we are, as an international force,
invincible, because if attacked by some we are supported by other
States. It is the bottomless rascality of the GOYIM peoples, who
crawl on their bellies to force, but are merciless towards weakness,
unsparing to faults and indulgent to crimes, unwilling to bear the
contradictions of a free social system but patient unto martyrdom under
the violence of a bold despotism, it is those qualities which are
aiding us to independence. From the premier- dictators of the present
day, the GOYIM peoples suffer patiently and bear such abuses as for the least of them they would have beheaded twenty kings.
17. What is the explanation of this phenomenon, this curious
inconsequence of the masses of the peoples in their attitude towards
what would appear to be events of the same order?
18. It is explained by the fact that these dictators whisper
to the peoples through their agents that through these abuses they are
inflicting injury on the States with the highest purpose, to secure the
welfare of the peoples, the international brotherhood of them all,
their solidarity and equality of rights. Naturally they do not tell the
peoples that this unification must be accomplished only under our
sovereign rule.
19. And thus the people condemn the upright and acquit the
guilty, persuaded ever more and more that it can do whatsoever it
wishes. Thanks to this state of things, the people are destroying every
kind of stability and creating disorders at every step.
20. The word “freedom” brings out the communities of men to fight against every kind of force, against every kind of authority even against God
and the laws of nature. For this reason we, when we come into our
kingdom, shall have to erase this word from the lexicon of life as
implying a principle of brute force which turns mobs into bloodthirsty
beasts.
21. These beasts, it is true, fall asleep again every time
when they have drunk their fill of blood, and at such time can easily be
riveted into their chains. But if they be not given blood they will not
sleep and continue to struggle.
(sumber:http://www.theforbiddenknowledge.com/hardtruth/illuminatiprotocols.htm)
(sumber:http://www.theforbiddenknowledge.com/hardtruth/illuminatiprotocols.htm)
Artinya :
PROTOKOLAT (RENCANA) PARA TETUA ZION YANG BIJAK
PROTOKOLAT No. 2
1. Merupakan suatu hal yang penting sekali bagi tujuan kita bahwa peperangan itu, sejauh mungkin, tidaklah harus menghasilkan penambahan wilayah: jadi perang itu akan dilakukan atas dasar pertimbangan ekonomi, dimana berbagai bangsa akan dapat merasakan kekuatan dan keunggulan kita melalui bantuan yang kita berikan, dan karena hal inilah akan menempatkan kedua belah pihak pada belas kasihan dari kantor-kantor agen internasional kita:
yang selalu memiliki jutaan mata untuk mengawasi tanpa dirintangi oleh
batasan-batasan apa pun. Kemudian hak-hak internasional kita itu akan
meniadakan hak-hak nasional (mereka), dalam artian hak yang tepat, dan
akan mengatur berbagai bangsa persis seperti undang-undang sipil Negara
mengatur hubungan diantara rakyat mereka sendiri.
2. Para penyelenggara pemerintahan, akan kita
pilih dari kalangan masyarakat, dengan memperhatikan secara ketat
kapasitas mereka untuk tunduk patuh sepenuhnya (laksana budak bagi kita), (mereka
itu) tidak akan menjadi orang-orang yang dilatih dalam seni
pemerintahan, sehingga dengan mudah digunakan sebagai pion-pion dalam
permainan kita (yang berada) dalam genggaman tangan orang-orang
terpelajar dan cerdas yang akan menjadi penasehat-penasehat mereka, para
spesialis yang diasuh dan dipelihara sejak usia dini untuk mengatur
berbagai kepentingan (kita) di seluruh dunia.
Sebagaimana yang sudah anda ketahui, bahwa para spesialis kita ini akan ditempatkan (pada posisi) sebagai pengatur informasi yang mereka butuhkan atas rencana politik kita dari berbagai pelajaran sejarah, dari pengamatan atas berbagai peristiwa yang berlalu. Goyim (mereka yang Non-Yahudi itu) tidak (akan) dituntun untuk penggunaan praktis atas pengamatan sejarah yang tidak berpihak / bebas prasangka, tetapi akan dituntun oleh teori rutinitas tanpa bersikap kritis terhadap akibat yang akan ditimbulkan. Oleh karenanya, kita tidak perlu mengindahkan mereka – biarkan saja mereka itu asyik bersenang-senang hingga saatnya tiba, atau hidup dalam harapan-harapan mereka (untuk terciptanya) bentuk baru dari upaya masa lalu, atau pada berbagai kenangan masa lalu yang pernah mereka nikmati.
Biarkanlah mereka itu memainkan peran utama sebagaimana yang telah kita bujuk mereka untuk menerimanya laksana ilmu pengetahuan (yang didiktekan) atas mereka. Dengan tujuan nyata inilah secara konstan, dengan pertolongan Pers-Pers kita, (akan) menumbuhkan keyakinan buta mereka kepada teori-teori yang kita ajarkan.
Para intelektual Goyim (non-Yahudi) itu akan membanggakan diri mereka sendiri dengan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh tanpa pembuktian logis terhadap teori-teori tersebut untuk diterapkan sampai semua informasi yang tersedia dari sains itu mendatangkan hasil, padahal (sebenarnya) para spesialis kantor-kantor agen kita dengan liciknya telah mengumpulkan semuanya itu dengan tujuan untuk mendidik (menggiring) pemikiran mereka ke arah yang kita inginkan.
Sebagaimana yang sudah anda ketahui, bahwa para spesialis kita ini akan ditempatkan (pada posisi) sebagai pengatur informasi yang mereka butuhkan atas rencana politik kita dari berbagai pelajaran sejarah, dari pengamatan atas berbagai peristiwa yang berlalu. Goyim (mereka yang Non-Yahudi itu) tidak (akan) dituntun untuk penggunaan praktis atas pengamatan sejarah yang tidak berpihak / bebas prasangka, tetapi akan dituntun oleh teori rutinitas tanpa bersikap kritis terhadap akibat yang akan ditimbulkan. Oleh karenanya, kita tidak perlu mengindahkan mereka – biarkan saja mereka itu asyik bersenang-senang hingga saatnya tiba, atau hidup dalam harapan-harapan mereka (untuk terciptanya) bentuk baru dari upaya masa lalu, atau pada berbagai kenangan masa lalu yang pernah mereka nikmati.
Biarkanlah mereka itu memainkan peran utama sebagaimana yang telah kita bujuk mereka untuk menerimanya laksana ilmu pengetahuan (yang didiktekan) atas mereka. Dengan tujuan nyata inilah secara konstan, dengan pertolongan Pers-Pers kita, (akan) menumbuhkan keyakinan buta mereka kepada teori-teori yang kita ajarkan.
Para intelektual Goyim (non-Yahudi) itu akan membanggakan diri mereka sendiri dengan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh tanpa pembuktian logis terhadap teori-teori tersebut untuk diterapkan sampai semua informasi yang tersedia dari sains itu mendatangkan hasil, padahal (sebenarnya) para spesialis kantor-kantor agen kita dengan liciknya telah mengumpulkan semuanya itu dengan tujuan untuk mendidik (menggiring) pemikiran mereka ke arah yang kita inginkan.
PENDIDIKAN YANG MERUSAK
3. Jangan
sedikitpun mengira bahwa pernyataan-pernyataan tersebut diatas hanyalah
kata-kata kosong belaka: pikirkanlah baik-baik tentang berbagai
keberhasilan kita mengatur Darwinisme, Marxisme, Nietzche-isme.
Bagaimanapun juga, kita orang-orang Yahudi, harus melihat dengan jelas,
betapa besarnya kehancuran yang ditimbulkan oleh tuntunan-tuntunan salah
yang kita tanamkan ke dalam benak para Goyim (non-Yahudi) itu.
4. Kita perlu
mengamati cara berpikir, karakter, dan kecenderungan dari berbagai
bangsa agar terhindar dari ketergelinciran dalam politik dan dalam
mengarahkan urusan-urusan administrasi. Keunggulan sistem kita ini,
dimana komponen dari perlengkapannya adalah bisa bervariasi, yang
penyediaannya disesuaikan dengan temperamen berbagai orang yang kita
temui dalam perjalanan (upaya kita), bisa saja menemui kegagalan apabila
aplikasi praktisnya tidak didasarkan pada (mengambil) kesimpulan atas
pelajaran di masa lalu untuk pencerahan di masa kini.
5. Dalam kekuasaan berbagai Negara di masa kini terdapat sebuah kekuatan besar yang (dapat) menciptakan gerakan pemikiran di kalangan rakyat, yakni kekuatan Pers.
Peran yang dimainkan oleh Pers tersebut adalah selalu menjadikan
berbagai persyaratan kita itu untuk menjadi sesuatu yang selalu
dibutuhkan, untuk memberikan suara atas berbagai keluhan rakyat, untuk
mengekspresikan dan untuk menciptakan rasa ketidakpuasan dalam kalangan
rakyat.
Dalam Pers inilah kemenangan dari kebebasan untuk berbicara itu menemukan penjelmaannya. Tetapi negeri-negeri Goyim (non-Yahudi) itu belum tahu bagaimana cara menggunakan kekuatan ini; dan kekuatan ini telah jatuh kedalam kekuasaan kita.
Melalui Pers ini lah kita berhasil meraih kekuasaan untuk mempengaruhi, sementara diri kita sendiri tetap berada dibelakang layar; berkat Pers jugalah kita berhasil membuat emas jatuh ke dalam kekuasaan kita, meski kita harus mendapatkannya dari hasil pertumpahan darah dan tetesan air mata. Tetapi itu lah bayaran kita, meski kita mengorbankan begitu banyak rakyat kita. Setiap korban (yang jatuh) dari pihak kita dalam pandangan Tuhan (kita) adalah bernilai seribu Goyim (non-Yahudi).
Dalam Pers inilah kemenangan dari kebebasan untuk berbicara itu menemukan penjelmaannya. Tetapi negeri-negeri Goyim (non-Yahudi) itu belum tahu bagaimana cara menggunakan kekuatan ini; dan kekuatan ini telah jatuh kedalam kekuasaan kita.
Melalui Pers ini lah kita berhasil meraih kekuasaan untuk mempengaruhi, sementara diri kita sendiri tetap berada dibelakang layar; berkat Pers jugalah kita berhasil membuat emas jatuh ke dalam kekuasaan kita, meski kita harus mendapatkannya dari hasil pertumpahan darah dan tetesan air mata. Tetapi itu lah bayaran kita, meski kita mengorbankan begitu banyak rakyat kita. Setiap korban (yang jatuh) dari pihak kita dalam pandangan Tuhan (kita) adalah bernilai seribu Goyim (non-Yahudi).
PROTOKOLAT (RENCANA) PARA TETUA ZION YANG BIJAK
PROTOKOLAT No. 3
1. Hari ini saya beritahukan anda sekalian bahwa tujuan kita saat ini hanyalah tinggal beberapa langkah lagi saja. Hanya tinggal satu ruang kecil lagi untuk dilintasi, dan seluruh perjalanan panjang yang telah kita tapaki itu kini siap untuk ditutup belitannya oleh sang simbol Ular, yang melambangkan rakyat kita. Ketika lingkaran itu menutup, maka (berarti) semua negara Eropa akan terkurung di dalam belitannya bagaikan berada dalam sebuah kurungan jahat yang amat kuat.
The Jew-Bolshevic Emblem, surrounded by the Symbolic Serpent.
See Protocol III and also the Epilogue.
See Protocol III and also the Epilogue.
(Lambang Yahudi Bolshevic, dikelilingi oleh simbol Ular)
2. Berbagai
skala konstitusi/Undang-Undang Dasar di masa kini tidak lama lagi
akan segera menemukan kehancurannya, karena Undang-Undang itu
(sebenarnya) telah kita susun dengan kekurangan tertentu dalam
keakuratan keseimbangannya sehingga Undang-Undang itu bisa
diombang-ambingkan ke kiri dan ke kanan tiada henti sampai
skala konstitusi itu menjadi aus karena perputaran pada porosnya. Goyim
(Non-Yahudi) merasa bahwa mereka telah mematri Undang-Undang itu dengan
cukup kuat dan mereka menunggu sekian lama dengan harapan bahwa skala
(Undang-Undang) itu akan mencapai keseimbangannya. Akan tetapi, yang
menjadi porosnya ,yakni para raja / penguasa yang berada diatas
singgasana mereka itu, terkurung oleh para wakil mereka yang bertindak
bodoh, putus asa dan kebingungan oleh kekuasaan mereka sendiri yang tak
terkendali serta tak bertanggungjawab. Kekuasaan ini mereka peroleh
melalui teror yang dihembuskan ke dalam istana-istana (mereka). Karena
mereka tidak memiliki cara untuk menjangkau ketengah-tengah rakyat
mereka, maka tahta-tahta empuk itu tidak bisa lebih lama lagi mereka
pertahankan; dan mereka tidak bisa lagi bertahan dari serangan para
pemburu kekuasaan. Kita lah yang menciptakan jurang yang dalam yang
memisahkan antara Kekuasaan Kedaulatan dengan kekuatan membabi-buta
rakyat, sehingga kedua belah pihak sama-sama kehilangan kekuatannya,
persis seperti halnya orang buta dengan tongkatnya, di mana keduanya tak
berdaya (ketika) terpisahkan.
3. Dalam rangka
menghasut para pemburu kekuasaan itu agar menyalahgunakan kekuasaan
mereka, kita atur agar semua kekuatan itu (muncul) sebagai oposisi satu
dengan yang lainnya, (sehingga) memutuskan kecenderungan
bebas mereka untuk memperoleh kemandirian/independensi. Untuk tujuan
ini lah kita hasut setiap bentuk perusahaan, kita persenjatai semua
pihak, kita jadikan Penguasa/Kekuasaan sebagai target dari setiap ambisi (manusia). Negara-negara
tersebut kita jadikan sebagai arena gladiator yang menjadi ajang dari
begitu banyak isu perdebatan yang membingungkan didalamnya ….. Tidak
berapa lama lagi kekacauan dan kebangkrutan pun akan mendunia …..
4. Para penceloteh
(maksudnya adalah: para wakil rakyat) tak kenal lelah memasuki
berbagai pidato untuk menduduki Badan-Badan Parlementer dan
Pemerintahan. Jurnalis-jurnalis yang berani dan penebar pamflet yang tak
bermoral tiap hari (akan) menyerang para pejabat pemerintahan. Para
penyalahguna kekuasaan akan membuat sentuhan akhir yang menyebabkan
keruntuhan lembaga-lembaga tersebut, dan segala sesuatu pun akan
berhamburan ke udara karena hantaman massa yang menggila.
KEMISKINAN ADALAH SENJATA KITA
5. Rakyat berada dalam belenggu kerja keras yang makin berat akibat kemiskinan yang semakin parah dari hari ke hari. Mereka dibelenggu oleh perbudakan dan penghambaan;
yang dari sinilah, karena satu dan lain halnya, mereka mungkin
membebaskan dirinya. Hal tersebut bisa diatasi, tetapi dengan suatu
kehendak / keinginan yang mana mereka tidak bisa lari daripadanya. (Maka) kita masukkan lah kedalam Undang-Undang (konstitusi)
itu suatu hak asasi bagi massa (rakyat) yang merupakan hak yang fiktif
(semu) dan bukanlah hak asasi (dalam arti) yang sebenarnya. Semua itu disebut sebagai “Hak-Hak Asasi Manusia”
yang (sebenarnya) hanya ada dalam cita-cita (mereka) saja, (karena)
cita-cita itu tidak akan pernah bisa diwujudkan dalam kehidupan yang
sebenarnya. Apa yang (sesungguhnya bisa) diperoleh para buruh dari
kalangan rakyat jelata itu, yang bekerja dua kali lipat lebih berat,
dihimpit oleh beban-beban hidupnya; (hanya) karena para penceloteh
diberi hak berceloteh (maksudnya: wakil rakyat yang duduk di
parlemen-parlemen), (hanya) karena para jurnalis diberi hak
mencorat-coret segala omong-kosong yang bercampur-baur dengan (berita)
yang benar; maka (pada dasarnya) rakyat jelata itu tidak mendapat keuntungan apa pun dari Undang-Undang (konstitusi)
yang hanya menyisakan remah-remah roti belas kasihan, yang kita
lemparkan dari meja kita sebagai balasan atas suara yang mereka berikan
kepada kita, karena setuju pada apa yang kita diktekan, setuju dengan
orang-orang yang kita tempatkan pada (posisi) Kekuasaan, yang sebenarnya (para Penguasa itu) hanyalah merupakan budak dari kantor-kantor agen kita
….. Hak Republik bagi seorang lelaki yang miskin itu tidak lebih
hanyalah seberkas ironi pahit, karena untuk keperluan itu lah ia harus
bekerja keras hampir setiap hari yang (pada dasarnya) memberinya sesuatu
yang nyaris tak berarti, dan disisi lain merampas semua jaminan bagi
dirinya untuk mendapatkan penghasilan yang rutin dan tertentu dengan
membuatnya bergantung pada aksi-aksi pemogokan yang dilakukan oleh
rekan-rekannya yang terkungkung oleh majikan-majikannya.
6. Orang-orang
yang berada di bawah kendali kita itu telah menghancurkan kaum
bangsawan, yang dahulunya adalah merupakan satu-satunya pertahanan
mereka dan (bagaikan) ibu angkat bagi keuntungan diri mereka yang tak
terpisahkan dengan kesejahteraan mereka. Sekarang, setelah
kebangsawanan hancur, (maka) rakyat jatuh kedalam genggaman para
bajingan pemutar uang yang kejam, yang telah meletakkan beban secara
bengis dan kejam yang menjerat leher kaum buruh.
7. Kita akan tampil diatas pentas sebagai penyelamat
bagi kaum buruh dari apa yang menindas mereka, dimana (ketika itu) kita
mengusulkan padanya untuk memasuki jajaran para pejuang kita yakni : kaum Sosialis, Anarkis dan Komunis yang kepada golongan-golongan
ini selalu kita beri dukungan sesuai aturan persaudaraan sebagaimana
yang dikatakan orang (yakni solidaritas seluruh ummat manusia) dari
keramahtamahan dan sosialnya Masonry kita. Kaum bangsawan, yang
diberi kenikmatan oleh undang-undang ketenagakerjaan dari para pekerja,
sebenarnya tertarik untuk melihat para pekerjanya itu cukup pangan,
sehat, dan kuat. Namun kita justru tertarik pada yang sebaliknya – yakni: pengurangan dan pembunuhan terhadap Goyim (Non-Yahudi). Kekuatan
kita justru terletak pada kekurangan pangan yang kronis dan kelemahan
fisik dari para pekerja karena dengan segala cara itulah mereka menjadi
budak dari keinginan kita, dan mereka tidak akan dapat menemukan dengan kekuatan dirinya sendiri, suatu energi untuk menentang kemauan kita. Kelaparan menjadikan para kapitalis dapat mengatur pekerjanya dengan cara yang lebih meyakinkan lagi daripada apa yang diberikan oleh kaum bangsawan sebagai raja yang berkuasa secara sah.
8. Akibat (faktor) kekurangan, kecemburuan dan kebencian yang muncul itu, maka akan kita gerakkan massa, yang dengan kekuatan mereka (massa), akan kita sapu semua penghalang perjalanan kita.
9. Ketika waktunya tiba bagi sang Tuhan Penguasa Dunia*
ini untuk dinobatkan, maka tangan-tangan yang sama inilah yang akan
menyapu habis semua yang menjadi penghalang kita. (*Al-Masihud Dajjal)
10. Goyim (Non-Yahudi) telah kehilangan kebiasaan
berpikirnya, kecuali jika mereka itu diminta atas saran dari para
spesialis kita. Oleh karena itu mereka tidak bisa melihat kebutuhan yang
mendesak dari apa yang akan kita adopsi secara sekaligus, disaat
Kerajaan kita itu datang, katakanlah seperti ini, bahwa di
sekolah-sekolah nasional perlu sekali diajarkan sebuah ilmu pengetahuan
sederhana dan tulen, yang merupakan dasar dari segala ilmu pengetahuan,
yaitu ilmu pengetahuan tentang struktur kehidupan manusia, tentang
eksistensi sosial, yang membutuhkan pembagian kerja, yang berakibat pada
pembagian manusia menjadi berbagai kelas dan kondisi (lapisan
masyarakat). Hal ini perlu untuk kita ketahui bahwa karena adanya
perbedaan dalam berbagai bentuk kegiatan manusia inilah maka tidak
mungkin terjadi suatu kesetaraan, sehingga dia yang berkompromi terhadap
seluruh kalangan adalah tidak bisa bertanggungjawab secara setara
dihadapan hukum, kecuali akan berakibat pada kehormatan dirinya sendiri.
Pengetahuan yang benar tentang struktur masyarakat, tetap menjadi suatu
rahasia yang kita larang Goyim (Non-Yahudi) untuk mengetahuinya; akan
memperlihatkan pada manusia bahwa berbagai jabatan dan pekerjaan itu
haruslah tetap berada di dalam sebuah lingkaran tertentu, dimana
berbagai jabatan dan pekerjaan itu tidak boleh menjadi sumber
penderitaan manusia, yang timbul dari pendidikan yang tidak sesuai
dengan pekerjaan, yang setiap individu itu disuruh untuk melakukannya.
Setelah melalui studi yang mendalam tentang pengetahuan ini, orang-orang
akan secara sukarela tunduk pada kekuasaan dan menerima posisinya
sebagaimana yang telah ditunjuk oleh Negara. Disaat pengetahuan dan
arahan telah kita berikan untuk perkembangan masyarakat, yang secara membabi buta percaya pada Media Cetak memberikan penghargaan padanya berkat adanya desakan-desakan yang
sebenarnya ditujukan untuk menyesatkan mereka dan berkat kedunguan
mereka sendiri sebuah kebencian buta terhadap semua kondisi yang
mereka anggap berada di luar diri mereka, karena mereka itu (sebenarnya)
tidak memiliki pemahaman tentang makna kelas dan kondisi.
YAHUDI AKAN SELAMAT
11. Kebencian ini masih akan terus menggelembung sebagai akibat dari pengaruh krisis ekonomi, yang menghentikan perdagangan bursa dan memacetkan industri. Dengan metode perdagangan gelap (rahasia), yang terbuka hanya bagi kita sendiri, serta dengan bantuan emas yang semuanya berada dalam genggaman kita; maka krisis ekonomi dunia akan kita ciptakan, dimana secara serentak massa dari kalangan buruh akan kita turunkan ke jalan-jalan di seluruh negara Eropa. Massa ini akan menyerbu bersorak-sorai untuk menumpahkan darah manusia, sebagai akibat dari kebencian yang telah lama terpendam didalam diri mereka sejak kecil. Dan akan menjarahi semua harta benda yang mudah mereka ambil.
12. “Harta milik kita”
tidak akan mereka sentuh, karena disaat serangan itu muncul maka hal
itu telah kita ketahui terlebih dahulu sebelumnya, sehingga kita dapat
mengambil tindakan untuk melindungi harta milik kita.
13. Kita
telah mendemonstrasikan bahwa kemajuan itu akan membawa semua Goyim
(Non-Yahudi) pada alasaan kedaulatan. Kedzoliman kita akan tepat seperti
itu; karena dengan cara itulah kita tahu bahwa penyiksaan bijaksana ini
akan menenangkan semua keresahan dan membakar liberalisme keluar dari
seluruh lembaga.
14. Ketika massa
(rakyat) melihat bahwa segala jenis konsesi dan keikutsertaan itu
diberikan kepada mereka atas nama kebebasan (freedom), maka massa
(rakyat) membayangkan diri mereka sendiri sebagai tuan atas Penguasa
yang berdaulat dan meretas jalan bagi mereka untuk menuju kekuasaan.
Akan tetapi, secara alami, seperti halnya setiap orang buta, massa
(rakyat) itu menemukan banyak sekali batu sandungan, sehingga mereka
bersegera mencari sebuah panduan lain. Mereka tidak akan pernah punya
keinginan untuk kembali ke Negaranya yang semula, namun mereka
menyerahkan kekuatannya secara penuh dibawah kaki kita. Ingatlah
Revolusi Besar Perancis, dimana kitalah yang memberi nama “Besar” itu:
Rahasia-rahasia untuk mempersiapkan Revolusi Besar itu kita ketahui
sangat jelas, karena seluruh rencana itu sebenarnya merupakan hasil
karya dari tangan kita sendiri.
15. Sejak
kita menggiring rakyat dari satu kekecewaan ke berbagai kekecewaan
lainnya, maka pada akhirnya mereka pun terpaksa berpaling dari kita,
menuju sang Raja Lalim keturunan Zion, yang sedang kita persiapkan untuk dunia ini.
16. Pada masa
sekarang ini kita, merupakan sebuah kekuatan internasional yang tak
terkalahkan, karena bila diserang oleh sebuah Negara, maka kita akan
didukung oleh Negara-Negara lainnya. Kekuatan kita ini merupakan
penipuan habis-habisan terhadap rakyat Goyim (Non-Yahudi),
yang merangkak diatas perut mereka untuk meraih kekuasaan, tetapi tidak
berbelas kasih terhadap kelemahan, tidak kenal ampun terhadap
kekeliruan, dan sangat gemar pada tindak kejahatan, tidak mau memikul
kontradiksi yang muncul dari sebuah sistem sosial bebas, tetapi bersabar
pada kesyahidan dibawah kekerasan dari kedzoliman yang kejam –
kualitas-kualitas seperti inilah yang membantu independensi kita. Dari
para diktator utama masa sekarang inilah rakyat Goyim (Non-Yahudi)
dengan penuh kesabaran menanggung derita, dan menahan berbagai siksaan
berat semacam ini, karena mereka yang paling kurang sabar tentunya telah “memenggal kepala dua puluh raja” (maksudnya: kiasan tentang ekspresi kemurkaan seseorang).
17. Apakah
penjelasan bagi fenomena ini, ketidakberurutan yang aneh dari sikap
sekumpulan massa rakyat terhadap berbagai peristiwa yang tampak
tertata-sama ?
18. Hal ini dapat dijelaskan dengan adanya fakta bahwa para diktator
membisiki rakyat, melalui agen-agen mereka, bahwa praktek pelanggaran
masyarakat ini mencederai Negara yang tujuan puncaknya adalah untuk
mengamankan kesejahteraan rakyat, persaudaraan internasional,
solidaritas, dan persamaan hak-hak mereka. Namun tentu saja, mereka tidak mengungkapkan kepada rakyat, bahwa penyatuan itu haruslah dicapai melalui kedaulatan / kekuasaan dibawah kita.
19. Dengan
demikian rakyat (akan) mengutuk yang jujur (lurus) dan membebaskan
(pihak) yang berdosa / bersalah, membujuk dan terus membujuk bahwa hal
itu dapat dilakukan sebagaimana yang diinginkan. Berkat keadaan seperti
inilah maka rakyat merusak setiap jenis stabilitas dan menciptakan
kekacauan pada setiap langkah mereka.
20. Kata
“kebebasan” itu (akan) membawa berbagai kelompok manusia kepada
penentangan terhadap setiap jenis kekuatan, melawan setiap otoritas,
bahkan menentang Tuhan dan hukum alam juga. Untuk alasan inilah, ketika
telah sampai pada kerajaan kita, (maka kita) akan menghapuskan kata
tersebut (“kebebasan”) dari kamus kehidupan, karena mengimplikasikan
prinsip kekuatan brutal yang (dapat) membawa massa menjadi binatang buas
yang haus darah.
21. Memang benar,
“binatang-binatang buas” ini pasti jatuh tertidur lelap lagi setelah
mereka kenyang minum darah, sehingga pada saat itulah dengan mudah
(dapat) dipaku ke rantai-rantai (pengikat) mereka. Akan tetapi, jika
mereka tidak diberi darah, (maka) mereka tidak akan pernah bisa tidur
dan akan terus berkelahi.
Kesimpulan :
Demikianlah, bunyi Protokolat Zionisme ke-2 dan 3, yang bila disimpulkan secara ringkas adalah sebagai berikut :
1) Zionis Yahudi akan menjadikan peperangan sebagai jalan untuk mengikat Negara-Negara yang dibantunya.
2) Para penyelenggara masyarakat (di berbagai negara yang telah berada dalam cengkeraman Yahudi) itu, akan dipilih dari kalangan rakyat yang memiliki sikap tunduk-patuh bagaikan budak pada Yahudi, sehingga dengan mudah dijadikan pion-pion oleh Yahudi untuk menjalankan kepentingannya diberbagai penjuru dunia.
3) Berbagai teori yang merusak seperti Darwinisme,
Marxisme, Nietzche-isme akan ditanamkan oleh Yahudi kedalam pikiran
Goyim (Non-Yahudi) untuk menimbulkan kehancuran bagi mereka
(Non-Yahudi).
4) Yahudi akan menggunakan kekuatan Pers (Media Massa) untuk mengontrol dunia (baik mengendalikan pemerintahan, mengendalikan massa / rakyat, mengontrol arus informasi, sistem keuangan, dsbnya) dari belakang layar.
5) Sistem konstitusi (Undang-Undang) yang diciptakan oleh Yahudi itu
sengaja dibuat dengan ketidak-akuratan atau ketidakseimbangan, agar
negara-negara yang berada dalam cengkraman mereka (Yahudi) senantiasa
berada dalam kekacauan, baik kekacauan dalam sistem pemerintahannya (Penguasa-nya), maupun kekacauan / kecekcokan diantara rakyatnya.
6) Hak Asasi Manusia (HAM) yang diciptakan oleh Yahudi itu hanyalah Hak Asasi yang bersifat semu / fiktif belaka, bukan Hak Asasi dalam makna yang sebenarnya.
7) Freemasonry Yahudi & Zionis-nya mendukung golongan Sosialis, Anarkis dan Komunis.
8) Kapitalisme digunakan Yahudi untuk menjerat dan menekan rakyat, serta melakukan pengurangan dan pembunuhan terhadap Goyim (Non-Yahudi).
9) Zionis Yahudi lah yang menciptakan Krisis Ekonomi Dunia.
10) Zionis Yahudi sedang mempersiapkan kedatangan “Tuhan Penguasa Dunia” mereka (maksdunya : al Masih-Dajjaal)
11) Pada saat ini, mereka (Yahudi dengan Zionisme-nya) merupakan kekuatan internasional yang tak terkalahkan, karena apabila mereka diserang oleh satu Negara, maka Negara-Negara lainnya akan membelanya.
12) Kata “KEBEBASAN” (freedom) dapat menjadikan berbagai
kelompok manusia menentang terhadap setiap jenis kekuatan, berbagai
otoritas, bahkan digunakan untuk menentang Allah dan hukum alam. Jika kerajaan Zionis Yahudi sudah terbentuk, maka kata “KEBEBASAN” (freedom) akan dihapus (dari kamus) mereka (maksudnya : Tidak ada lagi kebebasan bagi manusia, ketika kerajaan Zionis Yahudi telah terbentuk)
Demikianlah, betapa mengerikannya rencana / agenda Freemasonry Yahudi dengan Zionisme-nya
itu untuk menguasai dunia. Dan apa yang menjadi rencana mereka tersebut
sungguh-sungguh nyata dan dapat kita rasakan sendiri keberadaannya
disekitar kita. Oleh karena itu, wahai kaum Muslimin, bagian dari kita
mengkaji perkara Freemasonry Yahudi dan (minimal) 9 tantangan
Ummat Islam ini adalah untuk membuka kesadaran kaum Muslimin, agar kaum
Muslimin bangkit, kembali kepada dien-nya, menuntut ilmu dien dengan pemahaman yang benar, istiqomah diatasnya, mengamalkan dan mendakwahkannya, serta ber-amar ma’ruf dan nahi mungkar untuk mencegah kemungkaran yang semakin hari semakin merebak.
Waspadalah, Perwakilan Yahudi sudah ada di Indonesia
Jika di Amerika Serikat ada lembaga lobi Yahudi “The American Israel Public Affair Comitte” (AIPAC) yang sangat berperan penting dalam menyetir kebijakan politik di Amerika, maka di Indonesia pada Jumat, 29 Januari 2010, sebuah LSM bernama “Komite Urusan Publik Indonesia-Israel” (The Indonesia Israel Public Affair Comitte – IIPAC) telah dirilis ke masyarakat di wilayah Jakarta. Delapan tahun sebelumnya, IIPAC secara resmi telah didirikan dengan akta pendirian yang ditetapkan di Jakarta, 21 Januari 2002, dan dicatat serta didaftarkan dalam buku daftar nomor 01/D/2010 tertanggal 15 Februari 2010 yang ditandatangani oleh notaris Nirmawati Marcia, SH. Tercatat nama-nama pendiri IIPAC, yaitu: Benjamin Ketang, Sakata Barus, Hani Yahya Assegaf alias Hans Sagov dan Y. Gatot Prihandono, S.SI.
Diantara nama-nama pendiri IIPAC tersebut, Benjamín Ketang (yang bernama asli: Nur Hamid Ketang), alumnus S2 / program magister dalam bidang Jewish Civilization (Peradaban Yahudi) di The Hebrew University of Jerusalem Rothbergh International School (2006) dan fasih dalam mengutip Talmud dan Midras,
ini lah yang secara aktif sering muncul dan memberikan pernyataan
kepada publik. Ia menyatakan bahwa organisasinya bertujuan menggalang
lobi-lobi bisnis dengan Israel, dan organisasinya telah bekerjasama
dengan AIPAC–lobby Yahudi terbesar di Amerika Serikat–dan AIJAC, sejawat mereka di Australia (lihat milisnya: http://iipac.wordpress.com/).
Bagi Yahudi, bisnis itu tidak semata-mata merupakan bisnis, tetapi tujuan pokok mereka adalah untuk menancapkan kekuasaan mereka diseluruh dunia, demi terbentuknya The New World Order (Tatanan Dunia Baru) dibawah kendali Zionisme Internasional.
II. Sikap Muslimin semestinya terhadap Media Massa
1. Imunisasi ‘Aqidah
Freemasonry Yahudi dan Zionis telah berkiprah, bahkan mendominasi, menguasai dan memiliki 96% Media Massa di dunia ini (silakan baca kembali kajian lalu berjudul “Media Massa dan Pengaruhnya”). Mereka menggunakan kekuatan uang / kapitalisme untuk menyokong upayanya menguasai Pers/Media Massa dunia. Dengan demikian, apabila di Indonesia diberlakukan swastanisasi,
maka disitu akan terjadi kompetisi dimana siapa yang paling kaya maka
dialah yang akan menang dan berkuasa. Dengan kata lain, terbukalah jalan
mulus bagi para Kapitalis untuk menguasai Indonesia.
Perusahaan-perusahaan besar dibidang penyiaran di tanah air kita ini
(RCTI, SCTV, ANTV, Trans TV, Global TV, MNC, TPI, dan lain-lain) tidak
mustahil dengan mudah dibeli saham-sahamnya oleh pemodal asing dalam hal
ini adalah Yahudi, karena Yahudi memiliki kepentingan untuk menguasai media-media massa di seluruh dunia.
Sementara itu, urusannya pun bukan hanya perkara kaya dan miskin saja
(dimana kaum Muslimin akan semakin di-miskin-kan dan kaum Yahudi
semakin di-kaya-kan dengan sistem kapitalisme tersebut), melainkan juga urusan Ideologi yang disebarkan melalui Media Massa yang telah dikuasai oleh para Kapitalis.
Hendaknya kaum Muslimin memiliki “sikap”, yakni: kita harus banyak "meng-imunisasi” diri dan keluarga kita dari virus “TBC" (Takhayul, Bid’ah dan Churofat)” yang gencar disebarkan melalui media-media massa saat ini. Kita harus mengokohkan ‘aqiidah Islamiyyah,
paling tidak pada diri dan keluarga kita terlebih dahulu, baru
sesudahnya pada sekitar kita; agar memiliki imunisasi terhadap berbagai
ideologi-ideologi yang menyimpang. Maka sungguh PR (“Pekerjaan Rumah”) kaum Muslimin saat ini banyak sekali. Kalau tidak rajin meng-“imunisasi” diri dari pemahaman dan ideologi yang menyimpang, maka hancurlah kaum Muslimin di Indonesia. Virus “TBC” (Takhoyul, Bid’ah dan Churofat) dengan mudahnya menempel pada dirinya.
Perhatikan ancaman Allah dalam QS. At Taubah (9) ayat 67 sebagai berikut :
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُم مِّن بَعْضٍ
يَأْمُرُونَ بِالْمُنكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ
أَيْدِيَهُمْ نَسُواْ اللّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ
الْفَاسِقُونَ
Artinya :“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma´ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasiq.”
Dalam ayat diatas, Allah SWT memberikan ancaman keras bagi orang-orang yang mengaku dirinya sebagai Muslim, tetapi pada hakekatnya ia menyuruh yang mungkar (yang buruk) dan melarang yang ma’ruf (yang baik), maka ia dikatakan Allah sebagai orang-orang munafik. Lalu Allah memberitakan bahwa orang-orang munaafiq itu “menggenggam benar tangan-tangan mereka”, maksudnya adalah bersikap bakhil dan kikir.
Orang-orang munaafiq itu lupa kepada Allah, maka
Allah pun melupakan mereka. Orang-orang munafiq itu
berpikir bahwa makar perbuatan mereka itu ampuh dan kuat; padahal bagi
Allah mereka itu lemah. Sungguh sangat mudah bagi Allah untuk menghancurkan makar mereka.
Allah berfirman dalam QS. An Naml (27) ayat 50-51 :
وَمَكَرُوا مَكْراً وَمَكَرْنَا مَكْراً وَهُمْ لَا
يَشْعُرُونَ ﴿٥٠﴾ فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا
دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ ﴿٥١﴾
Artinya : (50) “Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari.
(51) Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya.”
Orang-orang munaafiq adalah dikategorikan faasiq, artinya: keluar dari kebenaran.
Yang perlu digaris-bawahi dalam hal ini adalah :
“Jika yang disebarkan, dihidupkan, dipublikasikan, diajak dan
diperintahkan kepada masyarakat itu berupa kemungkaran; sementara yang
baik (ma’ruf) yang diajarkan oleh Allah dan Rosul-Nya justru dicegah, maka itu adalah pekerjaan orang-orang Munafik”.
Oleh karena itu hendaknya kaum Muslimin yang bekerja dibidang Media Massa memperhatikan betul ayat ini. Jangan sampai media massa yang merupakan pekerjaan sehari-harinya itu justru menyiarkan acara-acara berbau kesyirikan, takhoyul, bid’ah, khurofat, buka-bukaan aurot, free-sex, pergaulan bebas dan sebagainya. Lalu disisi lain ia justru malah berpartisipasi dalam menyebarkan Islamophobia.
Kelak di akhirat, orang-orang munaafiq itu ditempatkan oleh Allah di kerak-nya Neraka sebagaimana diberitakan dalam QS. An Nisaa’ (4) ayat 145. Na’uudzu billaahi min dzaalik !
Perhatikan firman-Nya dalam QS. An Nisaa’ (4) ayat 145 :
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيراً
Artinya :“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.”
Kemudian dalam QS. An Nuur (24) ayat 19, Allah berfirman sebagai berikut :
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي
الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Artinya :“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allooh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Al Imaam Al Baghowy dari kalangan Mufassiriin (beliau bermadzab Asy Syafi’i) berkata: “Maksud ayat tersebut adalah tersebarnya zina, sehingga zina menjadi nampak.”
Nah, berapa persen tayangan acara TV-TV di tanah air kita, Indonesia
ini, yang mendakwahkan agar wanita itu menutup aurot dengan baik dan
tidak ber-tabarruj? Hampir-hampir tidak ada. Bahkan TV-TV itu
justru menyiarkan / menayangkan wanita-wanita yang terbuka aurotnya.
Atau dengan kata lain, mengajarkan agar wanita itu “buka-bukaan” dan
kesana-kemari menebarkan zina.
Maka Allah pun memberikan peringatan keras bahwa: "Mereka yang suka menampakkan dan menyiarkan zina, maka bagi mereka adalah azab yang pedih di dunia dan di akhirat".
Oleh karena itu hendaknya kaum Muslimin hati-hati dan waspada, karena 96 % Media Massa di
dunia ini (termasuk Hollywood di Amerika Serikat) dikuasai oleh Yahudi.
Oleh karena itu, Indonesia yang media massa, film dan dunia hiburannya
banyak berkiblat ke Barat adalah sangat rentan terkontaminasi oleh
penanaman ideologi, budaya, pencitraan, pewarnaan dan pendidikan pola
pikir. Yahudi; yang sebenarnya menjauhkan kaum Muslimin dari Allah karena kaum Muslimin menjadi tertarik kepada yang mungkar
dan tidak suka atau bersikap “dingin” (acuh tak acuh) apabila diajak
pada perkara yang ma’ruf (yang baik). Mungkin sebagian dikalangan kaum Muslimin yang “peka”, dapat
merasakan gejalanya. Dimana-mana yang datang ke masjid bukan remaja,
melainkan orang-orang tua. Kemana anak-anak remaja, ABG,
pemuda-pemudanya itu? Yang datang ke masjid hanyalah sedikit dari antara
mereka. Bagaimana kalau generasi muda kaum Muslimin ini tersedot oleh
magnit media massa bentukan Yahudi dan Zionis-nya? Mereka lebih suka ke mall, bermain play-station, nonton bioskop, pacaran, nongkrong di café-café,
jalan-jalan tanpa tujuan, kebut-kebutan dan seterusnya? Betapa kita
kaum Muslimin sangat prihatin apabila generasi muda ini sudah tidak lagi
berminat ke masjid, yakni tempat yang dicintai oleh Allah.
Dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 671, dari Shohabat Abu Hurairoh, bahwa Rasulullah bersabda:
أَحَبُّ البلاد إلى الله مساجدها، وأبغض البلاد إلى الله أسواقها
Artinya:“Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid dan tempat yang paling dibenci Allah adalah pasar (dalam artian luas)”
Sementara fenomena yang terjadi sekarang ini adalah kebalikan dari Hadits tersebut, yakni: mall-mall/ pasar-pasarnya semakin banyak dan penuh pengunjung; sementara
masjid-masjidnya semakin kosong, hanya penuh dikala bulan Romadhoon
saja. Berarti, orang cenderung ke tempat-tempat yang dibenci Allah
dan semakin sedikit orang cenderung ke tempat-tempat yang
dicintai Allah.
Itulah situasi yang harus kita prihatinkan. Maka marilah kita bina
keluarga kita, anak-anak dan istri kita agar mereka terselamatkan ‘aqiidah-nya. Bila didalam keluarga, semakin banyak suami-suami/bapak-bapak yang memancarkan keimanannya terhadap keluarganya, maka insya Allah masyarakat pun akan ter-“imunisasi” ‘aqidah-nya.
Tetapi apabila para suami / para bapak bersikap masa-bodoh, hanya sibuk mencari uang dan duniawi, serta tidak peduli pada ‘aqiidah
keluarganya; maka hal itu berbahaya. Anak-anak dan istri-istri itu
adalah tanggungjawab para suami / bapak (yang kelak di akherat nanti
akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah); mereka
harus terus dikontrol. Apalagi kalau dia anak perempuan, harus dijaga baik-baik pergaulannya. Tidak boleh para bapak termakan isu bahwa di era
modern dan demokrasi ini maka “anak jangan banyak dilarang”. Itu pemikiran yang jelas-jelas salah. Justru para suami / para bapak harus semakin ketat menjaga ‘aqidah anak-anak dan istri-istrinya, mengingat kemungkaran semakin hari semakin merebak.
Generasi muda sekarang sudah tersedot oleh magnit duniawi yang
arusnya sedemikian kuat, sementara yang tinggal dan mau mendatangi
masjid hanyalah orang-orang tua saja. Bagaimana kalau generasi tua itu
mati, maka yang tinggal hanyalah generasi muda kaum Muslimin yang tidak
suka / enggan datang ke masjid. Yang tertinggal hanyalah generasi
narkoba, generasi hura-hura. Akan jadi apakah masa depan kaum Muslimin,
bangsa dan negara ini? Hal ini hendaknya menjadi tanggungjawab kita
semua. Minimal dimulai terlebih dahulu dari keluarga kita masing-masing.
2. Membenarkan Wahyu & Mengecheck terlebih dahulu kebenaran berita Media Massa
Bahkan jauh sebelum manusia berbicara tentang Media, Allah sudah berfirman tentang Al Qolam (Pena) sebagaimana dalam QS. Al Qolam (68) ayat 1 :
ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ
Artinya : “Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis.”
Jadi, Media itu sudah lama dikenal dalam Islam, bahkan sudah ada jauh sebelum manusia itu diciptakan, yakni sejak di Lauhul Mahfudz,
sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Abu Dawud no: 4700,
dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany, dari Shohabat
‘Ubaadah bin Shomit, bahwa Rasulullah bersabda :
إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ، فَقَالَ
لَهُ: اكْتُبْ قَالَ: رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبْ مَقَادِيرَ
كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
Artinya : “Pertama kali yang Allah ciptakan adalah Al Qolam (Pena), kemudian Allah berfirman : “Wahai Pena, tulislah olehmu.”
Penapun bertanya: “Apa yang harus aku tulis ya Allah?”
Allah berfirman: “Tulislah olehmu apa yang terjadi sampai hari Kiamat.”
Dengan demikian, Al Islam itu sudah sangat maju dalam perkara
Media; bukan hanya seperti peradaban Mesir Kuno, Cina Kuno atau
peradaban-peradaban manusia lainnya, tetapi bahkan Media dalam Islam adalah sudah ada sejak sebelum manusia itu sendiri diciptakan.
Kemudian didalam sejarah Islam, Media pun banyak digunakan, antara lain adalah sebagai berikut :
a) Khutbah
Khutbah Rasulullah terdiri dari Khutbah Jum’at, Khutbah Nikah, Khutbah ‘Iedul Fithr, Khutbah ‘Iedul Adha dan berbagai jenis khutbah lainnya. Semua itu adalah Media.
b) Ceramah
Terkadang Rasulullah setelah selesai sholat,
kemudian menghadap ke jamaa’ah dan ber-ceramah. Atau terkadang beliau ketika mengalami suatu kejadian atau mendengar suatu
perkara terjadi dikalangan Shohabatnya, maka beliau
segera naik mimbar dan berceramah.
Sebagai contohnya adalah Hadits-Hadits berikut ini:
- Hadits yang diriwayatkan oleh Imaam Muslim no: 7468 dalam shohih-nya, dari salah seorang Shohabat bernama Hudzaifah Ibnu Usaid Al Ghifaari, beliau berkata :
كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فِى غُرْفَةٍ
وَنَحْنُ أَسْفَلَ مِنْهُ فَاطَّلَعَ إِلَيْنَا فَقَالَ مَا تَذْكُرُونَ.
قُلْنَا السَّاعَةَ. قَالَ « إِنَّ السَّاعَةَ لاَ تَكُونُ حَتَّى تَكُونَ
عَشْرُ آيَاتٍ خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ فِى
جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَالدُّخَانُ وَالدَّجَّالُ وَدَابَّةُ الأَرْضِ
وَيَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَطُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَنَارٌ
تَخْرُجُ مِنْ قُعْرَةِ عَدَنٍ تَرْحَلُ النَّاسَ ». قَالَ شُعْبَةُ
وَحَدَّثَنِى عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ رُفَيْعٍ عَنْ أَبِى الطُّفَيْلِ عَنْ
أَبِى سَرِيحَةَ. مِثْلَ ذَلِكَ لاَ يَذْكُرُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه
وسلم- وَقَالَ أَحَدُهُمَا فِى الْعَاشِرَةِ نُزُولُ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ
-صلى الله عليه وسلم-. وَقَالَ الآخَرُ وَرِيحٌ تُلْقِى النَّاسَ فِى
الْبَحْرِ
Artinya : “Suatu ketika Rasulullah keluar menemui kami, sedangkan kami dalam keadaan satu-sama-lain mengingat (maksudnya: seorang Shohabat mengingatkan Shohabat yang lain mengenai ilmu yang telah diajarkan oleh Rasulullah), lalu beliau bertanya kepada kami: “Apa yang kalian ingat (yang kalian perbincangkan untuk mengingat sesuatu)?”
Kami (para Shohabat) menjawab: “Kami sedang mengingat As Saa’ah (Hari Kiamat)”.
Beliau bersabda: “Hari Kiamat tidak akan terjadi, sehingga kalian melihat sebelumnya muncul sepuluh tanda-tandanya :
- Terjadi tiga gerhana, terjadi di belahan timur, belahan barat dan di Jazirah Arab,
- Dukhaan (asap),
- Dajjal,
- Dabbah (hewan melata diatas muka bumi),
- Ya’juj wa Ma’juj,
- Terbit matahari dari barat,
- Api keluar dari negeri Yaman, menggiring manusia ke tempat mereka dikumpulkan oleh Allah
- Turunnya Isa putra Maryam.
عن أَبُي زَيْدٍ عَمْرو بْنَ أَخْطَبَ قَالَ صَلَّى
بِنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْفَجْرَ وَصَعِدَ
الْمِنْبَرَ فَخَطَبَنَا حَتَّى حَضَرَتِ الظُّهْرُ فَنَزَلَ فَصَلَّى
ثُمَّ صَعِدَ الْمِنْبَرَ فَخَطَبَنَا حَتَّى حَضَرَتِ الْعَصْرُ ثُمَّ
نَزَلَ فَصَلَّى ثُمَّ صَعِدَ الْمِنْبَرَ فَخَطَبَنَا حَتَّى غَرَبَتِ
الشَّمْسُ فَأَخْبَرَنَا بِمَا كَانَ وَبِمَا هُوَ كَائِنٌ فَأَعْلَمُنَا
أَحْفَظُنَا
Artinya : Dari Abu Zaid ‘Amr bin Akhthob , beliau berkata bahwa: “Rasulullah sholat shubuh bersama kami, kemudian naik keatas mimbar dan berkhutbah sehingga
tiba waktu dhuhur, kemudian turun (dari mimbar) dan sholat, kemudian
naik (mimbar) lagi dan kembali berkhutbah hingga tiba waktu ashar,
kemudian turun untuk sholat, kemudian naik ke mimbar lagi dan berkhutbah
hingga terbenam matahari. Dalam khutbah itu, Rasulullah memberitahu kami tentang apa yang akan terjadi (hingga hari kiamat), maka orang yang paling ‘alim dari kami, maka dia lah yang paling hafal.”
c) Risalah (Surat tertulis)
Sebagaimana dijelaskan dalam kitab-kitab Sirroh, antara lain kitab “Rosaa’ilur Rosuul illal Muluk” (Risalah-Risalah Rosuul yang dikirimkan kepada Raja-Raja), yakni: Raja Persia, Raja Romawi, dan lain-lain.
Mereka mendapat kiriman surat dari Rasulullah, yang antara lain berbunyi sebagai berikut :
“Dari Muhammad utusan Allah, masuklah anda kedalam Islam,
niscaya anda akan selamat. Bila anda menolak, maka anda berhak atas
hukuman ummat-ummat terdahulu….”.
Demikian itu ditulis dalam bentuk surat (Risaalah) yang kemudian dikirimkan kepada Raja-Raja yang ada dimasa itu.
Kitab adalah Media yang ditulis sejak zaman Rasulullah masih hidup, yakni Al Qur’an.
Penulisan Kitab itu terdiri dari 2 tahap, yaitu:
- Tahap pertama, adalah penulisan Al Qur’an saja
- Tahap kedua, adalah penulisan Al Qur’an dan Hadits-Hadits Rasulullah.
Pada awalnya Rasulullah melarang penulisan Al
Hadits, dengan tujuan agar tidak bercampur antara Al Qur’an dengan Al
Hadits. Para penulis Al Qur’an dimasa itu, antara lain adalah: Zaid bin Tsaabit, ‘Ali bin Abi Tholib, Ubay bin Ka’ab.
Tetapi setelah Rasulullah mengamati bahwa para
Shohabatnya telah bisa membedakan bagaimana cara memisahkan antara Al
Qur’an dan Al Hadiits; maka setelah itu barulah Rasulullah mengizinkan para Shohabatnya untuk menuliskan Al
Hadiits. Penulis Hadits antara lain adalah Abu Hurairoh dan beberapa Shohabat lainnya.
Jadi Al Qur’an dan Al Hadiits sudah ditulis sejak zaman Rasulullah masih hidup, dan itu lah media yang akhirnya sampai kepada kita kaum Muslimin di zaman sekarang.
e) Peradaban berbentuk Syi’ir.
Orang yang membuat Syi’ir, disebut: Syaa’ir (namun dalam bahasa Indonesia, Syi’ir disamakan dengan Syaa’ir, padahal dalam bahasa Arab adalah berbeda). Syi’ir dalam bentuk jamaknya disebut: Syu’aroo’. Oleh karena itu didalam Al Qur’an, kita kenal surat Asy Syu’aroo’. Hasan bin Tsaabit adalah Syaa’ir (pembuat Syi’ir)
yang terkenal di zaman Rasulullah. Syi’ir itu
merupakan peradaban sastra, suatu media untuk menyampaikan suatu misi
melalui puisi atau dapat dikatakan sebagai: sastra menyampaikan dakwah.
Hierarki Tersampaikannya Wahyu :
Dari Allah — lalu oleh Malaikat disampaikan kepada Rasulullah — lalu kepada Shohabat — Taabi’iin,
Taabi’ut Taabi’iin & para ‘Ulama — dan kepada Ummat Islam.
Perlu disadari bahwa para ‘Ulama itu adalah pewaris Nabi; bukan pewaris dari ahli filsafat seperti Aristoteles, Socrates, Plato dan sebagainya.
Dengan kata lain bahwa ‘Ulama itu adalah penyampai apa-apa yang berasal dari Rasulullah. Maka, kalau ada orang yang mengaku sebagai ‘Ulama, namun kemudian ia menyusupkan sesuatu yang bukan berasal dari Rasulullah, maka ia sebenarnya BUKAN ‘Ulama.
Dan itu adalah manipulasi terhadap Wahyu. Itu merupakan penyesatan
terhadap ummat Islam. Dengan demikian perlu diketahui bahwa mengapa
ummat Islam itu menjadi sesat; maka itu adalah dikarenakan ‘Ulama-nya
TIDAK MURNI menyampaikan apa-apa yang berasal dari Rasulullah; melainkan menambah-nambah dan mengurang-ngurangi dari Syari’at yang semestinya.
Wahyu yang berasal dari Allah dan Rosul-Nya adalah PASTI BENAR. Adapun kalau bukan berasal dari Wahyu, melainkan misalnya suatu berita (khabar) yang datang dari manusia lainnya; maka sebagaimana dikatakan para ‘Ulama bahwa Berita itu memiliki 2 kemungkinan: Berita benar atau Berita dusta.
Perhatikanlah firman Allah dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 147 :
الْحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَلاَ تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
Artinya : “Kebenaran itu adalah dari Rabb-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.”
Ayat diatas menjelaskan bahwa Berita yang datang dari Allah adalah (pasti) Benar. Oleh karena itu, apabila ada orang yang
mengatakan bahwa apa yang berasal dari Allah adalah tidak
benar atau apabila ada orang yang mengatakan bahwa ayat-ayat Al Qur’an
adalah tidak relevan lagi, belum lengkap atau perlu direvisi; maka ia
bukan Muslim alias kaafir, atau murtad keluar dari Islam. Intinya adalah: Berita (khabar) yang berasal dari Allah adalah mutlak benar. Dan orang yang menolak kebenaran dari Allah, maka ia bukan orang Islam.
Perhatikan juga firman-Nya dalam QS. Yunus (10) ayat 32 :
فَذَلِكُمُ اللّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلاَّ الضَّلاَلُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ
Artinya : “Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Rabb-mu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?”
Juga firman-Nya dalam QS Fushshilat (41) ayat 41-42 :
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالذِّكْرِ لَمَّا جَاءهُمْ
وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ ﴿٤١﴾ لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِن بَيْنِ
يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنزِيلٌ مِّنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ ﴿٤٢﴾
Artinya :
(41) “Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Qur’an ketika Al Qur’an itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al Qur’an itu adalah kitab yang mulia.
(42) Yang tidak datang kepadanya (Al Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.”
Berarti setiap Muslim yang mendengar berita dari Allah itu tidak boleh ragu. Karena selain Al Haq (kebenaran) yang datang dari sisi Allah, maka berarti ia sesat. Jadi hanya ada 2 alternatif : Benar atau Sesat.
Kemudian, berkenaan dengan digunakannya Tulisan sebagai suatu Media oleh Al Islam dalam kehidupan manusia di dunia ini adalah dijelaskan di dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 129 :
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُو
عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنتَ العَزِيزُ الحَكِيمُ
Artinya : “Ya Robb kami, utuslah untuk mereka seorang Rosuul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al Hikmah (As Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Ayat tersebut merupakan do’a Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail . Dalam ayat itu disebutkan “Al Kitab”, yakni media “yang ditulis”.
Hal ini menunjukkan bahwa peradaban tulis-menulis sudah ada sejak zaman
Nabi Ibrahiim, jauh sebelum keberadaan Bani Isro’iil.
Karena Nabi Ibrahim adalah kakek daripada Nabi Ya’kub (yang disebut sebagai Isro’iil). Nabi Ya’kub
sendiri adalah putra dari Nabi Ishaq. Keturunan dari Nabi
Ya’kub inilah yang disebut sebagai Bani Israil. Yang dalam perjalanan sejarah manusia selanjutnya, banyak para Nabi dan Rosuul berasal dari Bani Israil. Oleh karena itu Nabi Ibrahim disebut sebagai Abul Anbiya (bapaknya para Nabi).
Maksud dari ayat QS. Al Baqoroh (2) ayat 129 tersebut, bahwa
ketika itu Nabi Ibrahim dan salah seorang putranya yang
bernama Nabi Ismail berdo’a didepan Ka’bah: “Ya (Allah) Rabb kami, utuslah untuk mereka seorang Rosul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al Hikmah (As Sunnah)…”.
Do’a Nabi Ibrohim dan Nabi Ismail ini dikabulkan Allah dengan diturunkannya Nabi Muhammad sebagai Nabi Penutup, yang bertugas persis seperti yang didoakan oleh
Nabi Ibrohim dan Nabi Isma’iil tersebut yakni: membacakan
ayat-ayat Al Qur’an, mengajarkan Al Kitab, Al Hikmah dan mensucikan
mereka.
Berarti Al Kitab sebagai Media Cetak, dikenal di zaman Nabi Ibrohiim.
Media Cetak itu pun juga ada pada zaman Nabi Musa, sebagaimana dalam QS. Al A’roof (7) ayat 144-145 :
قَالَ يَا مُوسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ
بِرِسَالاَتِي وَبِكَلاَمِي فَخُذْ مَا آتَيْتُكَ وَكُن مِّنَ
الشَّاكِرِينَ ﴿١٤٤﴾ وَكَتَبْنَا لَهُ فِي الأَلْوَاحِ مِن كُلِّ شَيْءٍ
مَّوْعِظَةً وَتَفْصِيلاً لِّكُلِّ شَيْءٍ فَخُذْهَا بِقُوَّةٍ وَأْمُرْ
قَوْمَكَ يَأْخُذُواْ بِأَحْسَنِهَا سَأُرِيكُمْ دَارَ الْفَاسِقِينَ ﴿١٤٥﴾
Artinya :
(144) Allah berfirman: "Hai Musa sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku
dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah
kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk
orang-orang yang bersyukur".
(145) Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat)
segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu;
maka (Kami berfirman): “Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah
kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya,
nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq.”
Adapun media dimasa Nabi ‘Isa adalah dijelaskan pada QS. Aali ‘Imroon (3) ayat 48 :
وَيُعَلِّمُهُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالإِنجِيلَ
Artinya : “Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil.”
Setelah itu, media di zaman Rasulullah dijelaskan pada QS. Aali ‘Imron (3) ayat 164 :
لَقَدْ مَنَّ اللّهُ عَلَى الْمُؤمِنِينَ إِذْ بَعَثَ
فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ
وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُواْ
مِن قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُّبِينٍ
Artinya : “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rosuul dari
golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
QS. Aali ‘Imron (3) ayat 164 adalah bukti dari dikabulkannya do’a Nabi Ibrohiim dan Nabi Ismail (sebagaimana dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 129) yang telah kita bahas sebelumnya diatas. Ayat-ayat diatas adalah berkaitan dengan Wahyu sebagai Media kaum
Muslimin yang sudah ada sejak di Lauhul Mahfudz; dan berkaitan dengan
sikap Muslimin semestinya terhadap Wahyu itu, yakni dengan
membenarkannya.
Kalau suatu media/berita (khabar) berasal dari Allah, maka pastilah benar. Tetapi bila media / berita (khabar) itu bukan dari Allah maka bisa benar dan bisa dusta.
Kalau berita itu sesuai dengan apa yang berasal dari Allah, maka ia tergolong benar. Tetapi bila tidak sesuai dengan apa
yang berasal dari Allah, berarti ia tergolong dusta / sesat.
Maka sesungguhnya dengan mudah seorang Muslim itu memahami Media,
karena pertimbangannya sangat jelas. Kalau berasal dari Allah maka benar adanya, sedangkan yang bukan dari Allah
adalah bisa benar dan bisa dusta.
Masalahnya, mengapa ada sebagian diantara kaum Muslimin itu
yang kalau membaca Koran / Tabloid atau menonton dan mendengar berita
dari TV/Radio dll, maka ia langsung saja percaya ; sementara ketika ia
membaca al-Qur’an maka masih harus ada pertimbangan ini dan itu terlebih
dahulu?
Dengan kata lain, sangat disayangkan ada sebagian kaum Muslimin itu
yang menyikapi Media / Berita dari Allah, tidak seperti
ketika ia menyikapi Media / Berita dari manusia.
Padahal dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 3208, salah
seorang Shohabat yakni ‘Abdullah bin Mas’uud berkata, “Adalah Rasulullah menyampaikan kepada kami:
وَهْوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ
Artinya : “Dan Rasulullah adalah Ash Shoodiq (orang yang benar) dan Al Masduq (orang yang dibenarkan).” Hal itu bisa diartikan bahwa: Rasulullah adalah orang yang benar (jujur), dan tidak dusta. Dan beliau adalah orang yang dibenarkan (Al Masduq). Maka kalau saat ini ada kaum Muslimin yang ragu terhadap kebenaran sabda Rasulullah dalam Hadits-Haditsnya yang shahih,
maka dapat dikatakan ia adalah orang yang sesatnya bahkan melebihi
sesatnya orang musyrikin. Karena orang musyrikin saja percaya kepada
Nabi Muhammad.
Perhatikan Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 4971 dan Al Imam
Muslim no: 208, dari Shahabat ‘Abdullah bin Abbas bahwa:
لَمَّا نَزَلَتْ {وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ}
وَرَهْطَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ خَرَجَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه
وسلم حَتَّى صَعِدَ الصَّفَا فَهَتَفَ يَا صَبَاحَاهْ فَقَالُوا مَنْ هَذَا
فَاجْتَمَعُوا إِلَيْهِ فَقَالَ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ
خَيْلاً تَخْرُجُ مِنْ سَفْحِ هَذَا الْجَبَلِ أَكُنْتُمْ مُصَدِّقِيَّ
قَالُوا مَا جَرَّبْنَا عَلَيْكَ كَذِبًا قَالَ فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ
بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ قَالَ أَبُو لَهَبٍ تَبًّا لَكَ مَا
جَمَعْتَنَا إِلاَّ لِهَذَا ثُمَّ قَامَ فَنَزَلَتْ {تَبَّتْ يَدَا أَبِي
لَهَبٍ وَتَبَّ}
Artinya :Nabi Muhammad bertanya kepada orang-orang Quraisy yang musyrik: “Hai
orang-orang Quraisy, apakah kalian akan membenarkanku (percaya)
seandainya aku katakan bahwa dibalik gunung itu ada sepasukan tentara
yang akan menghancurkan kalian?”
Orang-orang musyrikin itu menjawab: “Kami tidak pernah mendapatimu, ya Muhammad, berbuat dusta.”
Jadi, orang-orang musyrikin saja mengatakan bahwa Nabi Muhammad tidak pernah berdusta. Berarti Rasulullah adalah orang yang terpercaya. Hanya saja berita Wahyu, risaalah,
isi dan konten yang disampaikan oleh Rasulullah itu
lah yang tidak sesuai dengan Hawa Nafsu mereka (orang-orang musyrikin).
Yaitu bahwa Rasulullah mengajak mereka agar ber-Tauhiid. Namun ketika mereka (kaum musyrikin) diajak untuk mengatakan “Laa ilaaha illallah”,
maka mereka menolak karena tidak bersedia mengganti berhala-berhala
yang banyak yang mereka sembah itu dengan beribadah sebenar-benarnya
hanya kepada Allah yang Maha Esa.
Dengan demikian, orang-orang musyrikin mengakui bahwa Rasulullah adalah orang yang terpercaya / tidak pernah berdusta,
tetapi Hawa Nafsu mereka lah yang mengingkari isi dakwah Rasulullah yang menyeru pada ajaran Tauhid.
Demikian pula pada masa kita sekarang ini, perhatikanlah bahwa
apabila para da’i didalam dakwahnya itu membahas perkara seputar hati
yang tulus, akhlaq yang jujur, perangai yang baik dan sejenisnya maka
hal-hal seperti itu dapat dipastikan tidak mendatangkan masalah dalam
dakwah, bahkan banyak peminatnya karena perkara yang demikian adalah
merupakan nilai-nilai universalisme yang disetujui tidak hanya oleh ummat Islam, tetapi juga oleh ummat beragama lainnya.
Berbeda halnya, dengan ketika seseorang berbicara tentang perkara Tauhiid, yang artinya hanya meng-Esakan Allah, menyatakan bahwa selain Allah adalah thoghuut, bergantung dan meminta pada selain Allah adalah syirik,
setiap kita hanya boleh untuk meng-Esakan Allah saja
(baik dalam motivasi, baik dalam ber-Syari’at, maupun dalam harapan
akhir dari suatu amalan) maka pembahasan hal ini pasti akan mendatangkan
banyak ujian, mengundang kontroversi, bahkan kalangan yang tidak
setuju-nya bisa jadi datang malah dari orang-orang yang mengaku dirinya
sebagai Muslim.
Seruan kepada Tauhid itu lah yang dari masa ke masa, mendapatkan pertentangan dari orang-orang yang menuhankan Hawa Nafsu-nya, menuhankan Jin / Syaithon/ Dewa-Dewi / Bintang-Bintang / Matahar i / Hewan / Batu-batua / Pohon / Manusia / Malaikat dan menuhankan berbagai bentuk lainnya selain daripada Allah.
Kembali pada bahasan kita tentang Media, semestinya kaum Muslimin itu ketika menyikapi Media yang berasal dari Manusia adalah sebagaimana yang difirmankan Allah dalam QS. Al Hujurat, 49 ayat 6 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ
بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْماً بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا
عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti,
agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu
itu.”
Makna “Fasiq” dalam ayat diatas adalah “semua yang keluar dari Syari’at yang semestinya”, atau dalam artian: Ia adalah seorang beriman, tetapi berbuat maksiat. Jadi “Fasiq” adalah “siapa saja yang tidak berada dalam posisi benar / tidak berada dalam ketaatan pada Allah / tidak berada dalam posisi Islam.”
Ayat tersebut menjadi dasar bagi setiap Muslim dalam menyikapi Berita yang datang dari Manusia. Jika ada orang faasiq
membawa berita, maka sikap orang beriman adalah: Mencari penjelasan
(klarifikasi) terlebih dahulu, sampai ditemuinya kebenaran berita itu,
barulah ia mempercayainya. Kalau Berita itu tidak valid / tidak benar,
maka jangan dipercaya. Jadi hendaklah ber-tabayyun terlebih
dahulu, baru suatu Berita itu disikapi. Jangan sampai Beritanya belum
jelas kebenarannya maka sudah disikapi, maka yang demikian ini adalah
tidak sesuai dengan apa yang dituntunkan oleh Allah.
Dalam ayat diatas, terhadap orang Fasiq saja kita harus menyikapi suatu Berita itu dengan 2 sikap; bisa jadi Berita itu Benar, dan bisa jadi pula Berita itu Dusta/Salah. Itu terhadap orang Fasiq. Nah, bagaimana apabila Berita itu datang dari orang-orang Kafir? Tentunya mesti lebih selektif lagi. Tidak langsung dengan mudahnya percaya seratus persen pada Berita yang datang dari orang Kafir.
Yang mengherankan, akibat karena ke-jaahilan-nya
(kebodohannya), maka sebagian diantara kaum Muslimin apabila menyikapi
berita dari Media Massa (baik TV/Koran/Majalah/Bulletin/Radio/Internet, dll) yang 96 %-nya dimiliki oleh orang-orang Yahudi itu, ia
langsung dengan mudahnya percaya begitu saja; tidak sadar bahwa dibalik
pemberitaan media massa Yahudi itu terdapat begitu banyak Propaganda (sebagaimana telah dijelaskan dalam Protokolat Zionisme dan Program-program Internasional Freemasonry) untuk menghancurkan Islam dan kaum Muslimin.
Lalu disisi lain, apabila ia membaca berita dari Al Qur’an dan dari Al Hadiits yang shohiihah, ia masih punya banyak pertimbangan ini dan itu. Ia berdalih dengan berbagai macam dalih: “Ah, ini kan sudah tidak sesuai dengan kondisi zaman sekarang…” / “Hadits ini memang benar, tapi kalau diamalkan… wah nanti kita bertentangan dengan kebiasaan orang kebanyakan…” / “Aduh, nanti kita dicap aliran fundamentalis”,
dan berbagai jenis dalih dan alasan, yang sebenarnya berpangkal dari
kurangnya Iman dalam dirinya sendiri. Padahal apabila ia seseorang yang
mengaku Muslim, semestinya sikapnya hanyalah satu yakni: “Sami’na wa atho’na” (aku dengar dan aku taat) pada apa-apa yang datang dari Allah dan Rosul-Nya .
Jadi sebenarnya sedemikian mudah, gamblang dan praktis bagi seorang Muslim untuk menyikapi suatu Berita /Khabar,
karena kaidah dasarnya adalah: Ia semestinya langsung membenarkan
Berita/Khabar yang datang dari Allah dan Rosul-Nya ; disisi lain ia menyikapi Berita dari Media Massa
manusia (selain Wahyu) itu dengan 2 sikap: Bisa jadi berita itu Benar
dan bisa jadi berita itu Salah. Berita itu tergolong Benar apabila
sesuai dengan apa yang datang dari Allah dan Rosul-Nya, dan Berita itu tergolong Dusta/Salah apabila tidak
sesuai dengan apa yang datang dari Allah dan Rosul-Nya.
Berkaitan dengan ayat QS. Al Hujurat, 49 ayat 6 diatas, Ibnu Katsiir mengatakan, “Allah menyuruh
agar kita melakukan penjelasan (klarifikasi) tentang berita dari orang
faasiq dan agar kita berhati-hati dan waspada. Sehingga tidak boleh
dengan sembarangan memberikan keputusan, karena bisa jadi berita itu
adalah dusta atau salah. Sehingga orang yang menghukumi perkataan itu,
dia mengikuti dari yang sebaliknya, padahal Allah telah melarang untuk
mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Oleh karena itu, para ‘Ulama telah melarang untuk menerima Riwayat dari orang yang tidak jelas keadaannya, tidak jelas keshalihan-nya; karena bisa jadi orang itu adalah orang yang Fasiq. Dalam Muqodimah Kitab Shahih Muslim, Ibnu Sirrin (dari kalangan Tabi’in), telah diriwayatkan pernyataannya oleh al-Imam Muslim sebagai berikut: “Sesungguhnya ilmu ini adalah dien. Maka lihatlah olehmu dari siapa engkau mengambil dien-(mu).”
Dengan demikian, kaidah ketika kita berbicara tentang Media yang datang dari manusia adalah hendaknya dengan sikap waspada dan berhati-hati, apalagi jika Media itu bisa mempengaruhi ‘aqidah, cara berfikir, ideologi, akhlaq, sikap dan dien
kita. Jangan sampai kita ini tidak tahu siapa pembawa berita itu. Kalau
ia seorang ‘Ulama, maka haruslah jelas keilmuan-nya. Kalau ia Media Massa, maka harus jelas pula Media Massa itu sahamnya milik siapa dan keberpihakannya kepada siapa; apakah ia Media Massa yang sahamnya adalah milik orang-orang kaafir ataukah milik Muslimin? Apakah ia Media Massa yang berpihak kepada orang-orang kafir, ataukah kepada Muslimin? Hendaknya hal ini perlu diteliti terlebih dahulu.
Al Imaam Maalik berkata, “Ilmu tidak boleh diambil dari empat orang berikut ini :
1) Orang yang dungu
2) Orang yang berdusta (termasuk media massa yang berdusta)
3) Orang yang ber-Hawa Nafsu, lalu ia menyeru orang lain agar mengikuti hawa nafsu-nya.
4) Orang yang sudah tua, tetapi ia tidak tahu apa yang diajarkannya.”
Kriteria suatu Hadits
Kalau kita kembalikan kepada Ilmu Hadits, maka menurut Ahli Hadits yakni Al Imam Ibnush Sholah , dimana beliau adalah salah seorang pelopor dalam Ilmu Hadits, beliau berkata: “Suatu
Hadits yang tidak sesuai dengan kriteria, maka janganlah diambil,
jangan pula dibenarkan dan jangan dipercaya. Hadits bisa diterima
apabila orang yang membawa berita Hadits tersebut adalah :
1) Orang yang ‘Aadil (orang yang istiqomah diatas dienul Islam, ‘aqidahnya
lurus dan benar, ibadahnya benar sesuai tuntunan Allah dan Rasulullah diatas pemahaman yang benar, tidak
berma’shiyat danseterusnya)
2) Dhobtu Ash Shodri, artinya: Haditsnya adalah valid / tepat / persis seperti yang diucapkan oleh Rasulullah dengan lafadz-nya yang benar, atau dari para perowi Hadiits yang terpercaya, dinukil dalam bentuk lisan secara tepat serta telah di-validasi oleh gurunya.
3) Muttasilus Sanad, sanad Hadiits-nya bersambung (saling bertemu) dan tidak terputus, hingga ke Rasulullah .
4) Haditsnya Tidak Berpenyakit (maksudnya: Hadiits tersebut tidak cacat / tidak berpenyakit”. Dan yang mengetahui hal ini dan meneliti perkara ini adalah para Ahli Hadits)
5) Syaadz, artinya: Hadits-nya tidak aneh atau tidak menyelisihi apa yang dibawakan oleh para Ahli Hadits lainnya.
Semua kriteria diatas membuktikan bahwa kita sebagai kaum Muslimin
itu hendaknya bersikap cermat dalam menyikapi suatu Media. Media itu
haruslah sesuai dengan kriteria sebagaimana tersebut diatas. Kalau salah
satu dari kriteria itu tidak ada, maka jangan mudah dipercaya, jangan
mudah diterima apalagi langsung menjadi suatu sikap bagi diri kita.
Demikian pula ketika kaum Muslimin menyikapi Media Massa, baik
berupa Koran / Majalah/Bulletin / Tabloid / TV/ Radio / Internet
atau yang lainnya, maka hendaknya bersikap cermat dan senantiasa
mengechecknya dengan saringan / filter berupa Wahyu yang datang dari Allah dan Rasulullah.
TANYA JAWAB
Pertanyaan :
Sepertinya kita kaum Muslimin dan tokoh-tokoh kaum Muslimin takut
dengan gerilya Yahudi. Adakah gerilya Yahudi terhadap tokoh-tokoh Islam
Indonesia yang seolah-olah menyebarkan kebaikan, tetapi pada hakekatnya
membawa kehancuran pada Islam? Bolehkah kita tahu siapa sajakah mereka
itu?
Jawaban:
Dalam bahasa Arab ada peribahasa “Al Labiibu Takfiihi Al Irsyaarotu”, yang artinya: “Orang yang cerdas itu, cukup dengan isyarat”.
Kaidah dasar yang Allah beritakan dalam firman-Nya adalah ini: “Jika seseorang mengajarkan kemungkaran dan justru mencegah kebaikan, maka orang itu disebut Munaafiq.”
Itu Allah yang memberikan rumusannya. Jadi tinggal
perhatikan saja. Jika seseorang gemar menyebar perkara-perkara yang
melukai kaum Muslimin, melukai Al Islam, melukai Rasulullah, melukai Allah maka orang tersebut
adalah bagian dari tubuh Yahudi dan Nashrani serta orang-orang
musyrikin, baik mereka itu muncul dalam bentuk liberalisme, sekulerisme,
dan sebagainya. Meskipun orang itu mengaku dirinya Muslim dan ber-KTP
Islam sekalipun, tetapi dalam perilakunya dan dalam sikapnya ia melukai 4
komponen diatas (Allah, Rasulullah,
Al Islam, kaum Muslimin); maka waspadalah terhadap orang-orang yang demikian.
Solusi dalam menghadapi Media Massa seperti diuraikan diatas adalah :
Yakinilah bahwa kunci kemenangan Al Islaam dan kaum Muslimin,
bukan dengan kuatnya persiapan, bukan dengan tangguhnya persenjataan,
bukan dengan banyaknya jumlah manusianya; akan tetapi adalah pada kokohnya Iman yang ada di dada-dada kaum Muslimin itu sendiri. Itu kuncinya ! Bila Iman kaum Muslimin benar-benar telah tertancap dalam dirinya, dengan Ilmu dien yang benar; maka disitulah letak kunci kemenangan Al Islam.
Pertanyaan :
Ada suatu buku berjudul “Berita dari Kubur”, yang menceritakan tentang keadaan manusia kelak di alam kubur. Apakah berita dari buku itu bisa diterima?
Jawaban :
Berita atau keterangan yang menyangkut perkara dieniyyah (keagamaan), termasuk keadaan di alam kubur atau alam barzakh,
maka hal tersebut tidak boleh langsung diterima kecuali apabila ia
berasal dari Wahyu, yakni: dari Al Qur’an dan As Sunnah yang shohiihah, dengan pemahaman yang benar. Maka buku yang dimaksud itu harus jelas terlebih dahulu penulisannya.
Kalau menggunakan daliil dari Al Qur’an, maka surat apa dan ayat
berapa. Kalau daliil-nya adalah berupa Hadiits, maka harus jelas
Hadiits-nya diriwayatkan oleh siapa, bagaimana sanad-nya, dari Kitab apa
ia dinukil, dan sebagainya. Apabila Hadits-nya tidak shohih, tidak jelas; maka jangan dipercaya.
Pertanyaan : Apakah setiap Muslim harus (wajib) mempelajari dan mencari serta bisa memilah dan memilih mana Hadits yang shohiih dan mana Hadits yang tidak shohih?
Jawaban :
Mempelajari Hadiits adalah wajib bagi setiap Muslim. Tetapi mencari dan meneliti adakah suatu Hadiits itu shohiih ataukah tidak, maka itu fardhu kifayah, bukan fardhu ‘ain. Karena tidak semua orang dapat melakukannya. Perkara itu tidaklah mudah. Yang dapat melakukannya adalah para Ahli Hadiits. Dan sekarang ini Hadiits-Hadiits itu sudah dipilah-pilah oleh para Ahli Hadiits,
serta sudah pula Kitabnya diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Ada
Kitab Hadiits yang merupakan kumpulan Hadiits-Hadiits yang shohiih dan ada pula Kitab Hadiits yang merupakan kumpulan dari Hadiits-Hadiits dho’iif dan maudhuu’. Tinggal kita, kaum Muslimin ini mau membacanya ataukah tidak.
Yang perlu pula untuk diwaspadai, adalah adanya banyak orang yang menyatakan dirinya sebagai “Ustadz”
tetapi ia mengambil Hadits itu tidak dari sumber (Kitab) aslinya.
Terkadang ia hanya mengambil Hadits dari internet / dari koran / dari
buku-buku terjemahan, tanpa meneliti lagi ke sumber / Kitab Hadiits
aslinya; sehingga bisa jadi Hadits yang diambilnya itu adalah Hadits
yang Dho’iif (lemah) atau Maudhuu’ (Palsu), karena tidak ditelitinya terlebih dahulu tentang keshahihan
Hadits tersebut, namun sudah langsung disebarkan kepada ummat. Sehingga
tidak heran ada banyak Hadits Lemah dan Palsu bertebaran dimana-mana,
sehingga ummat pun menjadi bingung. Hal ini hendaknya tidak dilakukan.
Pertanyaan :
Jawaban :
Ayat Muhkamaat adalah ayat yang mudah dipahami, dan bersifat aplikatif. Tetapi ada ayat yang Mutasyaabihaat, yang sulit
dipahami dan sulit dicerna. Itulah ujian. Berimankah kita kepadanya
ataukah tidak. Kalau kita seorang yang beriman, maka semua yang berasal
dari Allah, baik ayat Muhkamaat maupun ayat Mutasyaabihaat akan kita terima dan kita imani.
Perhatikanlah firman Allah dalam QS. Aali ‘Imroon (3) ayat 7:
هُوَ الَّذِيَ أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ
مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا
الَّذِينَ في قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ
ابْتِغَاء الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاء تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ
إِلاَّ اللّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ
كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُواْ الألْبَابِ
Artinya :“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang
yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti
sebagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat untuk menimbulkan fitnah dan
untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui
ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Robb kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”
Sebagai contoh, Rasulullah bersabda dalam suatu
Hadits yang dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany dalam Silsilah Hadiits Shohiih no: 1788 :
تفكروا في آلاء الله ، و لا تفكروا في الله عز وجل
Artinya : “Berpikirlah engkau tentang makhluk Allah, dan janganlah berpikir tentang Zat Allah.”
Makna Hadits tersebut antara lain adalah bahwa ada sesuatu yang
manusia itu tidak bisa menjangkau dengan akalnya. Namun, ayat-ayat yang Mutasyaabihaat
adalah harus tetap kita imani, tetapi belum tentu kita ini bisa
mencerna ayat-ayat tersebut dengan akal kita. Dan Allah
tidak menuntut sesuatu yang kita tidak mampu menjangkaunya. Sekian bahasan kali ini, mudah-mudahan bermanfaat.
Tidak ada komentar
Posting Komentar