Pengaruh Media Massa Dalam Membantu Freemansonry

Bahasan kali ini adalah merupakan kelanjutan setelah kita membahas tentang Freemasonry Yahudi yang dengan Zionisme-nya hendak menghancurkan dunia ini, antara lain dengan program mereka untuk menciptakan republik atheisme internasional atau dengan kata lain adalah hendak melenyapkan agama dari muka bumi ini, sebagaimana hal tersebut dikemukakan dalam Konggres Freemasonry Internasional pada tahun 1900 M di Paris, Perancis 



Hendaknya kaum Muslimin menyadari, bahwa di zaman sekarang ini paling tidak (minimal) ada 9 tantangan yang mesti diwaspadai. Kesembilan tantangan tersebut, antara lain adalah:

1. Film, Fun & Mass Media (Film, Aneka Hiburan & Media Massa)
2. Finance & Fund (Keuangan)
3. Fashion (Gaya Busana)
4. Food (Makanan)
5. Freethought (Berpikiran / Berpemahaman Serba Bebas)
6. Friction (Perpecahan)
7. Freedom From Religion & Atheism (Tidak Beragama / Atheisme)
8. Frightened & Fearfull (Penyebaran Rasa Takut dan Teror)
9. Faith (Dibangkitkannya kembali berbagai kepercayaan/adat istiadat nenek moyang dan sunnah Jahilyyah)


Oleh karena itu hendaknya kaum Muslimin sadar dengan sesadar-sadarnya, bahwa kalau “gawang” ke-Iman-an didalam diri kaum Muslimin itu sendiri “kebobolan” (runtuh), maka pastilah mereka akan menjadi seperti yang disabdakan oleh Rasulullah dalam Hadits Riwayat Al Imaam Ahmad dalam Musnadnya no: 22450 dan berkata Syaikh Syu’aiib Al Arnaa’uth bahwa Sanad Hadits ini Hasan, dijelaskan sebagai berikut :
عن ثوبان مولى رسول الله صلى الله عليه و سلم قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : يوشك ان تداعى عليكم الأمم من كل أفق كما تداعى الآكلة على قصعتها قال قلنا يا رسول الله أمن قلة بنا يومئذ قال أنتم يومئذ كثير ولكن تكونون غثاء كغثاء السيل …

Artinya :
Dari Tsauban Maula Rasulullah berkata, “Telah bersabda Rasulullah, ‘Hampir ummat menerkam kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana orang lapar mengeroyok nampan mereka.’
Kami para Shohabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, karena minoritasnya kami saat itu?
Beliau  menjawab, ‘Justru kalian saat itu adalah berjumlah banyak, akan tetapi kalian bagaikan buih di air bah banjir.’…”
Juga dalam Hadits Riwayat Al Imaam Abu Daawud no: 4299, dari Shohabat Tsaubaan, bahwa Rasulullah bersabda :

يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا » فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ « بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ » فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ « حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ


Artinya:
Ummat-ummat ini (bangsa-bangsa) hampir menerkam kalian sebagaimana orang-orang lapar menerkam nampan makanan mereka.”
Seseorang bertanya, “Karena sedikitkah jumlah kita pada hari itu?”
Rasulullah  menjawab, “Bahkan pada hari itu, kalian berjumlah banyak, akan tetapi kalian bagaikan buih di air bah; sungguh Allah akan cabut dari dada-dada musuh kalian rasa segan (wibawa) terhadap kalian, dan sungguh Allah akan campakkan pada hati-hati kalian Al Wahnu.”
Seseorang bertanya, “Ya Rasulullah, apakah Al Wahnu itu?
Rasulullah menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.”


Bukankah kita, kaum Muslimin di zaman sekarang ini dapat menyaksikan sendiri kebenaran Hadits tersebut diatas? Dimana ummat Islam dikerumuni, “dikeroyok”, dan digempur habis-habisan oleh kaum Musyrikin dan Ahlul Kitab (Yahudi dan Nashrani)?


Jumlah kaum Musliminnya memang banyak, tetapi Imannya begitu rapuh akibat tenggelamnya diri mereka dalam kecintaan pada dunia dan takutnya pada kematian. Dan inilah bahaya yang sudah diserukan dan diperingatkan oleh  Rasulullah1434 tahun yang lalu. Namun adakah kaum Muslimin itu sendiri sadar atas hal ini, ataukah tetap akan lalai dan sibuk dengan dunianya serta melupakan kewajibannya untuk memperjuangkan Al Islaam?


Oleh karena itu sebelum terlambat, bangkitlah wahai kaum Muslimin. Tuntutlah ilmu dien yang dengannya kalian dapat membentengi ‘aqiidah diri dan keluarga dan kemudian hendaknya kita istiqomah mengamalkan dien ini, mendakwahkannya, serta berupaya untuk menyiapkan generasi-generasi Muslimin yang tangguh hingga sampai suatu masa nanti Allah atas Kekuasaan-Nya akan menjadikan Islam kembali jaya.

Pembahasan kita terhadap 9 tantangan ummat ini, mudah-mudahan dapat menjadikan kaum Muslimin sadar atas titik-titik rawan yang telah jauh-jauh hari dibidik oleh Freemasonry Yahudi.

Mass Media (Media Massa)
Kepribadian manusia menurut Ilmu Psikologi adalah dibentuk oleh beberapa komponen, yakni: Motivasi, Adat, Kecenderungan, Akal, Emosional, Pendapat, Ideologi, Pemikiran, Sudut Pandang, Instink, Kemampuan, Penampilan dan Rasa.


Dari sekian banyak komponen tersebut, sebenarnya apabila kita kembalikan kepada Hadits Rasulullah, maka hanya akan terpulang pada satu poin saja, yakni: Hati.


Hal itu adalah sebagaimana dalam Hadits Shohiih Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 52 dan Riwayat Al Imaam Muslim no: 1599, dari Shohabat An Nu’maan bin Basyiir dimana Rasulullah bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ

Artinya:
Sesungguhnya dalam diri manusia terdapat segumpal darah. Jika baik, maka baik lah seluruh amalannya. Dan jika rusak, maka rusak lah seluruh amalannya. Dia adalah Hati.”

Suatu pelajaran yang dapat kita petik dari Hadits tersebut adalah bahwa jika Hati (Qolbu) seseorang itu baik dan sehat, maka akalnya (caranya ia berpikir), sudut pandangnya, emosinya dan segala perilakunya pun akan menjadi baik pula.


Oleh karena itu motto kalimat “Mens Sana In Corpore Sano (didalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat) adalah SALAH. Motto itu adalah berasal dari perkataan orang Yunani, yang notabene adalah orang Kaafir yang tidak berpijak pada Wahyu yang datang dari Allah.

Kita sebagai kaum Muslimin hendaknya meyakini sebagaimana apa yang disabdakan oleh Rasulullah bahwa didalam hati (qolbu), jiwa yang sehat itulah maka akan terdapat jasad (eksistensi kemanusiaan) yang sehat pula. Hal inilah yang akan menjadi titik tolak berpikirnya kita tentang Media Massa.

Dikalangan sebagian orang yang menganut paham Demokrasi, maka Kekuasaan itu ada 3 (tiga) bagian yakni: Bidang Legislatif (Majlis Nuwwaab), Bidang Eksekutif (Tanfidziyyah) dan Bidang Yudikatif (Qodho’iyyah). Dimana dalam dunia Demokrasi, ketiga kekuasaan itu dilakukan, dipraktekkan dan dijalankan secara terpisah.

Hal ini jauh berbeda dengan Islam. Dimana dalam Daulah Islamiyyah, ketiga bagian itu semuanya dilakukan oleh satu penguasa / pemimpin.


Maka dalam alam demokrasi yang terbagi-bagi kekuasaannya, suatu negara tidak pernah damai, selalu akan muncul konflik kepentingan. Karena banyaknya konflik kepentingan, maka banyak terjadi “kongkalikong” (tawar menawar) agar tercipta jalan “damai”. Tetapi “damai” itu hanyalah tercipta dikalangan Penguasa saja, sementara di kalangan rakyat (di dalam masyarakat) selalu akan terjadi kekacauan. Rakyat selalu bentrok, kacau dan cekcok.


Kemudian ternyata masih ada satu kekuasaan yang bisa meruntuhkan ketiga kekuasaan (Eksekutif, Legislatif, Yudikatif) dalam alam Demokrasi tersebut, yakni Media Massa. Berarti Media Massa itu memiliki kekuasaan / kekuatan tersendiri.


Apakah “Kekuasaan” itu? “Kekuasaan” adalah suatu institusi, lembaga atau perorangan yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi seseorang / sekelompok orang lain dengan menggunakan kekuatan atau dengan menggunakan intelektual maupun akalnya. Ia dapat digunakan untuk kebaikan (menyebarkan berita kebajikan, da’wah, kejujuran, dan sebagainya) dan dapat pula digunakan untuk keburukan, dengan kata lain untuk berbohong, berdusta, memanipulasi dan menipu. Siapa yang memiliki kekuatan dan potensi untuk melakukan hal tersebut, serta memiliki kemampuan untuk membuat orang lain terpengaruh olehnya atau menjadi korbannya, maka berarti ia memiliki “Kekuasaan".


Adapun “Kekuatan” itu biasa disebut orang dengan istilah “Politik” adalah dalam berbagai bentuknya. Berarti ada Obyek yang dijadikan bidikannya untuk menjadi terpengaruhi dan terwarnai; dan ada pula Subyek-nya yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi, mewarnai pihak lain. Selanjutnya ada pula Media yang dipakainya, baik dalam bentuk kekuatan politik, militer atau dengan kekayaan atau dengan akal, intelektual, ataupun kekuatan kata-kata yang menjadikan seseorang/sekelompok orang terpengaruhi/ terwarnai olehnya.

Tentunya dalam hal ini kita bukan sedang membahas perkara Takdir, namun kita sedang membahas tentang Upaya Manusia, dimana hal ini adalah nyata, riil dan tidak bisa kita pungkiri bahwa realitas ini ada dalam kehidupan manusia.

Bila dikaitkan dengan Media, ternyata Media Massa adalah sesuatu yang sangat potensial untuk bisa mempengaruhi manusia, bisa membuat seseorang/sekelompok orang memiliki kepribadian, pemikiran ataupun sikap tertentu, berdasarkan kehendak penguasa Media Massa tersebut.
Kita akan melihat betapa seseorang/sekelompok orang dengan amat mudah dibentuk opininya oleh Media Massa atau betapa cepatnya suatu opini menjadi opini publik padahal kebenaran terhadap opini tersebut belum lah dibuktikan.

Didalam Media Massa terdapat suatu teknik yang dikenal dengan teknik “Subliminal Message” (yakni: pesan-pesan yang disampaikan ke alam bawah sadar seseorang atau sekelompok orang, dimana mereka itu tidak menyadarinya meskipun menerimanya ke dalam otaknya); dan ini adalah perkara yang hendaknya diwaspadai. Karena “Subliminal Message” ini mampu menyuruh seseorang/sekelompok orang atau mampu memberikan instruksi yang kemudian dilakukan oleh seseorang/sekelompok orang tersebut, tanpa yang bersangkutan itu sadar bahwa dirinya itu sedang disuruh. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ia adalah tergolong sejenis “Sihir” dengan menggunakan kekuatan kata-kata dan intelektual.

Teknik “Subliminal Message” ini adalah suatu teknik untuk memanipulasi alam bawah sadar manusia, dan ia termasuk dalam upaya untuk “Mind Control” yakni mengendalikan atau mempengaruhi pikiran seseorang atau sekelompok orang lainnya, antara lain dengan cara cuci otak (brainwashing), hipnotis (hypnotizing) dan sebagainya; sehingga pihak yang dipengaruhi itu mengikuti kemauannya.

Hal ini perlu diwaspadai, karena ia termasuk dalam kategori “menghilangkan akal” manusia, sebagaimana khamr (minuman Keras).

“Mind Control” (Kendali Pikiran) sebagai Alat Pengendali Massa/ Masyarakat, melalui Media Massa dan Propaganda

Steven Jacobson, penulis buku Mind Control in the United States, adalah teknisi film yang berpengalaman dalam teknik “Subliminal Message” yang digunakan dalam media komunikasi. Ia mengungkapkan bahwa betapa masalah Kendali Pikiran (Mind Control) ini bukanlah suatu perkara yang dapat dianggap remeh, sebab menurutnya teknik ini sangat kuat pengaruhnya, serta sangat efektif dan lebih mengerikan lagi adalah tidak disadari oleh pihak yang menjadi korban atau obyeknya.
Steven Jacobson menguraikan mengapa teknik ini begitu efektif :

Pertama, teknik ini menggarap alam bawah sadar manusia yang memiliki kekuatan besar saat diolah dengan tepat. Dengan mengalihkan si manusia dari aktifitas berpikirnya dan kemudian mengarahkannya untuk mengandalkan perasaannya untuk bertindak, maka disaat itu ide yang dimasukkan akan diterima tanpa perlawanan.
Kedua, dengan penggunaan berbagai alat tambahan seperti musik, warna kontras, dan berbagai teknik pengolahan di studio, maka kekuatan “Subliminal Message” ini semakin bertambah kuat.

Ketiga, ketika beroperasi di alam bawah sadar, dorongan nafsu syahwat manusia yang dibawa sejak lahir itu adalah bagaikan bahan bakar yang tidak habis-habisnya bagi ke-efektif-an teknik ini.
Kempat, terdapat sejumlah pihak yang sangat bersemangat untuk menggunakannya dan karenanya rela mengeluarkan biaya yang besar untuk membeli produk seperti ini bahkan membiayai pula riset-risetnya. Dengan kekuatan uang mereka pula-lah segala kontroversi etikanya dapat diredam ke bawah permukaan, sehingga sebagian besar masyarakat dunia tidak tahu menahu soal konspirasi jahat tersebut.

Dengan demikian, “Mind Control” (Kendali Pikiran) ini adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk mengendalikan massa (rakyat), melalui Media Massa dan Propaganda.

Ketika Freemasonry Yahudi hendak menempatkan “orang-orang” mereka pada posisi-posisi penting di suatu negeri, maka Freemasonry Yahudi akan menggunakan teknik “Subliminal Message” ini, yaitu dengan menggunakan bantuan Media Massa dibentuklah pencitraan yang “luar biasa baik, menawan dan menyenangkan” atas orang-orang pilihan mereka, sehingga rakyat / massa di negeri tersebut akan dimainkan dari sisi emosional dan perasaannya. Ketika sisi emosional dan perasaan rakyat telah dikendalikan untuk menyukai “orang-orang” pilihan Freemasonry, maka beku dan tumpul lah akal pikiran rakyat / massa. Rakyat tidak lagi melihat sosok orang-orang pilihan Freemasonry itu dengan kacamata dien, yakni semestinya memilih orang-orang yang shoolih sebagai pimpinan / pejabat negerinya.

Disaat opini rakyat telah dikuasai oleh Freemasonry, maka dengan mudah dan mulus lah Freemasonry menempatkan orang-orang pilihan mereka pada posisi-posisi penting di suatu negeri. Sementara rakyat / massa, sebagaimana dikatakan oleh Steven Jacobson, tidak sadar bahwa mereka sebenarnya telah menjadi korban dari “Mind ControlFreemasonry Yahudi.

Sebagaimana telah kita bahas dalam kajian terdahulu, bahwa Syaikh Dr. Gholib bin Ali Al ‘Awaaji dalam Kitabnya yang berjudul “Fikriyyah Mu’ashiroh Tantashibu illa al-Islam” (Paham-Paham Pemikiran Kontemporer Yang Mengatasnamakan Islaam) Jilid I halaman 546 pada Bab “Media Penebar Freemasonry” antara lain telah menjelaskan bahwa “Freemasonry memiliki media (cara) agar dianut oleh orang banyak, yakni dengan cara: menegakkan sistem Republik dan mendirikan banyak partai (multi partai) dalam Pemilihan Umum (Pemilu).

Dengan kata lain Demokrasi selalu menjadi alat yang diusung oleh mereka. Itu adalah disatu sisi, kemudian disisi lain Media Massa pun akan dikuasai oleh Freemasonry Yahudi sebagai alat mereka untuk menguasai/ mengontrol Kekuasaan Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.
Jadi hendaknya kaum Muslimin itu sadar bahwa Freemasonry Yahudi akan selalu berupaya untuk mengarahkan agar suatu negeri itu menggunakan paham Demokrasi sebagai sistem didalam negerinya, karena dengan sistem Demokrasi itu maka “Kekuasaan Tertinggi adalah ditangan rakyat/ massa. Lalu disisi lain, Freemasonry Yahudi akan menguasai Media-Media Massa yang berpengaruh di negeri tersebut. Mengapa demikian? Dengan cara seperti ini lah, maka Freemasonry Yahudi dapat menebarkan “pesan-pesan” mereka, membentuk opini massa sesuai kehendak mereka dan mengendalikan cara berpikir massa/rakyat di negeri itu; yang kemudian kekuatan massa/rakyat yang pola pikirnya telah “dibentuk” oleh Freemasonry Yahudi akan mereka gunakan sebagai alat untuk mengontrol /menguasai kekuasaan Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif di negeri tersebut dari belakang layar.

Freemasonry adalah “The Shadow” (Bayang-Bayang) atau “Invisible Hand (Tangan Tersembunyi) yang secara diam-diam mengendalikan pemerintahan-pemerintahan di dunia ini, sistem keuangan, bahkan arus informasi (dari media-media massa). Tujuan utama mereka adalah menciptakan sebuah Tatanan Dunia Baru (New World Order) yang dikendalikan sepenuhnya oleh para Mason yang menyembah Iblis (Lucifer), atau dengan kata lain mereka itu menginginkan agar Al Masiihud Dajjaal segera muncul di muka bumi ini.

Freemasonry Yahudi dan Zionis sangat ambisius menguasai Media Massa
Seluruh Media Massa yang berpengaruh di dunia ini haruslah berada dalam kekuasaan mereka (Freemasonry Yahudi dan Zionis), agar dengan cara itu mereka dapat mengontrol Massa / Masyarakat di berbagai belahan dunia, juga mengontrol kekuasaan Eksekutif, Yudikatif maupun Legislatif pemerintahan-pemerintahan di berbagai negara.


Oleh karena itu 96 % Media Massa di dunia ini adalah dimiliki oleh 6 perusahaan Zionis, sehingga bahkan Tzipora Menache, seorang juru bicara wanita negara harom Israel, berkata dengan pongahnya sebagai berikut : “You know very well, and the stupid Americans know equally well, that we control their government, irrespective of who sits in the White House. You see, I know it and you know it that no American president can be in a position to challenge us even if we do the unthinkable. What can they (Americans) do to us? We control congress, we control the media, we control show biz, and we control everything in America. In America you can criticize God, but you can’t criticize Israel…” (Israeli spokeswoman, Tzipora Menache)

Artinya:Anda tahu betul, begitu juga orang-orang Amerika yang bodoh itu sama-sama mengetahuinya; bahwa kami mengontrol pemerintah mereka, siapapun yang duduk di Gedung Putih. Anda lihat, saya tahu itu dan Anda juga tahu bahwa tidak ada Presiden Amerika yang sedang berada dalam posisinya bisa menentang kita, bahkan jika kita melakukan sesuatu yang tak pernah terpikirkan olehnya sekalipun. Apa yang bisa mereka (Amerika) lakukan terhadap kita? Tidak ada. Kami mengendalikan Kongres, kami mengontrol media, kami mengendalikan industri hiburan, dan kami mengontrol segala sesuatu di Amerika. Di Amerika Anda bisa mengkritik Tuhan, tetapi Anda tidak bisa mengkritik Israel(sumber: http://www.pakalertpress.com/2009/03/16/six-jewish-companies-own-96-of-the-worlds-media/)

George W. Bush with Jews (We, the Jewish people, control America and the Americans know it.” ~ Israel Prime Minister Ariel Sharon, October 3, 2001)
George W. Bush bersama Yahudi (“Kami, orang-orang Yahudi, mengontrol Amerika, dan orang-orang Amerika mengetahui hal itu – Perdana Mentri Israel, Ariel Sharon, 3 Oktober 2001) *
Catatan : untuk keperluan pembuktian fakta dokumentasi, maka bagian wajah pada foto ini tidak disamarkan


- Kemudian didalam situs lain (www.radioislam.org), digambarkan bahwa cengkeraman Yahudi terhadap Media Massa di dunia ini adalah sebagai berikut :“Jews have disproportionate influence on the medias in the West; the press, TV/Satellite channels, radio stations, publishing houses, and also in the film industry where for instance the Jewish dominance over Hollywood is used to promote their Apartheid state of Israel and Jewish values, and where the political enemies of Zionism are portrayed as sub-human….Hollywood is mainly – according to Jewish sources – in Jewish hands, and is misused as an instrument of propaganda. The Hollywood films shape the minds of Westerners but also, due to their Global reach, the rest of the world as well.”
Artinya: “Yahudi memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap media di Barat; saluran pers, TV / satelit, stasiun radio, penerbitan, dan juga dalam industri film dimana sebagai contohnya dominasi Yahudi atas Hollywood itu digunakan untuk mempromosikan Israel serta nilai-nilai Yahudi mereka, sedangkan musuh-musuh politik Zionisme digambarkan sebagai “bukan manusia” …. Terutama adalah Hollywood – menurut sumber-sumber Yahudi, Hollywood itu adalah di tangan Yahudi, serta disalahgunakan oleh mereka sebagai alat propaganda. Film-film produksi Hollywood itu (digunakan untuk) membentuk cara/pola berpikirnya orang-orang Barat, dan oleh karena jangkauan film-film itu mendunia maka pada akhirnya adalah membentuk cara pola berpikir (orang-orang di berbagai belahan) dunia juga.”

- “Media bias in the U.S. is the manifestation and endresult of Israel’s power in the Western world. It is not always so much in blatant lies, but rather, it is in telling half-truths, taking events out of their historical context, and giving gentler names to actions by Israel vice vile ones to actions by Palestinians and Arabs.”
Artinya:“Pemutarbalikan fakta Media Massa di Amerika Serikat itu adalah manifestasi dan hasil akhir dari kekuasaan Israel atas dunia Barat. Kebohongan itu tidak selalu diungkapkan secara terang-terangan, melainkan, adalah dengan cara menyampaikan separuh kebenaran. Yaitu dengan menyajikan suatu kejadian itu diluar konteks sejarah yang sebenarnya, lalu menggunakan “kata-kata yang bermakna melembutkan” terhadap tindakan-tindakan Israel (atas Palestina dan Arab), dan sebaliknya menggunakan “kata-kata yang melambangkan kekejian” (terhadap tindakan-tindakan orang Palestina dan Arab atas Israel).”

- By John Pilger, News Statesman. If you got your news only from the television, you would have no idea of the roots of the Middle East conflict, or that the Palestinians are victims of an illegal military occupation.”
Artinya : John Pilger, News Statesman berkata sebagai berikut: “Jika kalian hanya mendengarkan berita itu dari Televisi saja, maka kalian tidak akan mengetahui akar permasalahan yang sebenarnya atas konflik yang terjadi di Timur Tengah, dan (kalian tidak akan tahu bahwa) Palestina itu adalah korban dari agresi militer yang illegal.”

Bahkan lihat komentar mereka (Yahudi) atas penguasaan industri per-film-an dan media massa dunia, berikut ini :

Let’s be honest with ourselves, here, fellow Jews. We do control the media. We’ve got so many dudes up in the executive offices in all the big movie production companies it’s almost obscene… Did you know that all eight major film studios are run by Jews? – Jewish journalist Elad Nehorai in “Jews DO control the media”, The Times of Israel, July 1, 2012.
Artinya:Mari kita bersikap jujur ​​pada diri kita sendiri dalam hal ini, hai orang-orang Yahudi. Kita lah yang mengontrol media massa. Kita punya begitu banyak orang-orang dikalangan kantor Eksekutif di semua perusahaan produksi film yang besar-besar, yang hampir-hampir tidak masuk akal …. Tahukah Anda bahwa delapan studio perfilman utama, semuanya itu dijalankan oleh orang-orang Yahudi?” 

– Wartawan Yahudi, Elad Nehorai dalam “Yahudi BENAR-BENAR mengontrol Media Massa”, The Times of Israel, 1 Juli 2012.

-   His greatest concern, he says, is to protect Israel, by strengthening the United States-Israel relationship. At a conference last fall in Israel, Saban described his formula. His “three ways to be influential in American politics,” he said, were: make donations to political parties, establish think tanks, and control media outlets.– The New Yorker, on Haim Saban (Jewish Hollywood Mogul) “The Influencer”, May 10, 2010.
Artinya :Sebagaimana dikatakan (oleh Haim Saban), perhatiannya yang terbesar adalah untuk melindungi Israel, dengan menguatkan hubungan antara Amerika Serikat dengan Israel. Dalam konferensi musim gugur lalu di Israel, Saban mendeskripsikan formulanya, sebagai berikut: Tiga cara untuk berpengaruh di dunia politik Amerika, adalah dengan memberikan donasi (pendanaan) pada partai-partai politiknya, menyokong para penggagas ide (think tank), dan mengontrol media massa.” — “The New Yorker” tentang Haim Saban (seorang Yahudi yang berkuasa di Hollywood) dalam artikel berjudul “The Influencer”, 10 Mei 2010. Juga lihat pernyataan berikut :

-  “It doesn’t matter what government the country has. The power is held by those who own and control medias.”- Ahmed Rami

Artinya:“Tidak peduli pemerintahan apakah yang dimiliki oleh suatu negera. (Karena) Kekuasaan itu (sesungguhnya) dipegang oleh orang-orang yang memiliki dan mengontrol Media Massa”- Ahmed Rami.


Beberapa perusahaan media raksasa yang dimiliki oleh orang Yahudi seperti: Time Warner, merupakan konglomerasi media terbesar di dunia. Bekerjasama dengan AOL membentuk AOL-Warner. Yang masuk ke dalam Warner adalah Time Inc, HBO, Cinemax, termasuk juga CNN yang dibeli dari Ted Turner.
Raja konglomerasi media lainnya adalah Rupert Murdoch, pemilik News Corporation yang meliputi: Fox Television Network, Fox News, the FX Channel, 20th Century Fox Films, Fox 2000, dan penerbit Harper Collins, News Corp.

Kantor-kantor berita raksasa yang dikuasai Yahudi antara lain Reuter (didirikan di Jerman oleh Julius Paul Reuter, seorang Yahudi kelahiran Jerman bernama asal Israel Beer Josaphat, lalu pindah ke Paris dan pindah lagi ke London), Associated Press (AP) yang berpusat di Amerika Serikat, dan United Press International (UPI) juga di Amerika Serikat.

Di Amerika, koran-koran juga dikuasai oleh Yahudi antara lain Wall Street Journal, Daily News, New York Times, The Washington Post, The Times Herald, dan lain-lain. Dua majalah kaliber dunia, Time dan Newsweek juga dikuasai orang-orang Yahudi.

Tidak hanya itu, orang-orang Yahudi juga mendominasi perfilman internasional dan jaringan TV internasional (ABC, CBS, NBS). Perusahaan-perusahaan film yang didominasi mereka antara lain Fox Company, Golden Campany, Metro Company, Warner & Bros Company, dan Paramount Company.
(sumber: http://www.akhirzaman.info/menukonspirasi/konspirasi-islam/1889-demonisasi-wajah-islam-.html)
Sebagai pelengkap data dan fakta, lihatlah Lampiran (dibagian akhir ceramah ini) berupa “Daftar orang-orang Yahudi yang Membantu Freemasonry/ Illuminati dalam Mengendalikan Dunia melalui Media Massa”.


Jadi sungguh berbahaya apabila Media Massa itu dikontrol dan dikuasai oleh orang-orang yang hatinya tidak beriman pada Allah dan Rosul-Nya, karena Media Massa itu akan digunakannya untuk membentuk opini ummat /manusia sesuai kehendak hawa nafsu sang penguasa Media Massa tersebut, untuk kemudian menebarkan keburukan serta kerusakan di muka bumi.


Wahai kaum Muslimin, coba perhatikan dan cermati Media Massa disekitar kita. Tidak perlu jauh-jauh menengok negara tetangga, tapi lihat Media Massa di negeri kita Indonesia ini. Berapa banyak program-program TV itu yang menyuarakan Al Qur’an dan As Sunnah? Bukankah sebagian besar program-program di TV itu, mulai dari acara untuk anak-anaknya, aneka hiburannya maupun berita-beritanya adalah jauh dari nilai-nilai Islam? Bahkan tidak luput diantara pemberitaannya itu adalah justru turut serta dalam upaya menyebarkan Islamophobia?


Lihat bioskop-bioskop di tanah air kita yang seringkali dipadati oleh pemuda-pemudi Muslimin yang lalai dari seruan Allah dan Rasul-Nya. Bukankah bioskop-bioskop itu sebagian besar dipenuhi oleh film-film Barat yang menyuarakan budaya dan ideologi Yahudi? Ataupun kalaulah diisi oleh film-film hasil karya anak bangsa Indonesia sendiri, maka film Indonesia itu pun telah terpengaruh oleh budaya dan ideologi Yahudi; berupa ajaran pluralisme, liberalisme, khurofat, atau berbasis budaya yang jauh dari tuntunan Al Islam seperti: musik, pacaran, ikhtilath (bercampur-baurnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom), berpakaian ala Barat yang tidak menutup aurot, dan sebagainya.


Tengok pula kios-kios penjual majalah/tabloid/koran/buku komik anak-anak yang ada di tanah air kita ini. Adakah Al Qur’an dan As Sunnah yang kalian temukan disitu? Ataukah justru malah budaya Barat-Timur-ideologi Yahudi yang ada didalamnya?

Renungkan pribadi Muslim seperti apakah yang akan terbentuk, apabila ia jauh dari tadabbur terhadap Al Qur’an, jauh dari mempelajari Hadits-Hadits Shahih dari Rasulullah, jauh dari nasehat Salafush Sholih; dan justru sebaliknya pola pikirnya – jiwanya – matanya – telinganya – perkataannya adalah sehari-harinya dipenuhi dan dipengaruhi serta terkonsumsi oleh Media Massa Yahudi dan orang-orang kafir. Maka bisa jadi si Muslim itu sudah berubah ‘aqiidah-nya. Ia bukan lagi ber-‘aqidah Islam, meskipun di KTP-nya tertulis “Muslim”;  tetapi  pada hakekatnya pola berpikirnya – akalnya – jiwanya – matanya – telinganya – perkataannya telah berubah dan terbentuk mengikuti pola yang dikehendaki Yahudi/ orang-orang kaafir. Na’uudzu billaahi min dzaalik.

Media dalam Pandangan Islam
Sekarang, mari kita bahas Media dalam tinjauan / pandangan Al Islaam.
Bila ditinjau dari sisi Syari’at Islam, maka sebenarnya kaum Muslimin adalah ummat yang tidak terpisah kehidupannya dari Media. Ummat Islam itu sendiri dalam kehidupannya tidak akan pernah lepas dari berita dan dari da’wah.

Sebagai contohnya adalah sabda Rasulullah dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 3461 dari Shohabat ‘Abdullooh bin Amr bin Al ‘Ash :
بَلِّغُوْا عَنيِّ وَلَوْ آيَةٍ
Artinya:
Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.”
Untuk “menyampaikan” apa yang diperintahkan oleh Allah  dan Rasul-Nya sebagaimana dalam Hadits diatas itu, diperlukan Media. Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan Rasulullah  adalah bisa dengan mulut, dengan isyarat, dengan contoh perilaku, dengan memerintahkan secara langsung, atau bisa pula menyampaikannya melalui pidato, khutbah, tulisan dan sebagainya.

Ketika Rasulullah bersabda demikian, maka ummat Islam haruslah cerdas menterjemahkannya; bahwa kita ummat Islam ini memerlukan Media, supaya apa yang berasal dari Rasulullah  bisa tersampaikan kepada ummat.

Bahkan orang buta (tunanetra) atau orang bisu sekalipun tetap bisa ikut berda’wah, misalkan dengan kejujurannya, dengan kesabarannya, dengan tawakkul-nya, dan sebagainya. Tidak ada orang yang tidak bisa memerankan untuk me-mediasi sehingga orang lain itu bisa mendapatkan petunjuk dari Allah.


Adapun tentang Berita, maka apabila kita amati, ternyata kaum Muslimin itu pun tidak pernah lepas dari Berita. Bahkan kaum Muslimin, apabila ia tidak membenarkan Berita yang berasal dari Wahyu Allah  dan sabda Rasulullah, maka dia tidak akan tergolong orang-orang yang shoolih. Karena beriman kepada Allah  bahwa Allah  itu ada, itu pun suatu berita. Kemudian antara lain beriman kepada adanya kematian, alam barzakh, hari akhirat, surga, neraka itu pun adalah Berita. Akibat dari upaya kita untuk membenarkan Berita yang datang dari Wahyu tersebut, maka kita pun menjadi termotivasi untuk banyak berbuat amal shoolih dan berupaya untuk meninggalkan dan menjauhi apa yang menjadi larangan Allah.
Dalam Al Qur’an Surat Al ‘Alaq (96) ayat 1, Allah berfirman sebagai berikut :
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Robb-mu Yang menciptakan


Kata “Baca” (membaca) dari ayat diatas adalah memerlukan Media berupa mata ataupun naskah, dan agar berita itu dapat masuk kedalam diri manusia / dipahami maka dibutuhkan Media berupa telinga. Semakin Media itu digabungkan dengan teknologi audio dan teknologi visual, maka akan semakin baik hasilnya. Dengan demikian, ayat diatas adalah menggerakkan kaum Muslimin kepada Media, bahwa membaca itu memerlukan media berupa buku, majalah, bulletin, koran, naskah dan sebagainya.

Perhatikan pula firman-Nya dalam QS. Al Maa’idah (5) ayat 67 berikut ini:

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Artinya:
Hai Rosuul (Muhammad), sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Robb-mu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allooh memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allooh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kaafir.”


Bagaimana mungkin Rasulullah menyampaikan, kalau tidak ada alat (Media) untuk menyampaikannya ?
Pada masanya, Rasulullah  menggunakan berbagai media da’wah antara lain: da’wah Fardhiyyah (da’wah sendiri-sendiri), Jama’iyyah (da’wah kolektif), Uswah (suri tauladan), Targhiib (motivasi dan anjuran), Tarhiib (ancaman dan hukuman) dan sebagainya.

Bahkan dimasa itu, para Shohabat ada yang menjadi “Tim penulis Al Qur’an”, dan ada juga para Shohabat yang menjadi “Tim penulis Hadits / As Sunnah”.


Pada mulanya, Hadits-Hadits Rasulullah dilarang untuk ditulis adalah agar supaya tidak bercampur antara Al Qur’an dan Al Hadiits. Tetapi setelah Rasulullah mengamati bahwa keadaan sudah memungkinkan dan “aman” untuk tidak terjadi percampuran; yakni para Shohabatnya  telah diajari bagaimana cara memisahkan antara Al Qur’an dan Al Hadiits; maka setelah itu barulah Rasulullah mengizinkan para Shohabatnya untuk menuliskan Al Hadiits.


Dengan demikian, jelaslah bahwa penulisan Al Qur’an dan Al Hadiits itu sudah ada sejak zaman Rasulullah. Media-media dikala itu memang sangatlah sederhana. Ada yang menggunakan media berupa lempengan batu, kulit unta, pelepah kurma dan sebagainya. Di zaman itu belum ada media berupa kertas. Selanjutnya, setelah terjadi perkembangan zaman, barulah muncul media berupa kertas. Lembaran kertas-nya pun belumlah sebagus seperti sekarang. Dahulu, ketika para ‘Ulama akan menulis diatas kertas, maka mereka itu menggunakan pena yang dicelupkan kedalam tinta terlebih dahulu, barulah dipakai untuk menulis. Pada intinya bahwa menyampaikan Ar Risaalah itu perlu Media. Maka kalau ada Muslim yang tidak berbicara tentang Media da’wah, tidak berpikir tentang Media da’wah; maka seyogyanya itu adalah karena ia belum paham tentang hal ini.


Muslim yang benar-benar memahami ayat diatas dan menyadari bahwa Media itu adalah bagian dari Islam, maka ia akan melakukan berbagai upaya eksplorasi terhadap media apa saja yang dapat digunakannya sebagai Media Da’wah. Dan di zaman sekarang, Media Da’wah itu sangatlah luas. Bisa berupa TV, Radio, Kaset, Data Digital, Koran, Bulletin, Tabloid, Internet, Sekolah, Pesantren, Yayasan, Organisasi Massa, Majelis Ta’lim, Khutbah, Pidato dan berbagai bentuk media lainnya. Semuanya itu dapat digunakan sebagai Media Da’wah untuk menyampaikan Ar Risaalah, dimana Media ini dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

Adapun isi da’wahnya tidaklah boleh berubah, melainkan harus sesuai dengan Wahyu dari Al Qur’an, As Sunnah yang shohiihah, dan dengan pemahaman sebagaimana pemahaman Salafush Shoolih (Shohabat, Tabi’iin, Tabi’ut Tabi’iin) dan para ‘Ulama Ahlus Sunnah yang mu’tabar.

Kemudian perhatikan firman Allah  dalam QS. Al Hajj (22) ayat 67 sebagai berikut:

لِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا هُمْ نَاسِكُوهُ ۖ فَلَا يُنَازِعُنَّكَ فِي الْأَمْرِ ۚ وَادْعُ إِلَىٰ رَبِّكَ ۖ إِنَّكَ لَعَلَىٰ هُدًى مُسْتَقِيمٍ

Artinya:
Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari´at tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari´at) ini dan serulah kepada (dien / agama) Robb-mu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.”


Pelajaran pertama yang dapat kita petik dari ayat diatas adalah bahwa Allah  lah yang telah menetapkan Syari’at Islam dan memerintahkan agar janganlah manusia itu membantah terhadap Syari’at Islam yang telah dibawa oleh Rasulullah.

Pelajaran kedua adalah bahwa Allah  pula lah yang menyuruh agar menyeru manusia kepada dien serta Syari’at yang datang dari Allah ini.


Ketika ada perintah “serulah (manusia) kepada dien”, maka berarti diperlukan Media yang menjadi penghubung antara sang pendakwah dan orang yang didakwahi. Jadi berbicara tentang Media Da’wah adalah identik dengan berbicara tentang Al Islaam, karena tidak mungkin Al Islaam sampai kepada orang tanpa Media.

Perhatikan pula firman Allah dalam QS. Al Qoshosh (28) ayat 87 berikut ini:

وَلَا يَصُدُّنَّكَ عَنْ آيَاتِ اللَّهِ بَعْدَ إِذْ أُنْزِلَتْ إِلَيْكَ ۖ وَادْعُ إِلَىٰ رَبِّكَ ۖ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Artinya:
Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allooh, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Robb-mu, dan janganlah sekali-sekali kamu termasuk orang-orang yang musyrik (mempersekutukan Allah).”

Dari ayat diatas ini dapatlah kita ambil suatu pelajaran bahwa hendaknya para da’i dan orang-orang yang berdakwah / menyeru manusia ke jalan Allah itu mempunyai sikap “pantang mundur”, tidak gentar terhadap berbagai gangguan dan halangan yang datang dari manusia. Teruslah berdakwah, dan jangan menjadi orang-orang yang musyrik (mempersekutukan Allah).


Dengan demikian, apabila kita renungkan dan cermati ayat tersebut, dapat pula kita ambil suatu pelajaran bahwa Muslim yang bersikap pasif, diam saja dan tidak turut serta dalam upaya berdakwah itu justru bisa terpengaruh oleh kemusyrikan orang lain. Dakwah itu adalah Media untuk menjadikan diri seseorang menjadi Istiqomah. Jika seseorang ikut berdakwah, maka ia akan mempunyai “pertahanan”. Tetapi kalau seorang Muslim itu diam saja, tidak aktif ikut berdakwah, maka ia justru berpotensi terkena virus kemusyrikan. Orang yang aktif, bergerak, berusaha mempertahankan dan mengajarkan Al Islaam kepada orang lain; maka ia akan selalu “ditegur” oleh Ilmu yang dimilikinya. Dan ia pun akan senantiasa ditambah kapasitas keilmuan (dien)-nya, karena ia selalu belajar.

Berikut ini, perhatikan firman Allah  dalam QS. Aali ‘Imroon (3) ayat 110 :

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allooh. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasiq.”


Dalam ayat diatas, Allah  memerintahkan kita untuk menjadi ummat yang terbaik. Bagaimana caranya agar menjadi ummat yang terbaik? Allah  memberitahukan bahwa agar menjadi ummat terbaik, hendaknya kaum Muslimin itu memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar.


Berarti bagaimana kaum Muslimin berharap menjadi ummat terbaik, apabila ia bersikap apatis, masa bodoh, diam saja, tidak memiliki kepedulian apakah Syari’at Islam di muka bumi ini tegak ataukah tidak. Ia hidup “semaunya sendiri”, tidak berpartisipasi dalam dakwah, tidak mau bergerak memperjuangkan Al Islaam, tidak peduli melihat kemungkaran yang semakin hari semakin merebak. Lalu bagaimanakah kaum Muslimin berharap ia menjadi ummat terbaik, apabila ia sendiri tidak mengikuti apa yang diperintahkan Allah  dan Rosuul-Nya untuk amar ma’ruf dan nahi munkar?


Demikianlah, berbagai ayat dan Hadits diatas membuktikan bahwa kaum Muslimin semestinya bersikap aktif dalam menyeru manusia ke jalan Allah, serta tidak boleh mengabaikan Media dalam memperjuangkan Al Islaam; karena kaum Muslimin adalah ummat yang tidak pernah dan tidak boleh lepas dari Media.
Pertanyaannya sekarang : “Mana Media Massa kaum Muslimin di zaman sekarang?

Nah, ini adalah suatu masalah, karena berbagai Media Massa didunia ini justru malah dikuasai oleh Yahudi dan orang-orang kafir.


Hendaknya kaum Muslimin bersatu-padu untuk memperjuangkan Al Islaam. Muslim yang memiliki kemampuan dibidang komunikasi dan menguasai teknologi Media Massa seperti TV, Radio, Internet, Koran, dan sebagainya membantu dengan menggunakan ilmunya tersebut untuk mengemas dan menjadikan suatu dakwah tersampaikan dengan baik, jelas dan menarik bagi ummat. Muslim yang memiliki kemampuan dana, membantu terhadap pembiayaannya. Muslim yang menjadi para da’i maka ia menyampaikan Al Qur’an dan As Sunnah sesuai pemahaman Salafush Shoolih dan para ‘Ulama yang mu’tabar dengan cara yang hikmah melalui media yang tersedia itu. Apabila seluruh pihak berkolaborasi untuk menolong Al Islaam, maka insya Allooh suatu saat nanti Islam akan kembali jaya. Untuk melaksanakan segala perkara tersebut, dibutuhkan keikhlasan, pengorbanan, dan semangat yang kuat dan tangguh; semata-mata berharap agar kalimat “Laa Ilaaha Illallah Muhammadar Rasulullah” dan syari’at-Nya ditegakkan dan di-dzohir-kan di muka bumi. Ingat, Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum, apabila kaum itu sendiri tidak berupaya untuk mengubahnya.

Allah berfirman dalam QS. Ar Ro’d (13) ayat 11 sebagai berikut:

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ

Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

Waspadai Rencana Yahudi dengan Protokolat Zionisme-nya

Seharusnya kaum Muslimin tidak boleh tidak memiliki Media Massa. Kaum Muslimin semestinya menempatkan Media Massa sebagai tempat yang strategis dalam hidup dan dakwahnya. Kita lihat bahwa ternyata Media Massa telah dicuri-start oleh Zionis Yahudi. Dalam Protokolat Zionis ke-12, Zionis Yahudi telah berencana dan berupaya sejak dahulu agar seluruh Media Massa di dunia ini dikuasainya.

Rencana jangka panjang Zionis Yahudi untuk menghancurkan Islam dan agama diseluruh dunia ini tertuang dalam “Protocols of Zion”. Dokumen ini adalah sumber inspirasi Zionis Yahudi untuk menata dunia sesuai dengan keinginannya. Protokol itu pertama kalinya diterbitkan (– atau ada pula yang berpendapat bahwa ia sudah ada jauh sebelumnya, namun diterbit-ulangkan –) pada tahun 1897 di Basel-Swiss oleh pemimpin Zionis saat itu, yakni: Theodore Herzl. Dokumen itu berisi 24 pasal (24 protocols). Tadinya dokumen tersebut sangat dirahasiakan, namun kemudian kerahasiaannya bocor dan sampailah ke tangan pendeta orthodox Rusia bernama Sergyei Nilus, yang menterjemahkannya ke dalam bahasa Rusia pada tahun 1905. Seorang wartawan Inggris,Victor E. Marsden, kemudian menterjemahkannya kembali kedalam bahasa Inggris dengan judul “The Protocols of The Learned Elders of Zion” yang diterbitkan pada tahun 1923.


Henry Ford, dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada New York World, 17 Februari 1921, mengemukakan pendapatnya secara ringkas dan meyakinkan tentang karya Sergyei Nilus tersebut sebagai berikut : “The only statement I care to make about the PROTOCOLS is that they fit in with what is going on. They are sixteen years old, and they have fitted the world situation up to this time. THEY FIT IT NOW.”
Artinya :Satu-satunya pernyataan penting saya mengenai protokol-protokol tersebut adalah bahwa protokol-protokol tersebut sesuai dengan apa yang terjadi. Protokol-protokol itu berusia enam belas tahun. Dan masih sesuai dengan situasi dunia sampai saat ini.”



Perhatikan bunyi dari Protokolat Zionisme ke-12 berikut ini: 


PROTOCOLS of the LEARNED ELDERS of ZION PROTOCOL No. 12
1. The word “freedom,” which can be interpreted in various ways, is defined by us as follows -
2. Freedom is the right to do what which the law allows. This interpretation of the word will at the proper time be of service to us, because all freedom will thus be in our hands, since the laws will abolish or create only that which is desirable for us according to the aforesaid program.
3. We shall deal with the press in the following way: what is the part played by the press to-day? It serves to excite and inflame those passions which are needed for our purpose or else it serves selfish ends of parties. It is often vapid, unjust, mendacious, and the majority of the public have not the slightest idea what ends the press really serves. We shall saddle and bridle it with a tight curb: we shall do the same also with all productions of the printing press, for where would be the sense of getting rid of the attacks of the press if we remain targets for pamphlets and books? The produce of publicity, which nowadays is a source of heavy expense owing to the necessity of censoring it, will be turned by us into a very lucrative source of income to our State: we shall law on it a special stamp tax and require deposits of caution-money before permitting the establishment of any organ of the press or of printing offices; these will then have to guarantee our government against any kind of attack on the part of the press. For any attempt to attack us, if such still be possible, we shall inflict fines without mercy. Such measures as stamp tax, deposit of caution-money and fines secured by these deposits, will bring in a huge income to the government. It is true that party organs might not spare money for the sake of publicity, but these we shall shut up at the second attack upon us. No one shall with impunity lay a finger on the aureole of our government infallibility. The pretext for stopping any publication will be the alleged plea that it is agitating the public mind without occasion or justification. I BEG YOU TO NOTE THAT AMONG THOSE MAKING ATTACKS UPON US WILL ALSO BE ORGANS ESTABLISHED BY US, BUT THEY WILL ATTACK EXCLUSIVELY POINTS THAT WE HAVE PRE-DETERMINED TO ALTER.

WE CONTROL THE PRESS

4. NOT A SINGLE ANNOUNCEMENT WILL REACH THE PUBLIC WITHOUT OUR CONTROL. Even now this is already being attained by us inasmuch as all news items are received by a few agencies, in whose offices they are focused from all parts of the world. These agencies will then be already entirely ours and will give publicity only to what we dictate to them.
5. If already now we have contrived to possess ourselves of the minds of the GOY communities to such an extent the they all come near looking upon the events of the world through the colored glasses of those spectacles we are setting astride their noses; if already now there is not a single State where there exist for us any barriers to admittance into what GOY stupidity calls State secrets: what will our positions be then, when we shall be acknowledged supreme lords of the world in the person of our king of all the world ….
6. Let us turn again to the FUTURE OF THE PRINTING PRESS. Every one desirous of being a publisher, librarian, or printer, will be obliged to provide himself with the diploma instituted therefore, which, in case of any fault, will be immediately impounded. With such measures THE INSTRUMENT OF THOUGHT WILL BECOME AN EDUCATIVE MEANS ON THE HANDS OF OUR GOVERNMENT, WHICH WILL NO LONGER ALLOW THE MASS OF THE NATION TO BE LED ASTRAY IN BY-WAYS AND FANTASIES ABOUT THE BLESSINGS OF PROGRESS. Is there any one of us who does not know that these phantom blessings are the direct roads to foolish imaginings which give birth to anarchical relations of men among themselves and towards authority, because progress, or rather the idea of progress, has introduced the conception of every kind of emancipation, but has failed to establish its limits …. All the so-called liberals are anarchists, if not in fact, at any rate in thought. Every one of them in hunting after phantoms of freedom, and falling exclusively into license, that is, into the anarchy of protest for the sake of protest ….

FREE PRESS DESTROYED

7. We turn to the periodical press. We shall impose on it, as on all printed matter, stamp taxes per sheet and deposits of caution- money, and books of less than 30 sheets will pay double. We shall reckon them as pamphlets in order, on the one hand, to reduce the number of magazines, which are the worst form of printed poison, and, on the other, in order that this measure may force writers into such lengthy productions that they will be little read, especially as they will be costly. At the same time what we shall publish ourselves to influence mental development in the direction laid down for our profit will be cheap and will be read voraciously. The tax will bring vapid literary ambitions within bounds and the liability to penalties will make literary men dependent upon us. And if there should be any found who are desirous of writing against us, they will not find any person eager to print their productions in print the publisher or printer will have to apply to the authorities for permission to do so. Thus we shall know beforehand of all tricks preparing against us and shall nullify them by getting ahead with explanations on the subject treated of.
8. Literature and journalism are two of the most important educative forces, and therefore our government will become proprietor of the majority of the journals. This will neutralize the injurious influence of the privately-owned press and will put us in possession of a tremendous influence upon the public mind …. If we give permits for ten journals, we shall ourselves found thirty, and so on in the same proportion. This, however, must in no wise be suspected by the public. For which reason all journals published by us will be of the most opposite, in appearance, tendencies and opinions, thereby creating confidence in us and bringing over to us quite unsuspicious opponents, who will thus fall into our trap and be rendered harmless.
9. In the front rank will stand organs of an official character. They will always stand guard over our interests, and therefore their influence will be comparatively insignificant.
10. In the second rank will be the semi-official organs, whose part it will be to attack the tepid and indifferent.
11. In the third rank we shall set up our own, to all appearance, off position, which, in at least one of its organs, will present what looks like the very antipodes to us. Our real opponents at heart will accept this simulated opposition as their own and will show us their cards.
12. All our newspapers will be of all possible complexions – aristocratic, republican, revolutionary, even anarchical – for so long, of course, as the constitution exists …. Like the Indian idol “Vishnu” they will have a hundred hands, and every one of them will have a finger on any one of the public opinions as required. When a pulse quickens these hands will lead opinion in the direction of our aims, for an excited patient loses all power of judgment and easily yields to suggestion. Those fools who will think they are repeating the opinion of a newspaper of their own camp will be repeating our opinion or any opinion that seems desirable for us. In the vain belief that they are following the organ of their party they will, in fact, follow the flag which we hang out for them.
13. In order to direct our newspaper militia in this sense we must take special and minute care in organizing this matter. Under the title of central department of the press we shall institute literary gatherings at which our agents will without attracting attention issue the orders and watchwords of the day. By discussing and controverting, but always superficially, without touching the essence of the matter, our organs will carry on a sham fight fusillade with the official newspapers solely for the purpose of giving occasion for us to express ourselves more fully than could well be done from the outset in official announcements, whenever, of course, that is to our advantage.
14. THESE ATTACKS UPON US WILL ALSO SERVE ANOTHER PURPOSE, NAMELY, THAT OUR SUBJECTS WILL BE CONVINCED TO THE EXISTENCE OF FULL FREEDOM OF SPEECH AND SO GIVE OUR AGENTS AN OCCASION TO AFFIRM THAT ALL ORGANS WHICH OPPOSE US ARE EMPTY BABBLERS, since they are incapable of finding any substantial objections to our orders.

ONLY LIES PRINTED

15. Methods of organization like these, imperceptible to the public eye but absolutely sure, are the best calculated to succeed in bringing the attention and the confidence of the public to the side of our government. Thanks to such methods we shall be in a position as from time to time may be required, to excite or to tranquillize the public mind on political questions, to persuade or to confuse, printing now truth, now lies, facts or their contradictions, according as they may be well or ill received, always very cautiously feeling our ground before stepping upon it …. WE SHALL HAVE A SURE TRIUMPH OVER OUR OPPONENTS SINCE THEY WILL NOT HAVE AT THEIR DISPOSITION ORGANS OF THE PRESS IN WHICH THEY CAN GIVE FULL AND FINAL EXPRESSION TO THEIR VIEWS owing to the aforesaid methods of dealing with the press. We shall not even need to refute them except very superficially.
16. Trial shots like these, fired by us in the third rank of our press, in case of need, will be energetically refuted by us in our semi-official organs.
17. Even nowadays, already, to take only the French press, there are forms which reveal Masonic solidarity in acting on the watchword: all organs of the press are bound together by professional secrecy; like the augurs of old, not one of their numbers will give away the secret of his sources of information unless it be resolved to make announcement of them. Not one journalist will venture to betray this secret, for not one of them is ever admitted to practice literature unless his whole past has some disgraceful sore or other …. These sores would be immediately revealed. So long as they remain the secret of a few the prestige of the journalist attacks the majority of the country – the mob follow after him with enthusiasm.
18. Our calculations are especially extended to the provinces. It is indispensable for us to inflame there those hopes and impulses with which we could at any moment fall upon the capital, and we shall represent to the capitals that these expressions are the independent hopes and impulses of the provinces. Naturally, the source of them will be always one and the same – ours. WHAT WE NEED IS THAT, UNTIL SUCH TIME AS WE ARE IN THE PLENITUDE POWER, THE CAPITALS SHOULD FIND THEMSELVES STIFLED BY THE PROVINCIAL OPINION OF THE NATIONS, I.E., OF A MAJORITY ARRANGED BY OUR AGENTUR. What we need is that at the psychological moment the capitals should not be in a position to discuss an accomplished fact for the simple reason, if for no other, that it has been accepted by the public opinion of a majority in the provinces.
19. WHEN WE ARE IN THE PERIOD OF THE NEW REGIME TRANSITIONAL TO THAT OF OUR ASSUMPTION OF FULL SOVEREIGNTY WE MUST NOT ADMIT ANY REVELATION BY THE PRESS OF ANY FORM OF PUBLIC DISHONESTY; IT IS NECESSARY THAT THE NEW REGIME SHOULD BE THOUGHT TO HAVE SO PERFECTLY CONTENDED EVERYBODY THAT EVEN CRIMINALITY HAS DISAPPEARED … Cases of the manifestation of criminality should remain known only to their victims and to chance witnesses – no more.

Artinya:

PROTOKOLAT (RENCANA) PARA TETUA ZION YANG BIJAK PROTOKOLAT No. 12

1.  Kata “kebebasan” (freedom) yang dapat diinterpretasikan dengan berbagai cara itu, kita definisikan sebagai berikut:
2. Kebebasan adalah hak untuk berbuat sebagaimana yang diizinkan oleh hukum. Interpretasi atas kata ini pada saat yang tepat akan digunakan untuk keuntungan kita, sebab semua kebebasan itu akan berada di tangan kita, karena undang-undang hanya akan melarang atau menciptakan interpretasi yang dikehendaki oleh kita, menurut program tersebut di atas.
3.  Kita akan menangani pers dengan cara-cara sebagai berikut: Peran apakah yang dimainkan oleh pers disaat ini? Pers memainkan peran untuk membangkitkan gairah dan mengobarkan hasrat-hasrat yang diperlukan untuk mencapai tujuan kita, atau jika tidak, Pers itu akan melayani tujuan egois dari partai-partai. Pers itu seringkali tidak menarik, tidak adil, berdusta, dan mayoritas publik tidak punya pikiran sedikit pun tentang tujuan-tujuan apa sebenarnya yang diberikan oleh Pers itu. Akan kita tunggangi dan kekang Pers itu dengan tali kekang yang erat. Kita juga akan melakukan hal yang sama dengan seluruh produksi Pers (yang berupa) Percetakan, karena bagaimana cara kita menghindarkan diri dari serangan-serangan Pers bila kita tetap menjadi bulan-bulanan dari pamflet-pamflet dan buku-buku (mereka)? Hasil dari suatu publisitas, yang dimasa kini merupakan sebuah sumber pengeluaran yang memberatkan karena keperluan penyensorannya, (maka hal itu) akan kita balik menjadi sebuah sumber pendapatan yang sangat menguntungkan bagi Negara kita. Akan kita tempelkan diatas hasil publikasi itu sebuah pajak perangko khusus, dan harus disediakan pula uang-uang jaminan untuk izin pendirian organisasi Pers atau kantor-kantor percetakan apa pun. Semuanya harus menjadi jaminan bagi Pemerintah kita dari berbagai serangan Pers. Karena setiap usaha penyerangan pada kita, apabila yang demikian itu masih bisa terjadi, maka akan kita kenakan denda-denda tanpa ampun. Tindakan-tindakan seperti pajak perangko, setoran uang jaminan, dan denda-denda yang dijaminkan oleh uang-uang jaminan ini, akan mendatangkan pendapatan yang sangat besar bagi Pemerintah. Adalah benar bahwa organisasi-organisasi partai boleh jadi tidak akan menyediakan uang demi publisitas, tetapi akan kita tutup serangan kedua (yang bisa terjadi) terhadap kita. Tidak seorang pun bisa bebas dari hukuman atas gangguan (mereka) terhadap gambaran “kesucian” / ketidakbersalahan Pemerintah kita. Dalih untuk menutup setiap publikasi adalah pengenaan tuduhan melakukan agitasi pendapat publik tanpa alasan atau pembenaran. Saya mohon anda untuk mencatat bahwa diantara mereka yang melakukan serangan-serangan pada kita itu adalah juga (sebenarnya) organisasi-organisasi yang didirikan oleh kita, tetapi mereka akan menyerang kita secara ekslusif dengan poin-poin yang telah kita tetapkan sebelumnya untuk diubah.

KITA MENGUASAI PERS

4. Tidak akan ada satu pengumuman pun yang akan sampai ke publik tanpa kendali kita. Bahkan hal itu kini telah kita capai karena semua berita itu diterima oleh beberapa kantor agen berita, yang di kantor-kantor mereka berita-berita itu difokuskan dari seluruh penjuru dunia. Seluruh kantor agen berita ini akan segera berada dalam genggaman kita dan hanya akan menyiarkan apa-apa yang kita diktekan kepada mereka saja.
5. Jika saja sekarang kita telah berupaya untuk menguasai pikiran dari komunitas goyim (– non-Yahudi – pent.) sedemikian rupa sehingga mereka itu semua datang mendekat untuk kemudian memandang berbagai kejadian di seluruh dunia ini melalui kacamata berwarna yang kita tenggerkan diatas hidung-hidung mereka (– maksudnya: mereka akan memandang berbagai kejadian di seluruh dunia ini dengan cara pandang kita – pent.); dan jika saja disaat ini telah benar-benar tidak ada satu Negara pun yang menjadi halangan bagi kita untuk memasuki apa yang goyim bodoh itu namakan rahasia, maka posisi kita ketika itu, adalah kita akan diakui sebagai Penguasa Tertinggi Dunia, sebagai raja dari seluruh dunia…..
6. Mari kita kembali ke masa depan percetakan Pers. Seseorang yang ingin menjadi seorang penerbit, pustakawan, atau percetakan, akan diwajibkan untuk memiliki Lisensi sah, yang apabila (mereka itu) melakukan kesalahan, maka akan segera ditutup. Dengan cara seperti itu, maka pola berpikir mereka tersebut akan menjadi alat edukatif (yang dikuasai) di tangan pemerintah kita, yang tidak akan mengizinkan masyarakat suatu bangsa itu disesatkan dengan berbagai cara dan fantasi tentang nikmatnya suatu kemajuan. Adakah diantara kita yang tidak mengetahui bahwa ilusi kenikmatan tersebut adalah merupakan jalan pintas menuju khayalan-khayalan bodoh yang melahirkan hubungan-hubungan anarkis manusia di dalam diri mereka sendiri, dan juga terhadap penguasa; karena kemajuan, ataupun cita-cita kemajuan itu, telah memperkenalkan konsep dari setiap macam emansipasi, tetapi telah gagal dalam menetapkan batasan-batasannya ….. Semua orang yang dinamakan sebagai orang-orang liberal itu (pada hakekatnya) adalah anarkis, bila tidak dalam kenyataan, (maka paling tidak adalah) pada setiap tingkatan pemikirannya. Semua orang yang sedang memburu ilusi kebebasan itu, (akan) jatuh semata-mata kedalam penyelewengan kebebasan (itu sendiri), yakni ke dalam kekacauan protes demi kepentingan protes itu sendiri …..

PERS BEBAS (AKAN) DIHANCURKAN
7.  Kita kembali ke periodikal Pers. Akan kita tekankan atas periodikal Pers ini, sebagaimana pada semua barang cetakan, adalah pajak-pajak perangko per lembarnya dan setoran uang-uang jaminan, dan buku-buku yang kurang dari 30 lembar maka harus dibayar dobel. Akan kita anggap pers-pers itu sebagai pamflet-pamflet agar pada sisi lain, bisa mengurangi jumlah majalah-majalah, yang merupakan bentuk terburuk dari racun cetakan dan, pada sisi lain, agar tindakan ini bisa memaksa para penulis untuk masuk ke dalam produksi-produksi yang cukup panjang, sehingga barang-barang cetakan itu akan sedikit dibaca, terutama karena harganya akan jatuh sangat mahal. Pada saat yang sama akan kita publikasikan barang-barang cetakan kita sendiri untuk mempengaruhi pembangunan mentalitas ke arah yang telah kita tetapkan, yang keuntungannya bagi kita adalah harga yang murah dan akan dibaca dengan lahap sekali. Pajak akan menghilangkan ambisi terhadap kesusasteraan karena berbagai batasannya, dan kemungkinan untuk terkenanya denda akan membuat para sastrawan itu bergantung pada kita. Dan apabila disana dijumpai orang-orang yang berhasrat untuk membuat tulisan yang menyerang kita, maka mereka tidak akan bisa menemukan siapa pun yang bersedia mencetak hasil-hasil produksi mereka. Sebelum menerima produksi apa pun untuk publikasi cetakan, penerbit atau percetakan harus meminta izin terlebih dahulu kepada pejabat-pejabat yang berwenang. Jadi, kita akan mengetahui sebelumnya semua trik yang telah disiapkan untuk menyerang kita, dan akan melenyapkannya dengan terlebih dahulu memberikan penjelasan-penjelasan terhadap hal-hal yang dipermasalahkan itu.
8. Literatur dan jurnalisme adalah dua kekuatan edukatif yang paling penting, dan oleh sebab itu pemerintah kita akan menjadi pemilik mayoritas dari jurnal-jurnal. Pemilikan mayoritas ini akan menetralisir pengaruh berbahaya dari pers swasta, dan akan menempatkan kita dalam penguasaan pengaruh yang amat besar atas pendapat publik ….. Bila kita berikan izin (terbit) pada sepuluh jurnal (pers swasta), maka kita sendiri akan menerbitkan tigapuluh (jurnal), dan seterusnya dalam proporsi yang sama. Akan tetapi, hal ini jangan sekali-kali sampai dicurigai oleh publik. Karena alasan inilah maka seluruh jurnal yang diterbitkan oleh kita akan ditampilkan dalam kecenderungan dan opini yang paling berlawanan, sehingga menjadikan kita yakin bahwa lawan-lawan kita itu sama sekali tidak curiga terhadap diri kita, yang mana mereka itu kelak akan jatuh ke dalam perngkap kita, secara tak berdaya.
9.  Pada barisan depan akan berdiri organisasi-organisasi yang berkarakter resmi. Organisasi-organisasi itu akan selalu tegak menjaga kepentingan-kepentingan kita, dan oleh karena itu pengaruh mereka relatif tidak berarti.
10.  Pada barisan kedua adalah organisasi-organisasi semi resmi, di mana organisasi-organisasi ini dipakai untuk menarik orang-orang yang hangat-hangat tahi ayam dan acuh tak acuh.
11.  Pada barisan ketiga akan kita pasang oposisi milik kita sendiri dimana dalam seluruh penampilannya, sekurang-kurangnya salah satu dari organisasi-nya, akan menampakkan diri seolah-olah ia sangat berlawanan dengan kita. (Padahal) lawan-lawan kita itu sesungguhnya adalah sejalan dengan kita.
12.  Semua koran (suratkabar) kita akan muncul dalam penampilan yang sangat kompleks – sebagai aristokratik, sebagai republikan, sebagai revolusioner, bahkan sebagai anarkis – sudah tentu selama konstitusi masih eksis ….. Seperti Dewa Wisnu-nya orang India, yang memiliki ratusan tangan, maka setiap tangan akan mempunyai sentuhan (pengaruh) pada setiap opini publik yang dibutuhkan. Ketika denyutannya semakin cepat, maka tangan-tangan itu akan menuntun opini ke tujuan kita, karena seorang pasien yang tegang akan kehilangan semua kekuatan penilaiannya, dan dengan mudah menyerah pada saran kita. Orang-orang bodoh itu akan mengira bahwa mereka sedang mengulang-ulang opini dari sebuah surat kabar dari kelompok mereka sendiri, padahal sebenarnya ia mengulang-ulang opini yang berasal dari kita, atau opini mana saja yang menyenangkan bagi kita. Dalam upayanya yang sia-sia itu, mereka mengira bahwa mereka itu sedang mengikuti organisasi dari pihak mereka sendiri, padahal kenyataannya mereka itu mengikuti bendera kita.
13.  Untuk mengarahkan militan koran (suratkabar) kita dalam perkara ini, maka kita harus memberi perhatian khusus dan rinci dalam mengorganisirnya. Di bawah judul Departemen Pusat Pers, maka akan kita selenggarakan berbagai pertemuan kesusasteraan, dimana agen-agen kita, tanpa gembar-gembor, akan mengeluarkan perintah-perintah dan semboyan-semboyan untuk hari itu. Melalui diskusi dan kontroversi, tetapi selalu pada permukaannya saja, tanpa menyentuh esensi dari persoalannya, organisasi-organisasi kita akan melakukan berondongan pertanyaan pura-pura, melalui koran-koran resmi, semata-mata hanya untuk tujuan memberikan kesempatan kepada kita untuk menunjukkan bahwa diri kita sendiri lebih penuh perhatian dibanding yang sudah dilakukan sejak awal pengumuman-pengumuman yang resmi, yang sudah tentu itu adalah bagi keuntungan kita juga.
14.  Berbagai serangan (pura-pura) terhadap kita itu juga akan berguna untuk tujuan lain, yakni bahwa rakyat kita akan dibuat yakin pada eksistensi kebebasan penuh dalam berbicara, sehingga memberikan kesempatan kepada agen-agen kita untuk memastikan bahwa semua organisasi yang menentang kita itu hanyalah bualan kosong belaka, karena mereka itu pada dasarnya tidak mampu menemukan substansi penolakan terhadap perintah-perintah kita.

HANYA KEBOHONGAN YANG AKAN DICETAK

15.  Metode pengorganisasian seperti ini, yang tidak kelihatan oleh publik tetapi diyakini mutlak keberadaannya, adalah merupakan perhitungan terbaik untuk keberhasilan menarik perhatian dan keyakinan publik kepada pemerintah kita. Berkat metode-metode seperti inilah maka kita akan berada pada posisi yang dari waktu ke waktu akan dibutuhkan, untuk menggoyahkan atau menenangkan opini publik pada masalah-masalah politik, untuk membujuk atau membuat ragu mereka, mencetak sekarang benar, lalu esoknya dusta, fakta-fakta ataupun kontradiksi-kontradiksi mereka, sesuai dengan baik buruknya fakta itu (dapat) diterima, hendaknya kita selalu dengan penuh kehati-hatian sebelum melangkah atas suatu masalah ….. Kita akan meraih kemenangan meyakinkan atas lawan-lawan kita, karena mereka itu tidak akan mendapatkan apa pun, karena mereka tidak punya organisasi-organisasi pers yang bisa menyampaikan berbagai pandangan akhir mereka secara penuh dan menyeluruh, berkat adanya metode-metode Pers seperti diatas. Bahkan kita tidak akan merasa perlu untuk memberikan sanggahan selain hal yang enteng-enteng saja.
16.  Lontaran-lontaran percobaan seperti ini, yang kita tembakkan dari barisan ketiga pers kita, bilamana hal itu diperlukan, akan kita sanggah secara serius melalui organisasi-organisasi semi-resmi kita.
17.  Bahkan saat ini, sebagai contohnya adalah pers Perancis saja, terdapat bentuk-bentuk yang menunjukkan adanya solidaritas Masonik dalam bertindak. Hanya dengan semboyan saja, semua organisasi pers itu secara bersama-sama akan terikat dalam kerahasiaan profesional; seperti halnya dalam kebiasaan kuno, maka tidak satupun kerahasiaan sumber-sumber informasi mereka diungkapkan, kecuali jika telah diputuskan untuk mengumumkannya. Tidak seorang jurnalis pun yang akan membocorkan rahasia ini, karena tidak seorang pun mau mengakui mempraktekkan literaturnya, kecuali jika masa lalunya menyedihkan atau sejenisnya ….. (Maka) perkara menyedihkan itu akan segera terungkap. Selama semuanya tetap sebagai suatu rahasia dari beberapa orang saja, maka martabat para jurnalis itu akan menjadi daya tarik bagi sebagian besar rakyat di negeri ini  lalu massa pun akan mengikuti mereka dengan penuh antusias.
18.  Perhitungan kita (yang seperti) ini (akan) diperluas secara khusus ke berbagai propinsi. Disana kita sangat perlu untuk menggelorakan berbagai harapan dan kecenderungan mereka, karena dengan cara ini lah setiap saat kita bisa bersandar pada ibukota kita, dan akan kita gambarkan pada ibukota bahwa ekspresi tersebut adalah harapan dan kecenderungan (yang muncul secara) bebas dari berbagai propinsi. Biasanya, sumber mereka selalu satu dan sama – yakni apa yang berasal dari kita. Yang kita butuhkan adalah ketika kekuasaan kita sudah sedemikian melimpah-ruah, maka ibukota-ibukota itu akan dibuat tidak berdaya oleh opini (yang berasal) dari berbagai propinsi negara; sebagai contohnya bahwa mayoritas itu (akan) diatur oleh kantor-kantor agen kita. Yang kita butuhkan disaat faktor psikologis sudah dalam keadaan seperti itu maka ibukota-ibukota tidak lagi memiliki posisi untuk mendiskusikan fakta yang telah dicapai (bahkan) untuk alasan yang sederhana (sekalipun), karena fakta itu telah menjadi opini publik di sebagian besar propinsi.
19.  ….. Ketika telah berada dalam periode transisi dari rezim baru kepada penerimaan terhadap kedaulatan penuh kita, maka kita tidak boleh mengakui ungkapan apa pun yang merupakan bentuk ketidakpatuhan publik dari Pers. Yang perlu diketahui adalah bahwa rezim baru itu dipandang sebagai pihak yang telah memuaskan semua orang, dan bahkan kriminalitas pun telah dilenyapkannya ….. Kasus-kasus tentang adanya kriminalitas hanya harus diketahui oleh korban-korban mereka saja dan oleh saksi-saksi yang kebetulan lewat saja – tidak lebih.”
KESIMPULAN  :

Demikianlah, bunyi Protokolat Zionisme ke-12, yang bila disimpulkan secara ringkas adalah sebagai berikut:
1) Yahudi akan mengubah pengertian tentang KEBEBASAN atau KEMERDEKAAN dengan mentafsirkan istilah itu sebagai mengamalkan apa saja selama tidak melanggar undang-undang; sementara (disisi lain) undang-undang itu sendiri telah dibuat agar sesuai dengan kepentingan mereka.
2)  Pers/media massa akan dikuasai oleh Zionis Yahudi. Kalau bangsa goyim (non Yahudi) diberi izin menerbitkan 10 koran/majalah, maka bangsa Yahudi mesti menerbitkan 30 koran/majalah. Ini penting supaya dapat menjadi alat mereka untuk mengubah pikiran rakyat.
3) Kantor berita / pers / media massa akan dikuasai oleh Yahudi, sehingga media massa itu hanya akan menyiarkan apa-apa yang telah didiktekan oleh Yahudi pada mereka. Tidak boleh ada satu pengumuman pun yang sampai kepada publik tanpa pengawasan Zionis Yahudi. Dengan demikian opini publik akan dibentuk sesuai kepentingan Yahudi.
4) Yahudi akan memberlakukan pajak-pajak/uang-uang jaminan ataupun denda-denda terhadap percetakan, pers/media massa, dengan tujuan untuk mengontrol media massa yang ada.
5) Zionis Yahudi akan memunculkan pers / media massa dalam berbagai bentuk yang berbeda-beda dan luar biasa kompleks; contoh: mereka memunculkan pers yang pro republikan, mereka memunculkan pula pers yang pro demokrat, atau pers yang pro liberal, atau pers yang revolusioner, bahkan anarkis sekalipun. Seluruh lini suara media massa akan disusupi oleh mereka, sehingga pada dasarnya seluruh suara media massa itu adalah berasal dari apa yang didiktekan oleh Zionis Yahudi itu sendiri. Dan Yahudi memunculkan berbagai bentuk suara media massa itu dengan tujuan untuk menipu publik, agar publik terlena dan beranggapan bahwa kebebasan ber-opini dan bersuara telah terlaksana.
6)  Zionis Yahudi akan bekerja dari belakang layar, dan media massa akan digunakan oleh mereka sebagai operator untuk mencapai maksud-maksud dan kepentingan mereka. Padahal sesungguhnya Zionis Yahudi lah yang menjadi aktor intelektual dari berbagai kejadian di berbagai keadaan.
Jadi media-media massa itu semuanya harus tunduk dan berada dibawah kekuasaan Zionis Yahudi karena akan dipergunakan untuk memutarbalikkan opini umum agar menjadi opini yang sesuai dengan kepentingan Zionis Yahudi.
Oleh karena itu, bagi kita kaum Muslimin di seluruh dunia haruslah waspada. Media Massa itu sensitif untuk diperalat oleh Yahudi.
Sebagai contohnya, dalam keyakinan kita sebagai Muslim maka berperang melawan orang-orang kaafir dalam rangka mempertahankan ‘aqiidah disebut sebagai Jihad fii Sabiilillah.
Sebagaimana kita ketahui dari sejarah pada masa perang Badar, perang Khandak, dan sebagainya; dimana kaum Muslimin adalah berperang melawan kaum musyrikin. Itu adalah Jihad fii Sabiilillah. Pada saat perang Uhud, kaum Musyrikin dikalahkan oleh kaum Muslimin, dibuat kocar-kacir pasukannya dan tunggang-langgang pulang dalam kekalahan ke Mekkah. Kemudian harta-harta yang ditinggalkan oleh kaum Musyrikin itu disebut sebagai Ghonimah (harta perampasan perang) oleh kaum Muslimin.
Nah, oleh Zionis Yahudi, kaum Muslimin dikatakan sebagai “perampok, pembunuh, penjarah harta, perampas, teroris” dan berbagai julukan yang seram-seram lainnya. Kalimat ini dilontarkan oleh Yahudi menggunakan Media Massa yang sudah mereka buat (stel) sedemikian rupa.
Lalu sayangnya, ada sebagian dikalangan kaum Muslimin yang membacanya dan terpengaruh, serta percaya terhadap berita Media Massa yang telah diputar-balikkan opininya oleh Zionis Yahudi tersebut.
Dan apabila kaum Muslimin percaya terhadap Media Massa yang telah diputarbalikkan opininya oleh Yahudi, maka bisa jadi kaum Muslimin itu akan berubah ‘aqiidah-nya. Termasuk juga cara berpikirnya, motivasinya, akalnya dan jiwanya; karena jiwanya dimasuki program yang bukan program serta informasi dari Islam, melainkan program serta informasi yang berasal dari orang-orang kafir.
Semua itu hendaknya disadari oleh kaum Muslimin, bahwa Media Massa itu sensitif untuk digunakan memutarbalikkan fakta dan mempengaruhi opini ummat, agar ummat mengikuti kehendak hawa nafsu sang penguasa Media Massa. Dalam hal ini, apabila kaum Muslimin sudah mengkonsumsi Media Massa yang menjadi corong Yahudi, maka kaum Muslimin akan rusak semuanya; karena Media Massa yang dikonsumsinya itu sebenarnya adalah protokol (rencana/agenda) dari Zionis Yahudi. Sehingga opini ummat akan digiring untuk mengikuti opini Yahudi.
Oleh karena itu hendaknya kaum Muslimin memiliki Ghorbalah (filter/ penyaring) didalam dirinya. Selalu mencheck, memandang serta menilai suatu berita dengan menggunakan saringan Wahyu (Al Qur’an, As Sunnah dengan pemahaman salafush shoolih dari kalangan Shohabat, Tabi’iin, Tabi’ut Tabi’iin; dan para ‘Ulama Ahlus Sunnah yang mu’tabar); agar ia tidak mudah “termakan” oleh suatu berita. Kalau tidak, maka bisa saja terjadi “adu domba”, dimana antara Muslim yang satu diciptakan kebencian terhadap Muslim yang lainnya. Kaum Muslimin yang asalnya adalah satu, kemudian dikotak-kotakkan dan dipecah-belah kedalam negara-negara oleh Zionis Yahudi. Berikutnya bisa jadi antara Muslim di negara yang satu kemudian diadu domba agar muncul kebencian terhadap Muslim di negara yang lainnya. Padahal sesama Muslim itu semestinya adalah bersaudara. Maka wahai kaum Muslimin, cermatlah kalian terhadap Media Massa.

TANYA JAWAB

Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya seseorang yang bekerja di Media Massa, yang ada programnya yang negatif, samakah hukumnya dengan karyawan yang bekerja pada bank konvensional?

Jawaban :
Hal tersebut akan dibahas pada pertemuan yang akan datang. Namun demikian untuk sementara bisa dijawab sebagai berikut: Media Massa itu adalah alat. Tergantung pada tujuan Media Massa tersebut. Kalau tujuannya terpuji, maka Media itu pun menjadi terpuji. Namun, kalau tujuannya buruk maka buruklah Media itu.

Pertanyaan :

Tentang sebutan “Teroris”. Beberapa kalangan seringkali menuduh Islam adalah Teroris. Tetapi siapakah yang sesungguhnya Teroris itu? Islam kah atau Yahudi kah? Mohon penjelasannya.

Jawaban :

Sebetulnya bisa ditelusuri, bahwa arti kata “Teroris” itu sesungguhnya adalah sangat universal. “Siapa saja yang mengancam / mendatangkan ancaman”, maka bisa disebut “Teroris”.

Padahal apabila kita kembalikan kepada Wahyu; maka Islam itu diciptakan oleh Allah sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin.


Islam itu mengajarkan: “Tidak boleh menghalalkan darah yang tidak jelas harom dan halalnya.” Oleh karena itu, kaum Muslimin yang paham betul akan hal ini maka ia akan sangat berhati-hati. Ia tidak akan asal membunuh. Karena bisa saja niatnya adalah hendak berjihad dan masuk surga, namun karena ia salah didalam cara dan teknisnya sehingga malah justru ada diantara saudaranya sesama Muslim yang menjadi korban dan terbunuh dalam upayanya itu; maka bisa jadi ia bukannya masuk surga, malah bisa dimasukkan kedalam Neraka akibat salah membunuh manusia. Dengan demikian, tidak boleh salah dalam membunuh dan salah dalam menuduh. Yang jelas dan pasti bahwa Zionis Yahudi di Palestina setiap hari membunuh, menumpahkan darah dan merebut tanah kaum Muslimin. Tetapi mana pengadilan yang menyatakan bahwa Zionis Yahudi itu adalah Teroris, melanggar HAM dan seterusnya, lalu dengan tegas memberikan sanksi keras terhadap Zionis Yahudi? Berarti istilah HAM (Hak Asasi Manusia) itu berstandar ganda. Hak Asasi Manusia (HAM) hanyalah alat yang diciptakan untuk menekan bangsa lain; namun apabila Zionis Yahudi sendiri yang melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) maka mereka bebas-bebas saja.

Apalagi di Irak, setiap hari ratusan Muslim dibunuh oleh Yahudi dan kaki-tangannya. Juga di Suriah, dimana kaum Muslimin dibantai dan dibunuhi setiap harinya oleh Syi’ah. Maka, kata “Teroris” tersebut harus dicermati. Perkataan itu muncul dari sudut pandang siapa. Kalau kita ini mengaku Muslim, semestinya gunakan sudut pandang Islam. Jangan memahami kata “Teroris” memakai sudut pandang orang Yahudi.

Kesimpulannya, seorang Muslim itu tidak akan menghalalkan darah yang harom. TIDAK BOLEH. Hal itu adalah sebagaimana firman Allah  didalam QS. Al Maa’idah (5) ayat 32 sebagai berikut :

مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا

Artinya:
“… Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya…”

Pertanyaan :
Kita tahu bahwa Islam (Al Qur’an dan Hadits) diturunkan pertama kali kepada bangsa Arab di Jazirah Arab (Timur Tengah) dan pelopor perkembangan Islam adalah orang-orang Arab. Tetapi pada zaman sekarang ini, negara-negara Arab seperti Emirat Arab dan sekitarnya, pembangunan perkotaan disana sedemikian maju dan modern. Sejauh manakah ‘aqiidah mereka berkembang sampai saat ini? Apakah mereka masih menerapkan hukum-hukum Syari’ah misalnya di bidang perekonomiannya?

Jawaban :
Jawabannya adalah sangat menyedihkan. Bahkan ada diantara negara-negara Arab itu yang dijuluki sebagai Eropa-nya Arab. Gedung pencakar langit tertinggi di dunia adanya justru di Timur Tengah, yakni gedung Burj Khalifa di Dubai. Dan saat ini sedang dipersiapkan pula di kota Jeddah pembangunan gedung tertinggi di dunia. Semua ini justru merupakan salah satu Tanda Hari Kiamat.

Perhatikan Hadits Shahih Riwayat Imaam Muslim no: 102, dari Shohabat ‘Umar bin Khoththoob, bahwa :

قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنْ أَمَارَتِهَا. قَالَ « أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِى الْبُنْيَانِ

Artinya : (Jibril) berkata, “Beritahu padaku tentang tanda-tandanya (Hari Kiamat).”

Rasulullah bersabda, “Seorang hamba melahirkan tuannya, dan kau lihat seorang yang telanjang, tak beralas kaki, penggembala domba, bermegah-megahan didalam bangunan tinggi (mewah).”


Didalam menjalankan syari’at perekonomiannya pun, mereka itu tidak terlepas dari Riba, kecuali hanyalah sedikit diantara mereka yang masih berada dalam perlindungan Allah. Berarti peradaban Barat pun sudah berjalan disana, kecuali hanyalah sedikit yang tidak.

Namun demikian, sebagai Muslim hendaknya kita harus tetap Istiqomah. Karena suatu saat nanti Islam akan kembali jaya.


Dalam Hadits Riwayat Imaam Ahmad no: 18402, dari Shohabat An Nu’man bin Basyiir, dan berkata Syaikh Syuaib Al Arnaa’uth bahwa sanad hadits ini Hasan, dan Hadit ini di-shohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany  dalam Kitab Silsilah Hadits Shahih no: 5, bahwa: “Dari An Nu’man bin Basyiir, beliau berkata bahwa Rasulullah bersabda

تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ

Artinya:
Kenabian ditengah-tengah kalian akan berlangsung sebagaimana Allah  kehendaki, kemudian Allah angkat jika Allah kehendaki. Kemudian adalah Khilaafah diatas pedoman Nabi, kemudian Allah  angkat jika Allah kehendaki. 

Kemudian adalah Kerajaan yang menggigit (turun temurun ), kemudian Allah angkat jika Allah kehendaki. 

Kemudian adalah Kerajaan Jabriyyah (tirani), kemudian Allah  angkat jika Allah  kehendaki. 

Kemudian Khilaafah diatas Pedoman Nabi.”

Kemudian Rasulullah diam.”

Jadi akan ada satu kali lagi masanya dimana kaum Muslimin dipimpin oleh Khilaafah yang berada diatas pedoman Rasulullah, sebelum Hari Kiamat nanti. Apabila hal itu sekarang belum terjadi, maka insya Allah pasti akan terjadi karena hal tersebut sudah dikhobarkan oleh Rasulullah. Oleh karena itu kaum Muslimin, jangan lah pesimistis terhadap carut marutnya kondisi yang ada di zaman kita sekarang ini. Tetaplah optimis, senantiasa berpegang teguh pada Al Haq, istiqoomah diatasnya, dan terus berdakwah kepada orang-orang lain disekitar kita tentang kebenaran al-Islam. Walaupun, bisa jadi kita sekarang hidup di zaman dimana kaum Muslimin berada dalam kejaahilan dan kelemahan, tetapi yakinlah akan janji Allah bahwa suatu saat nanti kaum Muslimin akan dimenangkan lagi oleh Allah dan Islam kembali jaya. Allah  lah yang akan menolong dengan Kekuasaan-Nya. Seperti apa bentuk pertolongan-Nya? Wallahu a’lam.
——- oOo ——-

Lampiran 1

Daftar orang-orang Yahudi yang Membantu Freemasonry/Illuminati
dalam Mengendalikan Dunia melalui Media Massa

1. Mortimer Zuckerman, pemilik New York Daily News, US News & World Report dan ketua dari the Conference of Presidents of Major Jewish American Organizations, salah satu kelompok pelobi pro-Israel yang terbesar.
2. Leslie Moonves, keponakan dari David Ben-Gurion (– David Ben Gurion adalah pendiri dan perdana mentri pertama negara harom Israel – pen.), presiden dari Televisi CBS, dan bersama-sama Norman Ornstein menjadi Ketua dari the Advisory Committee on Public Interest Obligation of Digital TV Producers yang ditunjuk oleh Clinton.
3. Jonathan Miller, ketua dan CEO dari AOL, suatu divisi dari AOL-Time Warner
4. Neil Shapiro, presiden dari NBC News
5. Jeff Gaspin, Wakil Presiden Eksekutif dari Programming NBC
6. David Westin, presiden dari ABC News
7. Sumner Redstone, CEO dari Viacom yang merupakan Media Massa terbesar di dunia (menurut Economist, 11/23/2), memiliki Viacom Cable, CBS dan MTV di seluruh dunia, serta persewaan video Blockbuster dan Black Entertainment TV.
8. Michael Eisner, pemilik utama dari Walt Disney, Capitol Cities, ABC.
9. Rupert Murdoch (ibunya adalah seorang Yahudi), pemilik dari Fox TV, New York Post, London Times, News of the World.
10. Mel Karmazin, presiden dari CBS
11. Don Hewitt, Direktur Pelaksana dari “60 Minutes”, CBS
12. Jeff Fager, Direktur Pelaksana dari “60 Minutes II”, CBS
13. David Poltrack, Wakil Ketua Pelaksana dari Penelitian dan Perencanaan CBS
14. Sandy Krushow, Ketua dari Fox Entertainment
15. Lloyd Braun, Ketua dari ABC Entertainment, saat ini merupakan Pimpinan dari Yahoo’s Media Group
16. Barry Meyer, Ketua dari Warner Bros
17. Sherry Lansing, Presiden dari Paramount Communications dan Ketua dari Paramount Pictures’ Motion Picture Group.
18. Harvey Weinstein, CEO dari Miramax Films.
19. Brad Siegel, Presiden dari Turner Entertainment.
20. Peter Chernin, Pelaksana kedua pada Rupert Murdoch’s News. Corp, dan pemilik dari Fox TV
21. Marty Peretz, pemilik dan penerbit dari New Republic, media yang terang-terangan menyatakan pro-Israel. (Wakil Presiden Amerika) Al Gore mengakui Marty sebagai “pembimbing” baginya.
22. Arthur O. Sulzberger, JR, penerbit dari New York Times, Boston Globe dan berbagai media publikasi lainnya
23. William Safire, sindikat kolumnis untuk New York Times.
24. Tom Friedman, sindikat kolumnis untuk New York Times.
25. Charles Krauthammer, sindikat kolumnis untuk Washington Post. Mendapat penghargaan dari Honest Reporting.com, memantau situs-situs “Media Anti-Israel”.
26. Richard Cohen, sindikat kolumnis untuk Washington Post
27. Jeff Jacoby, sindikat kolumnis untuk Boston Globe
28. Norman Ornstein, American Enterprise Inst., kolumnis tetap untuk USA Today, analis berita untuk CBS, dan bersama-sama Leslie Moonves menjadi Ketua dari the Advisory Committee on Public Interest Obligation of Digital TV Producers yang ditunjuk oleh Clinton.
29. Arie Fleischer, sekretaris dari Dubya’s press.
30. Stephen Emerson, Pilihan pertama bagi setiap Media sebagai Pakar Terorisme Domestik.
31. David Schneiderman, pemilik dari Village Voice dan jaringan the New Times dari “alternative weeklies
32. Dennis Leibowitz, Pimpinan dari Act II Partnersa media hedge fund.
33. Kenneth Pollack, Analis CIA dan Direktur dari Saban Center for Middle East Policy, Penulis op-eds di New York Times, New Yorker
34. Barry Diller, Ketua dari USA Interactive, mantan pemilik dari Universal Entertainment
35. Kenneth Roth, Direktur Eksekutif dari Human Rights Watch
36. Richard Leibner, mengoperasikan agen pencari bakat N.S. Bienstock, yang mewakili 600 orang personil Berita seperti Dan Rather, Dianne Sawyer dan Bill O’Reilly.
37. Terry Semel, CEO dari Yahoo, mantan Ketua dari Warner Bros
38. Mark Golin, Wakil Presiden dan Direktur Kreatifitas (Creative Director) dari AOL
39. Warren Lieberford, Presiden dari Warner Bros, suatu Home Video Division dari AOL-Time Warner.
40. Jeffrey Zucker, Presiden dari NBC Entertainment
41. Jack Myers, NBC, Ketua New York Times 5.14.2
42. Sandy Grushow, Ketua dari Fox Entertainment
43. Gail Berman, Presiden dari Fox Entertainment
44. Stephen Spielberg, salah satu Pemilik dari Dreamworks
45. Jeffrey Katzenberg, salah satu Pemilik dari Dreamworks
46. David Geffen, salah satu Pemilik dari Dreamworks
47. Llyod Braun, Ketua dari ABC Entertainment
48. Jordan Levin, Presiden dari Warner Bros Entertainment
49. Max Mutchnick, salah satu Produser Eksekutif dari acara NBC Good Morning Miami
50. David Kohan, salah satu Produser Eksekutif dari acara NBC Good Morning Miami
51. Howard Stringer, Pimpinan dari Sony Corp of America
52. Amy Pascal, Ketua dari Columbia Pictures
53. Joel Klein, Pimpinan dan CEO dari Bertelsmann’s American operations
54. Robert Sillerman, Pendiri dari Clear Channel Communications
55. Brian Graden, Presiden dari MTV Entertainment
56. Ivan Seidenberg, CEO dari Verizon Communications
57. Wolf Blitzer, Pembawa Acara dari CNN’s Late Edition
58. Larry King, Pembawa Acara dari Larry King Live
59. Ted Koppel, Pembawa Acara dari ABC’s Nightline
60. Andrea Koppel, Reporter CNN
61. Paula Zahn, Pembawa Acara dari CNN
62. Mike Wallace, Pembawa Acara dari “60 Minutes CBS
63. Barbara Walters, Pembawa Acara dari ABC’s 20-20
64. Michael Ledeen, editor dari National Review
65. Bruce Nussbaum, editor Editorial Page dari Business Week
66. Donald Graham, Ketua dan CEO dari Newsweek dan Washington Post
67. Catherine Graham Meyer, mantan pemilik dari Washington Post
68. Howard Fineman, pimpinan Political Columnist dari Newsweek
69. William Kristol, Editor dari Weekly Standard, dan Direktur Eksekutif dari Project for a New American Century (PNAC)
70. Ron Rosenthal, Managing Editor dari San Francisco Chronicle
71. Phil Bronstein, Editor Eksekutif dari San Francisco Chronicle
72. Ron Owens, Pembawa Acara dari Talk Show, KGO (ABC-Capitol Cities, San Francisco)
73. John Rothman, Pembawa Acara dari Talk Show, KGO (ABC-Capitol Cities, San Francisco)
74. Michael Savage, Pembawa Acara dari Talk Show, KFSO (ABC-Capitol Cities, San Francisco) Syndicated in 100 markets
75. Michael Medved, Pembawa Acara dari Talk Show, pada 124 AM stations
76. Dennis Prager, Pembawa Acara dari Talk Show, nationally syndicated from LA. Memiliki bendera Israel di halaman rumahnya.
77. Ben Wattenberg, Moderator, PBS Think Tank.
78. Andrew Lack, presiden dari NBC, CEO saat ini untuk Bloomberg News multimedia group
79. Daniel Menaker, Direktur Eksekutif dari Harper Collins
80. David Reznik, Editor dari The New Yorker
81. Nicholas Lehmann, penulis dari The New Yorker
80. Henrick Hertzberg, Editor dari Talk of the Town, The New Yorker
81. Samuel Newhouse JR. dan Donald Newhouse sebagai pemilik dari Newhouse Publications, dan termasuk juga pemilik dari 26 surat kabar di 22 kota, the Conde Nast magazine group, termasuk The New Yorker, Parade, the Sunday newspaper supplement, American City Business Journals, dan pemilik dari koran bisnis yang diterbitkan di lebih dari 30 kota besar di Amerika, dan memiliki saham dalam cable television programming dan cable systems yang melayani 1 juta rumah.
 82. Mark Zuckerberg, salah satu pendiri dari Facebook, ketua dan direktur pelaksana dari Facebook Inc.

Tidak ada komentar

Posting Komentar