Apakah takdir itu sudah ditetapkan oleh
Allah terhadap manusia?. Apakah manusia berakhir (mati) dalam keadaan
menjadi penjahat atau kafir itu sudah ditakdirkan oleh Allah?. Jika
sudah mengapa harus masuk neraka?.
Itulah beberapa pertanyaan yang mungkin
menjadi pikiran bagi anda-anda semua. Untuk mengetahui jawaban diatas,
maka berikut saya berikan beberapa ayat-ayat Al-Quran yang membahas
mengenai pertanyaan diatas :
“Alif laam
miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya
Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al-Ankabut: 1-3)
Maha Suci
Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu,
siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun. (Al-Mulk: 1-2)
Kalau kita memahami 2 contoh ayat diatas
pasti kita akan menarik kesimpulan umum bahwa Allah mencobai makhluknya
untuk mengetahui siapa-siapa yang benar-benar beriman diantara mereka.
Padahal jika Allah Maha Tahu tanpa diuji pasti sudah tahu. Jika ini
jawabannya maka akan timbul pertanyaan, Apakah Allah itu tidak Maha
Tahu?.
Sebagai muslim kita pasti percaya bahwa
Allah Maha Tahu. Tetapi terkadang pemahaman muslim tentang Ke-Maha
Tahu-an Allah agak keliru. Karena keliru inilah maka Konsep Takdir juga
keliru. Bagaimana bisa begitu?.
Sebagian besar muslim memahami Takdir
sebagai sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah. Bahwa nasib kita sudah
digariskan oleh Allah. Hal ini sebenarnya tidak benar.
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS 30:41)
..Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia. (13:11)
Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu). (QS 42:30)
Berdasarkan ketiga ayat diatas maka dapat
disimpulkan bahwa takdir ditentukan oleh manusia itu sendiri. Lalu
bagaimana dengan maksud takdir Allah. Takdir Allah disini maksudnya
bahwa Allah bisa mengubah apa yang kita kerjakan. Maksudnya ketika
seseorang melakukan sesuatu yang menurut Allah berbahaya bagi diri orang
itu dan Allah sangat sayang pada dia, maka Allah bisa campur tangan
untuk membuat orang tersebut merubah arah hidupnya. Dan juga sebaliknya.
Bagaimana kita mengetahui itu takdir Allah atau bukan?. Itu
gampang-gampang susah. Biasanya takdir Allah itu cirinya sesuatu yang
timbul tetapi tidak kita rencanakan. Misalnya : Anda berusaha mencuri
mangga tetangga sebelah, ketika mau mencuri secara tidak sengaja anda
disengat tawon, padahal disitu tidak ada sarang tawon, nah sengatan
tawon itulah takdir Allah. Atau anda mendapat hadiah yang tidak
disangka-sangka, hadiah itulah takdir Allah.
Jadi TAKDIR ALLAH itu sebenarnya tidak
ada. Yang ada adalah KETETAPAN ALLAH. Sekilas Takdir dan Ketetapan
kelihatan sama pengertiannya padahal berbeda. Perlu diketahui bahwa
sebelum ada hasil pasti ada proses awal. Sebelum ada kejadian pasti ada
proses menuju kejadian. Jika ada orang yang tahu besuk akan terjadi
sesuatu berarti ada yang memberitahu. Yang memberi tahu pasti sudah tahu
proses yang akan terjadi.
Misalnya ada seorang peramal (A). Peramal
tersebut tahu bahwa akan terjadi kebakaran. Pasti ada yang memberi tahu
si peramal yaitu si (B). B sudah tahu mengapa akan terjadi kebakaran
(proses).
TAKDIR bermakna bahwa
segala sesuatu sudah direncanakan oleh Allah. Sehingga seolah-olah Allah
tahu apa yang akan terjadi pada kita karena skenarionya sudah
direncanakan.
KETETAPAN bermakna bahwa
segala sesuatu akan ditetapkan oleh Allah. Apa yang terjadi pada anda
boleh jadi ada campur tangan Allah didalamnya (ditetapkan di tengah
proses).
Untuk mengetahui Konsep Ke-Maha Tahu-an Allah lebih jelas, saya mempunyai sebuah teori yang saya namakan “TEORI SARANG LABA-LABA”. Pemahaman dari teori ini adalah sebagai berikut :
Saat Allah menciptakan langit dan bumi dengan ledakan besar dan mengembangkannya.
sebenarnya Allah seperti membuat sarang laba-laba. Tetapi sarang laba-laba
disini jangan dimaknai sebagai sarang laba-laba yang anda lihat
sehari-hari di rumah atau pohon. Sarang laba-laba disini terbuat dari
berbagai elemen metafisis yang disertai gelombang yang kuat yang bentuk
dan fungsinya mirip sarang laba-laba.
Pada saat manusia lahir di dunia, itu seperti sebuah benda hidup yang jatuh dari langit lalu menempel di sarang laba-laba. Dari bayi hingga dewasa, manusia (jasad, pikiran dan jiwa) beraktifitas hanya di sarang laba-laba. Laba-laba itu hanya tahu ada mangsa jika mangsa itu tersangkut di sarang laba-laba. Semua yang hidup dan mati berada di dalamnya. Pada saat mangsanya tersangkut dan bergerak laba-laba bisa merasakan kehadiran mangsa tersebut lewat getaran sarang.
Disekeliling kita sebenarnya penuh dengan
gelombang. Yang mana setiap gerakan kita selalu tercatat dalam
gelombang tersebut. Jadi Allah tahu apa yang kita lakukan karena kita
beraktifitas, baik jasmani dan ruhani. Aktifitas yang kita lakukan
menjadi sebuah informasi yang terkirim melalui sarang laba-laba tadi ke
sisi Allah dengan kecepatan yang Allah sendiri yang tahu.
Jadi sebelum anda beraktifitas tidak ada
informasi yang diterima oleh Allah. Allah hanya tahu anda diam. Allah
Maha Tahu atas apa yang sedang kita lakukan, fikirkan dan rasakan dalam
diamnya kita.
Lalu apa Allah bisa tahu terhadap sesuatu
yang akan terjadi. Jawabnya Allah bisa tahu. Alasannya adalah bahwa
Allah itu pusat data dan informasi yang paling akurat. Allah bisa
membuat statistik untuk mengetahui masa depan dengan perhitungan yang
sangat akurat tanpa selisih desimal.
Seperti halnya sesuatu itu diciptakan berpasangan, maka untuk memahami
Takdir dan hubungannay dengan keMahaTahuan Allah kita bisa menggunakan
teori berpasangan ini.
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah. (QS. 51:49)
Banyak kafirun yang menganggap ayat ini
ayat yang tidak ilmiah, mereka mengatakan bahwa ada hal di dunia ini
yang tidak ada pasangannya. Misalnya cacing yang merupakan hermaprodit,
bakteri yang membelah dan lainnya yang sejenis. Sebenarnya maksud
berpasangan disini tidak dari segi fisik tetapi dari segi sifat.
Misalnya sifat pria & wanita, baik & buruk, gelap & terang,
manis & pahit dan sejenisnya.
Demikian juga dengan nasib manusia,
sebenarnya manusia diberikan dua buah nasib oleh Allah. Yang mana Allah
sudah menetapkannya. Bisa dikatakan nasib A dan nasib B. Untuk
mengetahui bagaimana Konsep takdir yang benar perhatikan gambar dibawah
ini .
Pada gambar diatas Garis A merupakan
Takdir yang sudah digariskan Allah untuk menjadi nasib A. Gambar B
merupakan Takdir yang sudah digariskan Allah untuk menjadi nasib
B. Warna merah merupakan berbagai ketetapan Allah. Dan terjawab sudah
pengertian ke-Maha Tahu-an Allah. Karena kita ini diciptakan berada
dalam warna merah yang dibatasi garis A dan B.
Perlu anda ketahui bahwa anda memutuskan
untuk di garis A atau B itu berdasarkan pilihan yang anda buat. Tentu
saat anda membuat pilihan anda terkadang asal pilih, asal jalan tapi ada
juga yang dibarengi dengan do’a dan tawakal. Dalam posisi warna merah,
Allah berkuasa menetapkan segala seuatu. Allah bisa menggiring anda ke
nasib A atau juga ke nasib B.
....
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. 13:11)
Di ayat ini (QS 13:11) Allah berfirman : “Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia“, hal ini secara langsung merujuk dengan kebaikan bahwa ” Dan apabila Allah menghendaki KEBAIKAN terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya”.
Hubungan Konsep keMahaTahuan Allah dengan
takdir kalau dijelaskan sebagai ” Allah tahu siapa-siapa yang akan
masuk neraka atau surga”. Jika Allah sudah tahu, apakah mereka masuk
surga atau neraka itu karena sudah ditakdirkan oleh Allah?. Jika iya
bukankah tidak ada keadilan disana. Padahal Allah telah berfirman :
……..Sesungguhnya
Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. …… (QS 13:11)
Jika demikian bagaimana Allah akan tahu
apa yang akan terjadi pada manusia?. Padahal nasib manusia pada
dasarnya mereka sendiri yang menentukan?.
Untuk memahaminya pertama-tama kita harus bisa memahami apa itu “Mengetahui”. Mengetahui dibagi menjadi 2 :
1. Dikasih tahu
2. Menyelidiki dan akhirnya tahu.
Berdasarkan 2 kriteria diatas maka tidak mungkin Tuhan “dikasih tahu”, karena Tuhan itu pusat dari kehidupan. Menurut pemikiran ini maka kita bisa menetapkan bahwa Tuhan itu “Menyelidiki dan akhirnya tahu”.
Nah penyelidikan Tuhan ini tentu penyelidikan tingkat tinggi yang tidak
bisa diukur dengan “Tahun Cahaya” atau “Mikro Nuklir” sekalipun. Hanya
Allah yang tahu. Al-Quran menyebutkan :
maka
janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, karena
sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka
dengan perhitungan yang teliti. (MARYAM-19 ayat 84)
Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. (MARYAM-19 ayat 94)
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa
pengetahuan Tuhan adalah pengetahuan ke masa depan. Bagi Tuhan tidak ada
masa lalu. Karena Tuhan adalah yang awal.
Konsep ini sebenarnya suatu konsep yang
“tidak bisa dicerna” bagi Tuhan dalam pemikiran kita. Jika mau Tuhan
bisa saja membuat semua manusia tunduk pada-NYA. Tetapi Tuhan tidak
melakukannya. Padahal semua manusia berasal dari Tuhan (Firman).
Seolah-olah Tuhan mengambil bagian dari-NYA (Firman) tetapi berkelakuan
yang tidak seperti diri-NYA. Tuhan mencipta sesuatu yang bisa menolak
sifat Ketuhanan-NYA.
Seperti halnya Tuhan Tahu bagaimana
nasib manusia, tetapi seolah-olah Tuhan tidak ingin tahu bagaimana nasib
manusia dan lebih membiarkan manusia untuk memilih jalan hidupnya
sendiri.
Setelah memikirkan sana sini agaknya mulai terbuka pemahaman mengenai konsep takdir Allah. Yaitu berdasarkan sifat Allah : AL AWWAL (Maha Awal) dan AL AAKHIR (Maha Akhir).
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.(QS 57:3)
Dua sifat
Allah diatas bukanlah sifat KEBERADAAN Allah, karena Allah itu tanpa
Awal dan tanpa Akhir. Maha Awal dan Maha Akhir merupakan jawaban
terhadap keMahaTahuan Allah.
Gambar diatas merupakan hubungan antara
Konsep Takdir Allah dan Kemahatahuan Allah yang sebenarnya merupakan
skema dari Lauh Mahfuz. Cara memahaminya adalah sebagai berikut :
Kita
ibaratkan (Maha Awal) sebagai bayi yang baru lahir, (Takdir) merupakan
proses yang dialami selama hidup, (Maha Akhir) sebagai matinya
seseorang. Allah adalah Tuhan yang memiliki kemampuan untuk berada pada 2
sisi waktu pada saat yang sama. Cara kerjanya seperti bola yang dipukul
oleh tongkat dan secara seksama si pemukul bola menangkap bola
tersebut. Disitulah si pemukul tahu saat bola dipukul melayang dan
ditangkap kembali.
Dan
kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di
situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha
Mengetahui.(QS 2:115)
Itulah mengapa Allah sanggup menuliskan takdir seseorang dalam kitab Luh Mahfuz. Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi ALLAH. (QS 57:22)
Tidak ada komentar
Posting Komentar