Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia (Al-Quran 3:96).
“Allah telah menjadikan Kaabah, rumah suci itu sebagai pusat bagi manusia.” (Surah Maa’idah:97)
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar baitullah (Ka’bah) bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Al-Quran 2:127)
Ka’bah adalah bangunan suci Muslimin yang terletak di kota Mekkah di
dalam Masjidil Haram. Kabah merupakan bangunan yang dijadikan patokan arah
kiblat atau arah sholat bagi umat Islam di seluruh dunia. Selain itu,
merupakan bangunan yang wajib dikunjungi atau diziarahi pada saat musim
haji dan umrah.
Sejarah Ka’bah
Ka’bah adalah sebuah bangunan suci bagi kaum muslim, yang terletak di tengah Masjidil Haram di Mekah. Bangunan ini merupakan bangunan yang dijadikan patokan arah kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia saat akan melaksanakan salat. Selain itu, bangunan ini juga merupakan bangunan yang wajib dikunjungi atau diziarahi tiap tahun pada saat musim haji dan umrah.
Ka’bah adalah sebuah bangunan suci bagi kaum muslim, yang terletak di tengah Masjidil Haram di Mekah. Bangunan ini merupakan bangunan yang dijadikan patokan arah kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia saat akan melaksanakan salat. Selain itu, bangunan ini juga merupakan bangunan yang wajib dikunjungi atau diziarahi tiap tahun pada saat musim haji dan umrah.
Menurut sejarah, Ka’bah dibangun pertama kali oleh Nabi Ibrahim bersama putranya Ismail atas perintah Allah swt., sebagaimana yang telah diabadikan dalam QS. Al-Baqarah: 125, “Ingatlah! Kami jadikan Rumah tempat berhimpun bagi sekalian manusia dan tempat yang aman; dan jadikanlah tempat Ibrahim sebagai tempat salat dan Kami perintahkan Ibrahim dan Ismail agar mereka membersihkan Rumah-Ku bagi mereka yang bertawaf, mereka yang itikaf, mereka yang ruku’ dan yang sujud.”
Ka’bah, yang sering juga disebut Baitullah (Rumah Allah) atau Baitul Atiq (Rumah Tua) ini, adalah sebuah bangunan segi empat yang terbuat dari batu dan pualam. Di bagian dalam terdapat 3 pilar penyangga atap, dan ditutup dengan Kiswah (kain selubung hitam yang bersulam keemasan). Kemudian, disudut timur Ka’bah (bukan di tenggara sebagaimana yang diklaim oleh sebagian non muslim) terdapat Hajar Aswad, yaitu sebuah Batu Hitam yang berlapis logam sebagai pengikat agar tetap terjaga dari kerusakan.
Mula-mula, Hajar Aswad diletakkan oleh Nabi Ibrahim ditempatnya yang sekarang, yaitu di sudut timur Ka’bah. Tapi yang meletakkan untuk kedua kalinya adalah Muhammad, tepat ketika beliau masih berumur 35 tahun (sekitar 600 M). Peletakan kedua ini terjadi ketika Mekah dilanda banjir besar, sehingga dinding-dinding Ka’bah yang memang sudah mulai rapuh termakan usia, mengalami kerusakan parah. Setelah para pemuka Quraisy berhasil memperbaikinya, maka mereka sepakat menunjuk Muhammad untuk meletakkan Hajar Aswad ditempatnya yang semula.
Ka’bah pada mulanya bukanlah kiblat umat muslim, tapi berkiblat ke Baitul Maqdis di Palestina. Tapi setelah peristiwa Fathu Makkah (Penaklukkan Mekah) sekitar tahun 630 M, dimana berhala-berhala dan simbol-simbol kemusyrikan di Ka’bah sudah dimusnahkan, maka Allah swt. memerintahkan agar seluruh umat Islam di seluruh dunia berkiblat ke Ka’bah. Perintah ini tercantum dalam QS. Al-Baqarah: 144, “…Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Al-Kitab (Taurat & Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu benar dari Tuhan-Nya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan,”
Sampai saat ini, Ka’bah sudah mengalami beberapa kali pemugaran dan perbaikan. Perbaikan tersebut dilakukan akibat terjadinya kerusakan, baik karena perang maupun karena kehendak penguasa pada saat itu, ataupun karena adanya peristiwa alam seperti banjir. Berikut ini, beberapa peristiwa yang berhubungan dengan perbaikan Ka’bah :
- Perbaikan oleh Kaum Quraisy; Dilakukan akibat banjir besar yang melanda Mekah sekitar tahun 600 M. Perbaikan oleh Abdullah ibn Zubair; Dilakukan akibat kerusakan Ka’bah oleh tentara Yazid bin Umayyah sekitar tahun 64 H (683 M).
- Pemugaran oleh Khalifah Abdul Malik; Dilakukan dengan alasan mengembalikan struktur Ka’bah ke bentuk aslinya seperti pada zaman Quraisy, sekitar tahun 74 H (193 M).
- Perbaikan oleh Sultan Murad; Dilakukan akibat banjir yang melanda Mekah, sekitar tahun 1039 H (1629 Masehi).
- Pembangunan oleh Pemerintah Arab Saudi; Dilakukan dengan alasan penyempurnaan Ka’bah, sekitar tahun 1996 M.
Bagian-bagian Ka'bah
Ka’bah berbentuk bangunan kubus yang berukuran 12 x 10 x 14 meter. Ukuran dalam Ka’bah adalah 42,64 x 29,52 kaki (atau kira-kira 12,7 x 8,85 m). Tebal tembok adalah 3,26 kaki (kira2 97,8 cm). Lantai di bagian dalam lebih tinggi 7,22 kaki (kira2 2,1m) dari dasar tanah di mana orang-orang melakukan Tawaf. Langit-langit dan atap terbuat dari kayu teak yang ditutup dengan baja stainless. Tembok terbuat dari batu. Batu-batu bagian dalam tidak dipoles, sedangkan bagian luar dipoles.
Ka’bah disebut juga dengan nama Baitallah atau Baitul Atiq (rumah tua)
yang dibangun dan dipugar pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah
Nabi Ismail berada di Mekkah atas perintah Allah. Kalau kita membaca
Al-Qur’an surah Ibrahim ayat 37 yang berbunyi “Ya Tuhan kami,
sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang
tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang
dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan
shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka
dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka
bersyukur”, kalau kita membaca ayat di atas, kita bisa mengetahui bawah
Ka’bah telah ada sewaktu Nabi Ibrahim as menempatkan istrinya Hajar dan
bayi Ismail di lokasi tersebut. Jadi Ka’bah telah ada sebelum Nabi
Ibrahim menginjakan kakinya di Makkah. Secara terinci bagian-bagian dari kabah dapat dilihat pada Gambar dibawah ini :
Bagian-Bagian Dari Kabah |
Ka'bah dari dalam
Pada
masa Nabi saw berusia 30 tahun, pada saat itu beliau belum diangkat
menjadi rasul, bangunan ini direnovasi kembali akibat bajir yang melanda
kota Mekkah pada saat itu. Sempat terjadi perselisihan antar kepala
suku atau kabilah ketika hendak meletakkan kembali Hajar Aswad namun
berkat hikmah Rasulallah perselisihan itu berhasil diselesaikan tanpa
kekerasan, tanpa pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang dirugikan.
Ka,bah Dari Dalam |
Kelambu Ka'bah |
Pada zaman Jahiliyyah
sebelum diangkatnya Rasulallah saw menjadi Nabi sampai kepindahannya ke
kota Madinah, ka’bah penuh dikelilingi dengan patung patung yang
merupakan Tuhan bangsa Arab padahal Nabi Ibrahim as yang merupakan nenek
moyang bangsa Arab mengajarkan tidak boleh mempersekutukan Allah, tidak
boleh menyembah Tuhan selain Allah yang Tunggal, tidak ada yang
menyerupaiNya dan tidak beranak dan diperanakkan. Setelah pembebasan
kota Makkah, Ka’bah akhirnya dibersihkan dari patung patung tanpa
kekerasan dan tanpa pertumpahan darah.
Selanjutnya bangunan ini diurus
dan dipelihara oleh Bani Sya’ibah sebagai pemegang kunci ka’bah (lihat
foto kunci ka’bah) dan administrasi serta pelayanan haji diatur oleh
pemerintahan baik pemerintahan khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab,
Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawwiyah bin Abu Sufyan, Dinasti
Ummayyah, Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai saat ini
yakni pemerintah kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua
kota suci, Mekkah dan Madinah.
banjir Ka'bah 1941 |
Banjir Ka'bah tahun 1941 |
Pada zaman Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail as pondasi bangunan Ka’bah terdiri atas dua
pintu dan letak pintunya terletak diatas tanah, tidak seperti sekarang
yang pintunya terletak agak tinggi. Namun ketika Renovasi Ka’bah akibat
bencana banjir pada saat Rasulallah saw berusia 30 tahun dan sebelum
diangkat menjadi rasul, karena merenovasi ka’bah sebagai bangunan suci
harus menggunakan harta yang halal dan bersih, sehingga pada saat itu
terjadi kekurangan biaya. Maka bangunan ka’bah dibuat hanya satu pintu
serta ada bagian ka’bah yang tidak dimasukkan ke dalam bangunan ka’bah
yang dinamakan Hijir Ismail (lihat foto) yang diberi tanda setengah
lingkaran pada salah satu sisi ka’bah. Saat itu pintunya dibuat tinggi
letaknya agar hanya pemuka suku Quraisy yang bisa memasukinya. Karena
suku Quraisy merupakan suku atau kabilah yang sangat dimuliakan oleh
bangsa Arab.
Kunci Ka'bah |
Karena agama islam
masih baru dan baru saja dikenal, maka Nabi saw mengurungkan niatnya
untuk merenovasi kembali ka’bah sehinggas ditulis dalam sebuah hadits
perkataan beliau: “Andaikata kaumku bukan baru saja meninggalkan
kekafiran, akan Aku turunkan pintu ka’bah dan dibuat dua pintunya serta
dimasukkan Hijir Ismail kedalam Ka’bah”, sebagaimana pondasi yang
dibangun oleh Nabi Ibrahim”. Jadi kalau begitu Hijir Ismail termasuk
bagian dari Ka’bah. Makanya dalam bertoaf kita diharuskan mengelilingi
Ka’bah dan Hijir Ismail. Hijir Ismail adalah tempat dimana Nabi Ismail
as lahir dan diletakan di pangkuan ibunya Hajar.
Ketika masa Abdurahman bin
Zubair memerintah daerah Hijaz, bangunan Ka’bah dibuat sebagaimana
perkataan Nabi saw atas pondasi Nabi Ibrahim. Namun karena terjadi
peperangan dengan Abdul Malik bin Marwan, penguasa daerah Syam, terjadi
kebakaran pada Ka’bah akibat tembakan pelontar (Manjaniq) yang dimiliki
pasukan Syam. Sehingga Abdul Malik bin Marwan yang kemudian menjadi
khalifah, melakukan renovasi kembali Ka’bah berdasarkan bangunan hasil
renovasi Rasulallah saw pada usia 30 tahun bukan berdasarkan pondasi
yang dibangun Nabi Ibrahim as. Dalam sejarahnya Ka’bah beberapa kali
mengalami kerusakan sebagai akibat dari peperangan dan umur bangunan.
Pintu Ka'bah tahun 1941 |
Pintu Ka'bah Sekarang |
Ketika masa
pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid pada masa kekhalifahan Abbasiyyah,
khalifah berencana untuk merenovasi kembali ka’bah sesuai dengan
pondasi Nabi Ibrahim dan yang diinginkan Nabi saw. namun segera dicegah
oleh salah seorang ulama terkemuka yakni Imam Malik karena dikhawatirkan
nanti bangunan suci itu dijadikan masalah khilafiyah oleh penguasa
sesudah beliau dan bisa mengakibatkan bongkar pasang Ka’bah. Maka sampai
sekarang ini bangunan Ka’bah tetap sesuai dengan renovasi khalifah
Abdul Malik bin Marwan sampai sekarang
Hajar Aswad
Hajar
Aswad merupakan batu yang dalam agama Islam dipercaya berasal dari
surga. Yang pertama kali meletakkan Hajar Aswad adalah Nabi Ibrahim as.
Dahulu kala batu ini memiliki sinar yang terang dan dapat menerangi
seluruh jazirah Arab. Namun semakin lama sinarnya semangkin meredup dan
hingga akhirnya sekarang berwarna hitam. Batu ini memiliki aroma wangi
yang unik dan ini merupakan wangi alami yang dimilikinya semenjak awal
keberadaannya. Dan pada saat ini batu Hajar Aswad tersebut ditaruh di
sisi luar Ka’bah sehingga mudah bagi seseorang untuk menciumnya. Adapun
mencium Hajar Aswad merupakan sunah Nabi saw. Karena beliau selalu
menciumnya setiap saat bertoaf. Dan sunah ini diikuti para sahabat
beliau dan Muslimin.
Hajar Aswad |
Pada awal tahun gajah, Abrahan
Alasyram penguasa Yaman yang berasal dari Habsyah atau Ethiopia,
membangun gereja besar di Sana’a dan bertujuan untuk menghancurkan
Ka’bah, memindahkan Hajar Asswad ke Sana’a agar mengikat bangsa Arab
untuk melakukan Haji ke Sana’a. Abrahah kemudian mengeluarkan perintah
ekspedisi penyerangan terhadap Mekkah, dipimpin olehnya dengan pasukan
gajah untuk menghancurkan Ka’bah. Beberapa suku Arab menghadang pasukan
Abrahah, tetapi pasukan gajah tidak dapat dikalahkan.
Begitu mereka berada di dekat
Mekkah, Abrahah mengirim utusan yang mengatakan kepada penduduk kota
Mekkah bahwa mereka tidak akan bertempur dengan mereka jika mereka tidak
menghalangi penghancuran Ka’bah. Abdul Muthalib, kepala suku Quraisyi,
mengatakan bahwa ia akan mempertahankan hak-hak miliknya, tetapi Allah
akan mempertahankan rumah-Nya, Ka’bah, dan ia mundur ke luar kota dengan
penduduk Mekkah lainnya. Hari berikutnya, ketika Abrahah bersiap untuk
masuk ke dalam kota, terlihat burung-burung yang membawa batu-batu kecil
dan melemparkannya ke pasukan Ethiopia; setiap orang yang terkena
langsung terbunuh, mereka lari dengan panik dan Abrahah terbunuh dengan
mengenaskan. Kejadian ini diabadikan Allah dalam surah Al-Fil
Makam Ibrahim |
Makam Ibrahim
Makam
Ibrahim bukan kuburan Nabi Ibrahim sebagaimana banyak orang
berpendapat. Makam Ibrahim merupakan bangunan kecil terletak di sebelah
timur Ka’bah. Di dalam bangunan tersebut terdapat batu yang diturunkan
oleh Allah dari surga bersama-sama dengan Hajar Aswad. Di atas batu itu
Nabi Ibrahim berdiri di saat beliau membangun Ka’bah bersama sama
puteranya Nabi Ismail. Dari zaman dahulu batu itu sangat terpelihara,
dan sekarang ini sudah ditutup dengan kaca berbentuk kubbah kecil. Bekas
kedua tapak kaki Nabi Ibrahim yang panjangnya 27 cm, lebarnya 14 cm dan
dalamnya 10 cm masih nampak dan jelas dilihat orang.
Multazam
Multazam
terletak antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah berjarak kurang lebih 2
meter. Dinamakan Multazam karena dilazimkan bagi setiap muslim untuk
berdoa di tempat itu. Setiap doa dibacakan di tempat itu sangat diijabah
atau dikabulkan. Maka disunahkan berdoa sambil menempelkan tangan, dada
dan pipi ke Multazam sesuai dengan hadist Nabi saw yang diriwayatkan
sunan Ibnu Majah dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash.
Demikianlah sekilas tentang Ka’bah, yang sejak dibangun pertama kali oleh Nabi Ibrahim dan putranya Ismail, sudah mengalami perombakan dan perbaikan hingga ke bentuknya yang sekarang ini.
Ka’bah dan Hajar Aswad
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa di sudut timur Ka’bah, terdapat sebuah Batu Hitam yang bernama Hajar Aswad. Menurut penelitian, Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga satu-satunya batu yang bisa mengambang di air.
Ini dibuktikan oleh pihak museum Inggris, dimana tiga buah potongan batu tersebut (dari Ka'bah) ada disana. Pihak museum mengatakan bahwa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem tata surya kita. Dalam salah satu hadits, Rasulullah saw bersabda: "Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam" (HR. Tirmidzi).
Ka’bah dan Para Astronout
Firman Allah SWT yang bermaksud: “Allah telah menjadikan Kaabah, rumah suci itu sebagai pusat bagi manusia.” (Surah Maa’idah: 97)“
Sebenarnya di dalam Al-Quran terlebih dahulu membicarakan perkara ini, sebagai hamba Allah yang diberikan akal fikiran perlulah meneliti dan berfikir disebalik rahasia-rahasia yang terkandung didalam ayat-ayat suci Al-Quran .
Diantara Kalam-kalam Allah Swt mengenai Mekah Pusat Bumi
Firman Allah yang bermaksud :
“Demikianlah Kami wahyukan kepadamu al-Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Mekah) dan sekalian penduduk dunia di sekelilingnya (negeri-negeri di sekelilingnya).” (asy-Syura: 7)
Kata “Ummul Qura” bererti induk bagi kota-kota lain, dan kota-kota di sekelilingnya, menunjukkan Mekah adalah pusat bagi kota-kota lain, dan yang lain hanyalah berada di sekelilingnya.
Lebih dari itu, kata “ummu” (ibu) mempunyai arti yang cukup penting dan luas di dalam peradaban Islam. Sebagaimana seorang ibu adalah sumber dari keturunan, maka Mekah juga merupakan sumber dari semua negeri lain serta keunggulan di atas semua kota.
Allah berfirman lagi :
“Wahai jin dan manusia, jika kamu sanggup menembusi (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusinya kecuali dengan kekuatan (ilmu pengetahuan).” (ar-Rahman: 33)
Kata “aqthar” adalah bentuk jamak dari kata “qutr” yang bererti diameter, dan ia mengacu pada langit dan bumi yang mempunyai banyak diameter.
Berdasarkan ayat ini dapat difahami bahawa diameter lapisan-lapisan langit itu di atas diameter bumi (tujuh lempengan bumi). Jika Mekah berada di tengah-tengah bumi, dengan itu bererti bahawa Mekah juga berada di tengah-tengah lapisan-lapisan langit.
Selain itu ada hadis yang menerangkan bahawa Masjidil Haram di Mekah, tempat kaabah berada itu ada di tengah-tengah tujuh lapisan langit dan tujuh lapisan yang membentuk bumi.
Nabi Muhammad SAW bersabda maksudnya: “Wahai orang-orang Mekah, wahai orang-orang Quraisy , sesungguhnya kamu berada di bawah pertengahan langit.”
Berdasarkan penelitian di atas, bahawa Mekah berada pada tengah-tengah bumi (pusat dunia), maka benar-benar diyakini bahawa Kota Suci Mekah, bukan Greenwich, yang seharusnya dijadikan rujukan waktu dunia.(Dipetik dari Eramuslim “Makkah Sebagai Pusat Bumi” Oleh Dr. Mohamad Daudah)
“Wahai jin dan manusia, jika kamu sanggup menembusi (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusinya kecuali dengan kekuatan (ilmu pengetahuan).” (ar-Rahman: 33)
Kata “aqthar” adalah bentuk jamak dari kata “qutr” yang bererti diameter, dan ia mengacu pada langit dan bumi yang mempunyai banyak diameter.
Berdasarkan ayat ini dapat difahami bahawa diameter lapisan-lapisan langit itu di atas diameter bumi (tujuh lempengan bumi). Jika Mekah berada di tengah-tengah bumi, dengan itu bererti bahawa Mekah juga berada di tengah-tengah lapisan-lapisan langit.
Selain itu ada hadis yang menerangkan bahawa Masjidil Haram di Mekah, tempat kaabah berada itu ada di tengah-tengah tujuh lapisan langit dan tujuh lapisan yang membentuk bumi.
Nabi Muhammad SAW bersabda maksudnya: “Wahai orang-orang Mekah, wahai orang-orang Quraisy , sesungguhnya kamu berada di bawah pertengahan langit.”
Berdasarkan penelitian di atas, bahawa Mekah berada pada tengah-tengah bumi (pusat dunia), maka benar-benar diyakini bahawa Kota Suci Mekah, bukan Greenwich, yang seharusnya dijadikan rujukan waktu dunia.(Dipetik dari Eramuslim “Makkah Sebagai Pusat Bumi” Oleh Dr. Mohamad Daudah)
Di dunia maya, puluhan bahkan ratusan situs internet menulis artikel tentang misteri Ka’bah. Rata-rata di awal tulisan, mereka mengutip pernyataan Neil Armstrong, seorang astronout berkebangsaan Amerika Serikat yang takjub melihat bumi di luar angkasa. Berikut pernyataannya: “Planet bumi ternyata menggantung di area yang sangat gelap. Siapa yang menggantungnya?”
Setelah Neil Armstrong membuat pernyataannya, beberapa astronout mengadakan penelitian lebih lanjut. Dan walhasil, yang mereka temukan bukan hanya planet bumi yang menggantung di kegelapan, tapi para astronout itu juga menemukan bahwa ternyata bumi mengeluarkan semacam sebuah radiasi yang bersifat infinity (tidak berujung). Bahkan radiasi tersebut tetap berlanjut ketika mereka mengambil gambar planet Mars. Di sudut bumi manakah radiasi ini berpusat?
Misteri Di balik Kota Mekah
Neil Amstrong membuktikan bahwa kota Mekah yang terletaknya Ka’bah adalah pusat kepada planet Bumi, sedangkan Al-Quran sejak 1400 tahun yang lalu telah berbicara mengenai kota Mekah dan ka’bah adalah pusat bumi ini.
Ketika kali pertama Neil Amstrong melakukan perjalanan ke luar angkasa dan mengambil gambar planet Bumi, dia berkata, “Planet Bumi ternyata bertumpu di area yang sangat gelap, dan di manakah ia berpusat?.” Fakta ini telah diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah.
Para angkasawan telah menemui bahawa planet Bumi itu mengeluarkan satu radiasi, secara rasmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayangnya 21 hari kemudian website tersebut hilang dan seperti ada alasan tersembunyi di sebalik penghapusan lama web tersebut.
Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, ternyatalah radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, dan tepatnya berasal daripada Ka’bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite (tidak berakhir). Perkara ini terbukti ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjutan. Para peneliti Muslim mempercayai bahawa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Kaabah di planet Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat.
Ka’bah dan 'Zero Magnetism Area
Para ilmuwan membuktikan bahwa, di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu area yang bernama 'Zero Magnetism Area'. artinya adalah apabila kita mengeluarkan kompas di area tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub. Dan lagi-lagi peneliti muslim meyakini bahwa, lokasi 'Zero Magnetism Area' adalah di Ka’bah, Mekah.
Para ilmuwan membuktikan bahwa, di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu area yang bernama 'Zero Magnetism Area'. artinya adalah apabila kita mengeluarkan kompas di area tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub. Dan lagi-lagi peneliti muslim meyakini bahwa, lokasi 'Zero Magnetism Area' adalah di Ka’bah, Mekah.
Itulah sebabnya jika seseorang tinggal di Mekah, maka ia akan hidup lebih lama, lebih sehat, dan tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan gravitasi. Oleh sebab itu pulalah, ketika kita mengelilingi Ka'bah, maka seakan-akan diri kita di-charged ulang oleh suatu energi misterius dan ini adalah fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah.
Ka’bah dan Rumus Fibonacci
Rumus Fibonacci adalah rumus yang ditemukan oleh Fibonacci, Matematikawan Italia. Rumus Fibonacci merupakan sederet angka-angka yang masing-masing angka dalam deret tersebut merupakan hasil penjumlahan dari dua angka sebelumnya. Angka-angka yang didapat dari hasil penjumlahan tersebut dinamakan angka Fibonacci. Dimulai dari 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, 233, 377, 610, 987, 1597, 2584, …dst.
Angka Fibonacci ini memiliki satu sifat menarik. Jika kita membagi satu angka dalam deret tersebut dengan angka sebelumnya, akan didapatkan sebuah angka hasil pembagian yang besarnya sangat mendekati satu sama lain. Nyatanya, angka ini bernilai tetap setelah angka ke-13 dalam deret tersebut, yaitu: 1,618. Angka ini dikenal sebagai "golden ratio" atau "rasio emas".
Rasio Emas Jarak Ke Kabah |
Makkah Pusat Bumi
Ada beberapa ayat Alquran yang bisa dijadikan referensi untuk mengatakan bahwa Makkah adalah benar-benar pusat bumi, dan tentu saja diperkuat dengan fakta-fakta yang dikemukakan diatas.
Ini ayatnya: “Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Alquran dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya..’ (Asy-Syura: 7)
Kata ‘Ummul Qura’ berarti induk bagi kota-kota lain, dan kota-kota di sekelilingnya menunjukkan Makkah adalah pusat bagi kota-kota lain, dan yang lain hanyalah berada di sekelilingnya.
Lebih dari itu, kata ummu (ibu) mempunyai arti yang penting di dalam kultur Islam. Sebagaimana seorang ibu adalah sumber dari keturunan, maka Makkah juga merupakan sumber dari semua negeri lain, sebagaimana dijelaskan pada awal kajian ini. Selain itu, kata ‘ibu’ memberi Makkah keunggulan di atas semua kota lain.
Selain itu, Allah berfirman: ‘Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.’ (ar-Rahman:33).
Kata aqthar di ayat diatas adalah bentuk jamak dari kata ‘qutr’ yang berarti diameter, dan ia mengacu pada langit dan bumi yang mempunyai banyak diameter.
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa diameter lapisan-lapisan langit itu diatas diameter bumi (tujuh lempengan bumi). Jika Makkah berada di tengah-tengah bumi, maka itu berarti bahwa Makkah juga berada di tengah-tengah lapisan-lapisan langit.
Hajar Aswad
Penelitian lainnya menyatakan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan bisa terapung di air. Di sebuah musium di negara Inggris, terdapat tiga buah potongan batu tersebut (dari Ka’bah) dan pihak muzium juga mengatakan bahawa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem suria kita.
Rasulullah SAW bersabda:
“Hajar Aswad itu diturunkan dari syurga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam.” (Jami’ al-Tirmidzi al-Hajj)
“Hajar Aswad dari batu-batuan Syurga dan tidak ada suatu benda di bumi yang turunnya dari Syurga selain batu itu.” (HR. Thabrani)
Hajar Aswad
Penelitian lainnya menyatakan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan bisa terapung di air. Di sebuah musium di negara Inggris, terdapat tiga buah potongan batu tersebut (dari Ka’bah) dan pihak muzium juga mengatakan bahawa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem suria kita.
Rasulullah SAW bersabda:
“Hajar Aswad itu diturunkan dari syurga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam.” (Jami’ al-Tirmidzi al-Hajj)
“Hajar Aswad dari batu-batuan Syurga dan tidak ada suatu benda di bumi yang turunnya dari Syurga selain batu itu.” (HR. Thabrani)
Makkah atau Greenwich
Berdasarkan pertimbangan yang seksama bahwa Makkah berada tengah-tengah bumi sebagaimana yang dikuatkan oleh studi-studi dan gambar-gambar geologi yang dihasilkan satelit, maka benar-benar diyakini bahwa Kota Suci Makkah, bukan Greenwich, yang seharusnya dijadikan rujukan waktu dunia. Hal ini akan mengakhiri kontroversi lama yang dimulai empat dekade yang lalu.
Ada banyak argumentasi ilmiah untuk membuktikan bahwa Makkah merupakan wilayah nol bujur sangkar yang melalui kota suci tersebut, dan ia tidak melewati Greenwich di Inggris. GMT dipaksakan pada dunia ketika mayoritas negeri di dunia berada di bawah jajahan Inggris. Jika waktu Makkah yang diterapkan, maka mudah bagi setiap orang untuk mengetahui waktu shalat.
Ka’bah dan Yang Serupa Dengannya
Sebagai sebuah bangunan yang berbentuk segi empat (kubus), maka tidak bisa dipungkiri bahwa banyak bangunan-bangunan lain yang hampir menyerupainya. Tapi sebagai umat Islam, kita tidak perlu naik pitam, apalagi mengangkat senjata hanya karena melihat fenomena ini.
Tanpa bermaksud mengurangi nilai kesucian Ka’bah, kita layaknya lebih rasional dalam beragama. Karena pada hakekatnya, yang tidak bisa diserupai hanyalah Allah swt semata, karena Dia adalah “LAITSA KAMITSLIHI SYAI’UN”, tidak satu makhluk pun yang serupa dengan Dia. Ka’bah tetaplah Ka’bah, yang disucikan dan disakralkan, yang berfungsi sebagai pemersatu umat Islam dalam beribadah khususnya ibadah salat dan haji. Ka’bah hanyalah simbol keagamaan yang unik dan suci. Ia bukan Tuhan yang disembah.
Berbeda dengan bangunan kotak lainnya yang saya tampilkan berikut ini :
Kotak Zoroazter
Budaya Persia merupakan salah satu budaya terunggul di dunia sampai pada pertengahan abad Masehi. Jadi tidak heran jika pengaruh budayanya menyebar ke mana-mana dan bentuk makam keramat ini
Kotak Batu
Jin yang banyak terdapat di kota kuno Petra di Yordania
Kotak batu ini melambangkan dewa Dushara yang disembah masyarakat kuno Nabasia. Dari dua bangunan tua tersebut diatas manusia selalu mencari kepercayaaan, sebelum Nabi Ibrahim As membangun Ka’bah bersama Ismail untuk membina dasar-dasar baitullah (agama samawi) dengan tidak menyembah pada para dewa-dewa.bahkan sampai jaman nabi Muhammad SAW pun sebagai rosul terakhir masyarakat arab pada waktu itu selalu kembali ke jaman jahililiah meninggalkan ke-Maha-Esa-an Tuhan yang telah diajarkan rosul-rosul sebelumnya.
Tidak ada komentar
Posting Komentar