Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (Qs. An-Nahl 8). Manusia tidak pernah hidup sendiri, Allah Ta ala telah menciptakan berbagai mahluk yang kita tidak bisa mengetahui semuanya apalagi menghitungnya. Kemungkinannya selalu ada suatu mahluk yang Allah menciptakannya mirip dengan kita. Saya yakin akan hal tersebut, tidak ada yang mustahil, walaupun kita tidak bisa memastikan detailnya. Penulis tidak sedang berbicara menurut akal, yang kadangkala benar dan sering kali salah.
Akan tetapi berbagai dalil yang terjamin kebenarannya yang menyatakan kemungkinan tersebut. Kita memang tidak berkepentingan untuk mengetahui semua mahluk itu secara detail, ayat dan atsar lebih banyak berbicara secara global tanpa merinci. Dan menurut penulis, itupun sudah cukup untuk menenangkan hati-hati yang bertanya-tanya dan jiwa-jiwa yang penasaran. Sedikitnya ada tiga dalil yang menunjukan besarnya kemungkinan itu, Pertama : keumuman ayat, Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (Qs. An-Nahl 8).
Menurut pendapat yang benar, ayat ini berbicara secara umum tentang seluruh ciptaan Allah, bukan khusus tentang mahluk yang ada dibumi saja. Bahkan beberapa ahli tafsir menukil banyak riwayat yang menjelaskan perihal sebagian mahluk-mahluk itu.
Hanya saja, tafsir-tafsir telah banyak bercampur antara riwayat yang lemah dengan yang shahih, sulit untuk membedakannya kecuali mereka yang benar-benar ahli dibidang ini. Syaikh Mahmud Syukri Al-Alusi rahimahullahu (w. 1342 H) dalam kitabnya Ma Dalla „ Alaihi Al-Qur an Min Ma Yadhadhu Al-Haiah Al-Jadidah Al-Qawimah Al-Burhan hal. 128, berkata : “Bahkan tidak terlalu jauh jika dikatakan bahwa disetiap langit ada hewan-hewan dan mahluk-mahluk lain dengan keragaman bentuk dan kondisi mereka yang tidak diketahui dan tidak pernah disebutkan dalam khabar sedikitpun. Sungguh Allah telah berfirman : Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya" (Qs. An-Nahl 8).
Ar-Ruhaaniyuun
Diantaranya apa yang dituturkan oleh Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas al-Hanafi seorang murid dari Imam ahli hadits yang terkenal Syaikh Jalaludin as-Sayuthi yang wafat setelah tahun 928 H (1522 M) dalam kitabnya: Bada i az-Zuhur fi Waqai ad-Duhur. Syaikh menyebutkan sebuah riwayat: “Allah menciptakan suatu bumi putih seperti perak. Ukurannya 30 kali ukuran bumi. (Sebagai perbandingan dengan planet di system Matahari : Merkurius 0,05 kali massa bumi, Venus 0,8 kali, Mars, 0,1 kali, Jupiter uk urannya konon 318 kali massa bumi, Saturnus 95 kali, Uranus 14 kali, dan Neptunus 17 kali).
Disana tinggal berbagai umat yang tidak pernah bermaksiat kepada Allah sedetik pun”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah apakah mereka termasuk anak Adam? . Beliau menjawab, “Tidak ada yang mengetahui mereka kecuali Allah, dan mereka tidak memiliki pengetahuan tentang Adam”. Beliau ditanya, “Bagaimana dengan Iblis terhadap mereka?”. Beliau menjawab, “Mereka tidak mengetahui Iblis. Kemudian beliau membaca firman Allah, “Dan Allah menciptakan apa yang tidak kamu mengetahuinya”. (Qs. Nahl 8). Dinukil dengan lafazh yang mirip kisah diatas oleh As-Sam ani dalam Tafsir (1/371), beliau berkata, “Ini Khabar gharib”, juga oleh Ismail Haqi dalam Ruhul Bayan–cet Darul Ihya Ut Turot (5/9), dan As-Samarkandi dalam Bahr Ulum – cet Darul Fikr (2/267) tapi semuanya tanpa sanad.
Kemudian Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya (8/157) menyebutkan salah satu sanadnya dari Imam Abu Bakar Abdullah bin Muhammad, yang dikenal dengan Ibnu Abi Dunya dalam Kitabnya At- Tafakur wal Itibar : Menceritakan kepada saya Ishaq bin Hatim Al- Madaini, menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaiman dari Utsman bin Abi Dahras yang berkata: telah sampai kepada saya sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam datang dihadapan para sahabatnya yang sedang terdiam tidak berbicara”. Beliau bersabda, “Kenapa kalian tidak saling berbicara?”. Mereka berkata, “Kami sedang mentafakuri ciptaan Allah Azza wa Jalla”. Beliau bersabda, “Memang seharusnya kalian menafakuri ciptaan Allah, dan tidak memikirkan tentang Dzat Allah. Sesungguhnya di arah barat ini ada bumi yang berwarna putih, cahayanya adalah warna putihnya. Perjalanan matahari 40 hari. Didalamnya ada mahluk ciptaan Allah Ta ala yang tidak bermaksiat kepada Allah sedikit pun”. Mereka bertanya, “Bagaimana syaitan terhadap mereka?”. Beliau menjawab, “Mereka tidak mengetahui syaitan telah diciptakan atau tidak?”. Mereka bertanya lagi, ”Apakah mereka termasuk anak Adam?”. Beliau menjawab, “Mereka tidak mengetahui apakah Adam pernah diciptakan atau tidak?”.
Kemudian Ibnu Katsir berkata, “Hadits ini mursal dan munkar sekali”.
Penulis kemudian menemukan bahwa Abu Syaikh dalam Al-Adzamah mengeluarkannya juga dari dua jalan lain, pertama pada no. 924 : Menceritakan kepada kami Abu Al-Abbas Al-Harawi, menceritakan kepada kami Muhammad bin Ziyad al-Ziyadiy. Menceritakan kepada kami Mu tamar dari Mughiroh bin Salamah yang berkata: mencerita-kan kepada saya Abu Umayyah maula Syubrumah dan namanya Al-Hakam dari sebagaian para imam Kufah: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sampai kepada sebagian sahabatnya yang sedang terdiam”. Beliau bersabda, “Kenapa kalian tidak berbicara?”. Mereka berkata, “Ya Nabi Allah shallallahu alaihi wasallam kami sedang memandang ke arah matahari dan kami sedang mentafakurinya. Dari mana ia datangnya? Dan kemana ia perginya?. Dan kami sedang mentafakuri ciptaan Allah Azza wa Jalla”. Beliau bersabda, “Memang seh arusnya kalian mentafakuri ciptaan Allah dan tidak memikirkan tentang Dzat Allah. Sesungguhnya Allah Tabaroka wa Taala menciptakan diarah barat bumi yang putih. Putih cahayanya, atau cahaya-nya itu yang membuatnya putih. Perjalanan matahari 40 hari. Didalamnya ada mahluk dari mahluk ciptaan Allah Azza wa Jalla.
Mereka tidak bermaksiat kepada Allah sedikitpun”. Ditanyakan kepada beliau, “Ya Nabiyallah, apakah mereka termasuk anak Adam?”. Beliau menjawab, “Mereka tidak mengetahui bahwa Adam pernah diciptakan atau tidak”. Dikatakan kepada beliau, “Ya Nabiyallah, bagaimana dengan Iblis kepada mereka?”. Beliau menjawab, “Mereka tidak pernah mengetahui Iblis pernah diciptakan atau tidak”. Lalu pada no. 922 : Menceritakan kepada kami Ahmad bin ja far bin Nashr al-Jammal. Menceritakan kepada kami Muhammad bin Janzuwaih, menceritakan kepada kami Abu Al-Aswad An-Nadhr bin Abdul Jabar. Mencerita-kan kepada kami Maslamah bin Ulay dari Abdurrahman al-Khurasani dari Muqatil bin Hayyan dari Muhammad bin Ka ab al-Quradhi dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam : Sesungguhnya Allah Ta ala menciptakan sebuah bumi di seberang bumi kalian ini. Putih adalah sinar dan cahayanya, dan jaraknya adalah perjalanan matahari kalian ini 40 hari. Perawi berkata, “Maksud Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yaitu semisal besar dunia ini 40 kalinya”. Didalamnya ada hamba Allah Ta ala yang tidak bermaksiat sedikitpun”. Ditanyakan, “Ya Rasulullah, apakah mereka termasuk malaikat?”. Beliau menjawab, “Bahkan mereka tidak mengetahui kalau Allah menciptakan malaikat”. Beliau ditanya lagi, “Lalu apakah mereka termasuk anak turun Adam?”. Beliau menjawab, “Bahkan mereka tidak mengetahui kalau Allah menciptakan Adam”. Ditanyakan lagi, “Kalau demikian, apakah mereka termasuk anak turun Iblis?”.
Beliau menjawab, “Bahkan mereka tidak mengetahui kalau Allah menciptakan Iblis”. Lalu mereka bertanya, “Lantas siapa mereka, ya Rasulullah?”. Beliau men jawab, “Mereka adalah kaum yang disebut Ar-Ruuhaaniyyuun. Allah Azza wa Jalla menciptakan mereka dari cahaya sinar-Nya”. (Disebutkan dalam Kanzul Ummal no. 29843, Imam Al-Albani dalam Silsilah Adh-Dhaifah no. 5739 mengatakan bahwa riwayat ini maudhu. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan dalam Bagyatul)
Menurut penulis, walaupun dengan tambahan dua jalan inipun, tetap saja hadits ini tidak shahih. (Murtad (hal 230) bahwa hadits ini maudhu menurut kesepakatan para ulama, yaitu menurut saya jika dinisbatkan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam).
Penisbatan kepada sebagian perkataan salaf agaknya lebih tepat daripada memarfukannya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dan ternyata memang demi-kian adanya sebagaimana diriwayatkan oleh Abdulloh bin Ahmad bin Hambal dalam kitab Al- Zuhud (No. 1589), begitu pula Abu Syaikh dalam Al-Adzamah (no. 921) yang meriwayatkan hadits diatas tidak secara marfu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melainkan justru dari perkataannya Aun bin Abi Syadad. Abdullah bin Ahmad bin Hambal berkata : Menceritakan kepada saya Nashr bin Ali, menceritakan kepada kami Nuh bin Qais. Menceritakan kepada saya Aun bin Abi Syadad yang berkata : “Sesungguhnya Allah Tabaroka wa Ta ala men ciptakan diarah terbenamnya matahari, bumi yang putih, cahayanya itulah yang (menyebabkan) putih, didalamnya ada kaum yang tidak melakukan kemaksiatan kepada Alloh Tabaroka waTa ala sedikit-pun”. Abu Syaikh berkata : Menceritakan kepada kami Al-Harawi, menceritakan kepada kami Ubaidullah, menceritakan kepada kami Nuh bin Qais al-Hudani yang berkata: aku mendengar Aun bin Syadad berkata: “Sesungguhnya Allah Ta ala menciptakan bumi yang putih, cahayanya itulah yang (menyebabkan) putih, diarah terbenamnya matahari, didalamnya ada kaum yang tidak mengetahui sesungguhnya Alloh Azza wa Jalla dimaksiati dibumi”. Sebagian salaf menyebut penghuni bumi yang putih itu sebagai ruhaniyun. Yang dimaksud adalah mahluk yang disebut
“Ruh” dalam Surat an Naba ayat 38 : “Pada hari ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf”. Ruh ini konon memiliki bentuk seperti Bani Adam, mereka makan dan minum seperti kita. Abu Syaikh meriwayatkan hal ini (no. 410) dari perkataannya Mujahid rahimahullahu :
Menceritakan kepada kami Al-Walid, menceritakan kepada kami Ahmad bin „Isham, menceritakan kepada kami Abu „Amr menceritakan kepada kami Sufyan dari Ibn Abi Najih dari Mujahid Rahimahullahu Ta ala: “Ruh itu diciptakan dalam rupa anak Adam. Mereka makan dan minum”. Dikeluarkan pula oleh Abu Syaikh pada (no. 402), Abu Nu aim dalam Hilyatul Aulia (3/290) dan Ibn Jarir dalam Tafsir (24/176), semuanya dari arah Sufyan sebagaimana diriwayatkan Abu Syaikh. Ibn Jarir dihalaman yang sama mengeluarkannya dari jalan yang lain kepada Mujahid semisal lafazh diatas. Dalam riwayat lain Mujahid berkata,
“Ruh itu makan, dan mereka memiliki tangan, kaki dan kepala. Tapi mereka bukan malaikat”. Lafazh ini disebutkan Abdurrazaq dalam
Tafsir (no. 3469–Darul Kutub Ilmiyah). Lihat pula Ibnu Jarir dalam Tafsirnya (24/176) semisal ini. Aku pikir kisah tentang Ruh ini shahih dari perkataan Mujahid dengan banyaknya jalan kepadanya, bahkan telah shahih pula dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu sebagaimana dikatakan Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (8/402):
“Dan sungguh telah diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dalam Tafsirnya dengan isnad shahih dari Ibnu Abbas yang berkata: Ar-Ruh itu dari Allah dan salah satu mahluk dari mahluk Allah, sedangkan bentuknya sebagaimana Bani Adam”. Beberapa salaf lainnya mengatakan hal yang sama tentang ruh, diantaranya Abu Shalih yang berkata, “(ruh itu) Mirip manusia tapi tidak termasuk manusia”. (HR. Abu Syaikh no. 403 dan Ibn Jarir 24/176).
Sebagian lagi menginformasikan bahwa jumlah Ruh ini sangat banyak sekali, bahkan jauh melebihi mahluk-mahluk yang kita kenal seperti malaikat, jin, setan dan manusia. Mereka mengatakan,
“Jin, manusia, malaikat dan setan tidak mencapai sepersepuluh ruh”. (Abu Syaikh no. 397 dari perkataan Abdullah bin Buraidah, tapi dalam sanadnya ada kelemahan). Demikianlah yang sampai kisahnya tentang ruhaniyun ini dari para ulama salaf, dan hanya Allahlah yang mengetahui kebenaran-nya. Tapi intinya
dari pembicaraan ini adalah bahwa ayat : Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (Qs. An-Nahl 8), sama sekali bukan dimaksud hanya mahluk di bumi saja, melainkan dapat dipahami secara global. Dan ini sudah cukup sebagai argumen
.
Kedua : Keumuman ayat, “Dan di antara ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan)-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan segala yang Dia sebarkan pada keduanya (langit dan bumi) dari makhluk-makhluk yang melata (Dabbah). Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya”. (Qs. Asy-Syuura 29). Ayat ini dapat dikatakan berbicara secara global, sebab benda-benda yang berada diantara langit bumi termasuk pula didalamnya bumi, juga planet-planet, bintang-bintang, galaksi-galaksi dan benda- benda lainnya yang beraneka ragam bentuknya sebagai-mana banyak diteliti oleh para ilmuwan. Sedangkan dabbah
ini walaupun makna asalnya hewan yang melata, tapi kadangkala bermakna umum termasuk mahluk berakal seperti manusia dan jin, sebagaimana dalam sebuah ayat,
“Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu dabbah pun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya”. (Fathir 45). Al-Baghawi dalam Tafsir (7/427) berkata tentang dabbah dalam ayat diatas, (maksud firman Allah) “ dari Dabbah ”yaitu sebagaimana di zamannya Nuh, dimana Allah membinasakan setiap apa yang dipermukaan bumi kecuali siapa yang ada dalam perahu Nuh”. Syaikh Mahmud Syukri Al-Alusi rahimahullahu (W.1342 H) dalam kitabnya Ma Dalla Alaihi Al-Qur an Min Ma Yadhadhu Al-Haiah Al-Jadidah Al-Qawimah Al-Burhan hal. 128, berkata menjelaskan Surat Asy-Syuura ayat 29 diatas : “Ayat ini secara jelas mengisyaratkan keberadaan hewan-hewan di langit, sebab mahluk melata (Dabbah) tidak mencakup malaikat, dan didalam ayat lain pun mahluk melata ini malah disandingkan dengan malaikat, yaitu firman Allah : “Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan segala apa yang dibumi, darimahluk melata (Dabbah) dan (juga) para malaikat” (Qs. An-Nahl 49). Bahkan tidak terlalu jauh jika dikatakan bahwa disetiap langit ada hewan-hewan dan mahluk-mahluk lain dengan keragaman bentuk dan kondisi mereka yang tidak diketahui dan tidak pernah disebutkan dalam khabar sedikitpun. Sungguh Allah telah berfirman : Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya .(Qs. An-Nahl 8)”. Syaikh Al-Alusi rahimahullahu bahkan menduga sebagian dari dabbah langit itu adalah mukallaf (dibebani kewajiban beragama), beliau melanjutkan : “Seandainya kita menerima adanya hewan-hewan langit, maka ayat ini lebih lanjut menunjukan bahwa jenis-jenis yang berakal diantara hewan-hewan langit itu pun dibebani dengan kewajiban sebagai mukallaf. Hal ini diisyaratkan lewat firman Allah selanjutnya, “Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya ”. (Qs. Asy-Syuura 29), yaitu mengumpulkan mereka setelah dibangkitkan untuk dihisab. Dan sudah maklum adanya bahwa mahluk yang tidak dibebani kewajiban agama (ghaira mukallaf) tidak ikut dikumpulkan dihari kiamat kelak. (Kitab ini ditakhrij hadits-haditsnya secara ringkas oleh Al-Muhadits Abad ini, Syaikh Nasiruddin Al-Albanirahimahullahu. Dan syaikh tidak mengomentarinya, seolah-olah setuju akan hal ini).
Buraq Dalam hadits pun, terdapat keterangan tentang adanya binatang melata (dabbah) selain dari dabbah bumi yang kita kenal. Dalam kisah Isra miraj, Nabi kita shallallahu alaihi wasalam menjumpai dabbah yang disebut Buraq yang dibawa Jibril alahi salam. Rasulullah shallallahu alaihi wa salam menggambarkan Buraq ini adalah dabbah (hewan melata) yang digunakan sebagai kendaraan para Nabi. Beliau shallallahu alaihi wasalam bersabda : “Telah didatangkan padaku Buraq, ialah Dabbah (binatang melata) yang berwarna putih bentuknya lebih besar dari pada keledai dan lebih kecil daripada beghal. Ia meletakan kakinya sejauh pandangan matanya. Aku menaiki binatang ini yang membawaku sampai di Baitul Maqdis, lalu ku ikat ia pada lingkaran yang biasanya digunakan oleh para Nabi untuk mengikat binatang tunggangannya. Kemudian aku masuk ke dalam mesjid dan mengerjakan shalat dua rakaat”. (Dikeluarkan oleh Ahmad (3/148) no. 12527, Muslim (1/145) no. 162, Abu Ya la (6/109) no. 3375 dan (6/216) no. 3499, Ibnu Abi Syaib ah (7/333) no. 36570 dan Abu Awanah (1/113) no. 344).
Dalam lafazh lain : “Didatangkan kepadaku dabbah yang berbentuk lebih besar daripada keledai dan lebih kecil daripada beghal, langkahnya sejauh pandangan matanya. Aku menungganginya dengan disertai Jibril alaihi salam”. Buraq ini adalah contoh Dabbah yang sebelumnya asing bagi kita, andai tidak ada peristiwa Isra Mi raj niscaya kita tidak mengetahuinya. Ini sebagai gambaran saja kemungkinan betapa banyak dabbah-dabbah lainnya yang kita tidak mengetahuinya. Ada sebagian orang menganggap Dabbah yang bernama Buraq ini adalah sebuah wahana antariksa seperti pesawat atau piring terbang. Ini penafsiran yang keterlaluan dan mengabaikan berbagai lafazh yang menerangkan bahwa Buraq ini benar-benar seekor binatang (dabbah). Diterangkan dalam hadits diatas Nabi shallallahu alaihi wasallam mengikatnya sebagaimana kuda diikat dipasak berbentuk lingkaran. Dalam satu riwayat, cara menghentikan Buraq ini pun sama sebagaimana menghentikan kuda biasa,
Dikeluarkan oleh Nasai dalam Sunan Al-Mujtabi no. 4 50.
“Sesungguhnya pada malam Isra , Nabi shallallahu alaihi wasallam bertemu dengan Nabi Musa alaihi sallam yang sedang sholat didalam kuburnya. (Anas) berkata : Ketika itu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sedang naik Buraq. Beliau bersabda, “Kemudian aku menghentikan kuda (buraq) atau beliau berkata, “ Dabbah” dengan cara bil halqah(memutar)”. (Al-Isra wal Mi raj wa Dzikru Ahaditsihima wa Takhrijuhawa Bayan Shahihima min Saqimiha karya Imam Al-Albani hal. 51). Dalam riwayat lain, beliau menghentikannya dengan cara al-harabah (mengenjot). (Al-Khashaish al-Kubra (1/259) karya Imam Sayuthi).
Dalam riwayat lain : “Suatu ketika ketika sedang shalat isya di Mekkah, Jibril datang kepada ku dengan seekor Dabbah berwarna putih, yang lebih tinggi dari keledai danlebih pendek dari bighal, aku pun menaikinya. Tiba-tiba ia meronta dan merasa sukar berjalan sehingga jibril mengujinya dengan memegang dua telinganya”. Dalam riwayat lain : “Aku dibawakan buraq, lalu aku naik dibelakang jibril, maka ia pun terbang melesat membawa kami berdua. Ketika ia naik, kedua kaki belakangnya ikut (Thabrani dalam Mu jam Al-Kubro (7/282) no. 7142, Ibnu Abi Hatim sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir (1/581) dan Baihaqi dalam Ad -Dalail (2/355-357), lalu dia menshahihkannya. Hadits ini ada kelemahannya). terangkat, dan ketika ia menukik turun, kedua kaki depannya terangkat”. (Dikeluarkan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (4/648) no. 8793 – ini lafazhnya, Al-Bazzar (5 /14) no. 1568, Abu Ya la (8/449) no. 5036, Thabrani (1 0/69) no. 9976, Al-Harits (1/166) no. 22 – al-Baghyat, dan Abu Nu aim dalam Al - Hilyah (4/234). Al-Haitsami berkata, “Rijalnya rijal shahih”). Itu semua menunjukan bahwa Buraq benar-benar hewan melata (Dabbah), tidak bisa ditakwilkan kepada yang lainnya. Mungkin yang menjadi penyebab orang-orang menduga Buraq ini adalah pesawat super canggih, adalah karena kecepatannya yang luar biasa. Dalam hadits yang telah lalu disebutkan “langkahnya sejauh pandangan matanya”. Sedangkan dalam hadits yang lain : “Telah datang (Jibril) bersama Buraq, Dabbah yang berwarna putih dan panjang (dalam riwayat Tirmidzi : punggungnya terhampar seperti ini). Langkahnya sejauh pandangan matanya, sehingga aku dan Jibril merasa seakan-akan belum menyentuh punggungnya, tiba-tiba sudah sampai di Baitul Maqdis”. (Al-Isra wal Mi raj wa Dzikru Ahaditsihima wa Takhrijuhawa Bayan Shahihima min Saqimiha karya Imam Al-Albani rahimahullahu hal. 62). Memang bisa jadi kalau Buraq ini dilihat oleh orang-orang zaman sekarang, niscaya mereka menyangkanya piring terbang (sebab sebagian besar mereka tercemar film Hollywood) karena kecepatannya. Dalam kisah Isra Mi raj di sebutkan sebagian Kafilah Quraisy yang meyaksikan lintasan Buraq pun kaget setengah mati, sampai mematahkan kaki untanya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bercerita,
"Ketika kami berangkat, di dalam perjalanan aku berjumpa dengan kafilah suku Quraisy yang membawa bahan pangan. Bahan pangan itu dikemas didalam dua karung berwarna hitam dan putih. Pada saat kami sedang berhadapan dengan kafilah tersebut, kami langsung belok dan menghindari mereka. Tiba-tiba, saking kagetnya salah seorang di antara kafilah itu terbanting dan kaki untanya patah. "Peristiwa semalam telah lewat, dan ketika pagi hari tiba Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam memberitahukan peristiwa yang telah dialaminya. Sampailah berita itu ke telinga orang-orang musyrik, lalu mereka mendatangi Abu Bakar dan bertanya, "Wahai Abu Bakar, sudahkah kamu mengetahui apa yang terjadi dengan sahabatmu? Katanya dia mendatangi suatu tempat yang hanya ditempuh dengan perjalanan pulang-pergi selama satu malam. Padahal, tempat itu lazimnya ditempuh dengan perjalanan satu bulan. "Abu Bakar berkata, "Jika yangmengatakan berita itu dia (Muhammad) aku pasti membenarkan. Bahkan yang lebih jauh dari itu pun aku pasti membenarkan, karena aku percaya berdasarkan kabar langit. "Selanjutnya, orang-orang musyrik bertanya kepada Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam, "Apakah bukti kebenaran ucapanmu?" Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, "Aku bertemu dengan kafilah suku Quraisy di tempat ini dan itu. Ketika kami sedang berdekatan, aku berbelok dan menghindari unta-unta mereka. Di antara unta itu, ada yang membawa karung berwarna hitam dan putih. Saking kagetnya, unta itu terbanting dan patah kakinya." Pada saat kafilah suku Quraisy datang, orang-orang musyrik bertanya kepada kafilah itu. Kemudian kafilah suku Quraisy itu pun bercerita seperti apa yang diceritakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam”. Penulis merekomendasikan dua buah buku untuk mengetahui lebih luas Kisah Isra Miraj Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang menakjubkan itu. Yaitu Kitab Al-Isra wal Miraj wa Dzikru ahaditsihima wa Takhrijuha wa Bayan Shahihima min Saqimiha karya Imam Al-Albani rahimahullahu dan Kitab Al-„Ayah al-Kubro fi Syarh Qishshah al- Isra karya Imam Suyuthi rahimahullahu.
Ketiga : Penghuni langit
Beberapa sumber dalam Islam menyebut istilah “Penghuni langit”. Sedangkan langit dalam bahasa Arab kadang berarti setiap sesuatu yang tinggi. Ibnu Qutaibah berkata: “Setiap yang ada di atasmu disebut langit”. Jadi arti matahari dan bulan berada di langit, yaitu berada di ketinggian, atau di arah langit. Sebagaimana di dalam firman Allah Azza wa Jalla yang menceritakan tentang hujan :
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, seperti tersebut di dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir (5/14), kisah ini memiliki banyak penguat dari riwayat yang lain.
"Dan Kami turunkan air yang membawa berkah dari langit (ketinggian)". (Qaf: 9). Ini artinya apa yang ada di planet-planet lain selain bumi dan andaikata benar ada penghuninya, maka mereka bisa disebut Penghuni Langit dalam pandangan manusia. Misalkan dalam suatu hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya, serta para penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang ada di dalam lubangnya dan juga ikan, akan mendo'akan orang yang mengajarkan kebaikan kepada ummat manusia". (HR. Tirmidzi no. 2685, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam al-Misykat no. 213). Pada Hadis diatas, Rasulullah shallallahu alaihi wasalam membedakan antara Malaikat dengan Penghuni Langit. Siapakah yang dimaksud dengan Penghuni Langit dalam hadits diatas ?.
Menurut penulis Kitab Mirqatul Mafatih (1/298), Tuhfatul Ahwadzi (7/379) dan Mir atul, maksud dari kata“ ”dalam Mafatih (1/319) malaikat
(Penulis Kitab Al-Mir ah adalah Syaikh Ubaidullah Al - Mubarakfuri (w. 1414 H), Kitab at-Tuhfah adalah Syaikh Muhammad Abdurahman Al-Mubarakfuri (w. 13 53 H), dan Kitab Al-Mirqah adalah Syaikh Ali Al-Qari (w. 1014 H)).
hadits diatas adalah malaikat yang didekatkan seperti malaikat yang memikul Arsy. Sedangkan yang dimaksud “
”yaitu para malaikat dan Penghuni langit secara umum. Jadi tidak ada dalam pemahaman ulama, bahwa “penghuni langit” dalam hadits ini maksudnya alien atau sesuatu selain malaikat. Namun, jika kita bersikeras bahwa makna penghuni langit tersebut bisa juga termasuk mahluk yang lain selain malaikat, maka bolehlah kita berpegang dengan keumuman hadits diatas. Wallahu alam.
Contact With Alien Civilizations
(Penulis meniru judul dari buku karya Michael A.G. Michaud yang berjudul Contact With Alien Civilizations,diterbitkan tahu n 2007 oleh Springer Science+Business Media, LLC – USA)
Lalu seandainya kita sepakat kemungkinan adanya mahluk berakal lain selain manusia, malaikat atau jin di tempat yang tidak kita ketahui, lantas muncul pertanyaan, “Apakah mungkin terjadi hubu -
ngan penghuni bumi dengan mereka?”. Jawaban yang benar menurut saya adalah, “Tidak mungkin”. Dengan alas an :
Pertama, tidak adanya dalil akan hal tersebut, padahal Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah menyampaikan semua hal yang dibutuhkan umatnya bahkan sampai cara buang air sekalipun. Apalagi ini menyangkut sebuah peristiwa besar: “contact” dengan alien. Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu anhu mengatakan : “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meninggalkan kami dan tak ada seekor burung yang mengepakkan kedua sayapnya di udara melainkan beliau menyebutkan kepada kami ilmu tentangnya.”
(HR. Thabrani dalam Mu jamul Kabir (2/155) no. 1647 dan sanadnya shahih).
Kedua, tercakup keumuman ayat tadi, Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (Qs. An-Nahl 8).
Dalam sebuah hadits qudsi : Allah Ta ala berfirman :“Wahai Jibril! Sesungguhnya Aku telah menciptakan beribu-ribu umat tidak satu pun umat dari padanya mengetahui bahwa Aku telah menciptakan umat selain dia. Aku tidak perlihatkan gemerciknya suara al-luh mahfudz (lantaran banyaknya umat-umat –pen), bahwasannya perintah-Ku kepada sesuatu yang hendak Aku ciptakan hanyalah dengan mengucapkan kata “kun” (jadilah) maka terciptalah apa yang Aku kehendaki dan tidak mungkin bahwa huruf “Kaf” mendahului huruf “Nun”. (HR. Ad-Dailami (3/184) no.4504). Tapi riwayat ad-Dailami ini lemah. Menurut sebagian ulama, dengan dinukilnya hadits ini sendirian oleh Ad-Dailami sudah cukup untuk membuktikan kelemahan hadits yang dimaksud.
Ketiga, ketidakmungkinan itu karena jauhnya jarak antar planet yang kemungkinan berpenghuni. Bahkan dengan kecepatan cahaya sekalipun, jarak itu akan sangat jauh. Memang benar Islam tidak pernah menafikan akan bisanya sebuah pesawat luar angkasa hilir mudik diantara planet-planet (ini akan dijelaskan nanti). Akan tetapi pesawat-pesawat semacam itu memiliki keterbatasan dan kelemahan. Sedangkan kecepatan cahaya saja bagi teknologi manusia hanya ada dalam film-film Holywood, apalagi untuk kecepatan lebih dari itu.
“Malaikat-malaikat dan ruh naik menghadap (Ruh dalam ayat ini maksudnya Jibril, wallahu alam). kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun” (Qs. Al-Ma arij 4). Ayat diatas sebagai contoh saja, betapa jauhnya apa yang harus ditempuh dalam mengarungi perjalanan langit dalam ukuran manusia. Dan pengetahuan modern pun membenarkan apa yang disebutkan nash.
Keempat, Para ilmuwan dunia juga tidak memiliki Sulthon (kekuatan) untuk melakukan perjalanan langit, sebagaimana dalam ayat: “Hai jemaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan sulthon (kekuatan)” (Ar-Rahman 33).
Ketiadaan Sulthon ini mencakup ketiadaan kekuatan tubuh manusia dalam mengarungi angkasa. Para astronot yang pernah melakukan perjalanan angkasa menceritakan berbagai kesulitan manusia menyesuaikan diri dengan kondisi tanpa gaya tekan gravitasi, tanpa makanan yang normal, tekanan debu-debu radiasi kosmik, dan lain sebagainya terhadap tubuh-tubuh mereka. Banyak sekali astronot yang mengalami Space Adaptasi Syndrome, mereka tiba- tiba merasa terbalik, bahkan kesulitan merasakan letak lengan dan kaki mereka sendiri (disorientasi). Mereka juga bisa mengalami kebutaan akibat dari radiasi kosmik. Sementara volume darah menjadi berkurang, dan tulang mengalami perpanjangan yang bias berakibat berat. Jangan dilupakan, cahaya dari bintang-bintang yang tidak teratur bisa menyebabkan berbagai efek negatif yang membahayakan jiwa. Itu yang dialami astronot yang hanya beberapa hari dan bulan saja berada diangkasa, bagaimana jika mereka harus menempuh perjalanan angkasa bertahun-tahun atau puluhan tahun?.
Kelima, andaikata mereka memiliki sulthon (kekuatan) untuk melintasi langit, maka mereka akan menemukan banyak sekali kesulitan lain ketika melakukan perjalanannya. Berbagai macam benda dan
berbagai isi alam semesta yang kita tidak mengetahuinya seolah-olah menjaga dengan ketat langit dan bumi. Ambil contoh saja beberapa lapisan yang melapisi bumi seperti atmosfer, lepas dari itu mereka akan bertemu sabuk asteroid, lalu akan bertemu
Kuiper Belt, lalu Awan Oort diperbatasan tata surya, lalu lapisan antar bintang yang kita tidak mengetahuinya, lalu lapisan antar galaksi, radiasi debu-debu kosmik, mungkin juga black hole dan lain sebagainya.
Bahkan telah datang firman Allah melanjutkan ayat sebelumnya :
“Kepada kamu, (jin dan manusia yang mencoba melintasi langit) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (daripadanya)” [Ar -Rahman 35].
Ini peringatan bagi manusia dan jin perihal bakal banyaknya rintangan yang akan dihadapi jika ingin mencoba melintasi langit.
Keenam, kita sudah mengetahui bagaimana teknologi manusia dibumi saat ini tidak mampu membuat kendaraan yang bisa membawa mereka menuju planet-planet inhabit diluar tata surya kita. Lalu kenapa kita selalu menyangka bahwa para penghuni planet-planet yang lain itu kalau pun mereka ada selalu lebih maju dari kita?, sehingga mereka bisa mengunjungi kita?. Sedangkan Allah Taala berfirman, “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak–anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS. Al-Israa 70). Imam Al-Baghawi rahimahullahu dalam Tafsirnya Ma alimu Tanzil (3/145–Dar Ihyaut Turots) berkata : “Dan dhahir ayat itu menunjukan sesungguhnya manusia diutamakan atas kebanyakan dari ciptaan Allah bukan dengan tiap-tiap ciptaan. Berkata sebagian orang, “Diutamakan atas semua mahluk kecuali malaikat”, al-Kalbi berkata, “Diutamakan atas mahluk semuanya kecuali sebagian kecil dari malaikat
yaitu Jibril, Mikail, Israfil, Malaikat Maut dan yang semisal mereka”. (Al-Baghawi berkata:) Dan dalam masalah keutamaan para malaikat atas manusia, terdapat ikhtilaf. Berkata sebagian orang, “Manusia diutamakan atas semua mahluk juga atas semua malaikat, dan sungguh yang dikehendaki dari kata, “
”(kebanyakan) pada ayat itu adalah “ al-aktsar ” (tiap-tiap/semua). Sebagaimana firman Allah kulli
“Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun?. Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu, dan”. kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta (Qs. asy-Syu ara 221-223) maksud kebanya-kan disini, "Semuanya”. Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman, “Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.” (At-Tin: 4). Ayat ini memperkuat ayat sebelumnya. Imam Quthubi rahimahullahu mengatakan, Ibnul „Arabi berkata: “Tidak ada makhluk ciptaan Allah Ta'ala yang lebih baik daripada manusia. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan manusia dalam keadaan memiliki kehidupan, berilmu, memiliki kekuatan, memiliki kehendak, pandai berbicara, mendengar, melihat, pandai mengatur, dan menempatkan sesuatu pada tempatnya.” (Tafsir Al-Qurthubi 20/114).
(Rujuki risalah kecil kami yang berjudul, “Bani Adam dan Penciptaannya”, diedarkan juga oleh Sanggar IT Publishing).
Yajuj Majuj
Kemudian ada beberapa orang berdalil dengan Kisah Yajuj Majuj tentang akan adanya hubungan dengan alien dimasa mendatang, bahkan konon akan terjadi pertempuran besar dibumi antara alien-alien berdasarkan takwil kisah Yajuj Majuj tersebut.
Adapun yang menjadi syubhat mereka adalah sebagai berikut :
Pertama : Yajuj Majuj “melawan” Penghuni Langit Dalam hadits terdapat lafazh seperti ini : “Kemudian mereka (Yajuj Majuj) berjalan dan berakhir di gunung Khumar, yaitu salah satu gunung di Baitul Maqdis. Kemudian mereka berkata: “Kita telah membantai penduduk bumi, mari kita membantai Penduduk Langit.” Maka mereka m elemparkan panah- panah dan tombak-tombak mereka ke langit. Maka Allah Subhanahu wa Ta ala kembalikan panah dan tombak-tombak mereka dalam keadaan berlumuran darah.” (HR. Muslim no. 2937)
Ketahuilah wahai fulan, sebenarnya Yajuj Majuj ini tidak benar-benar sedang berperang dengan “Penduduk Langit”, berlumurannya darah panah dan tombak mereka adalah memperdayai dan istidroj untuk menyempurnakan kesombongan mereka. Sehingga mereka menyangka benar-benar mengalahkan penduduk langit, padahal darah-darah yang ada pada anak panah mereka adalah darah-darah binatang yang terbang seperti burung. Sebagaimana ucapan mereka, “Kita telah membantai penduduk bumi”
padahal kenyataannya mereka tidak berhasil membantai semua penduduk bumi karena kaum muslimin tengah berlindung digunung Thur di kota-kota dan benteng-bentang bersama Isa alaihi sallam.
Penulis Mirqatul Mafatih (8/3463) yaitu Imam Ali Al-Qari rahimahullahu berkata:
“Kejadian itu untuk memperdayai dan istidroj atas mereka dari Allah. Dengan menjadikan anak panah mereka mengenai sebagian burung di langit”. Fantasi bahwa Yajuj Majuj berperang dengan
alien adalah tidak benar. Mereka mengartikan panah- panah dan tombak-tombak sebagai senjata canggih Yajuj Majuj melawan alien, dan mengartikan “berlumuran darah” sebagai banyaknya korban dipihak alien. Ini menyimpang dari pengertian Bahasa Arab yang benar. Dan tidaklah ada yang menghalangi Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam untuk menyampaikan apa yang terjadi sesungguhnya kalau benar yang dimaksud sebagaimana hayalan mereka.
Kedua : Yajuz Majuz “Turun Cepat Dari Seluruh Tempat Yang Tinggi” Yang dimaksud firman Allah Ta ala : “Hingga apabila dibukakan Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. (QS. Al Anbiya ayat 96).
Kata mereka : “Ayat ini mengindikasikan bahwa Ya’juj dan Ma’juj muncul bukan dari bawah. Tapi dari atas. Dan kata “seluruh tempat yang ” dapat diasumsikan bahwa mereka bukan tinggi muncul dari atas gunung tertentu. Namun lebih berkonotasi seperti turunnya air hujan (dari langit). Jadi lebih tepatnya, Yajuj Majuj datang dari pesawat- pesawat canggih”.
Itu yang mereka katakan, akibat mengira-ngira apa yang tidak mereka pahami dari Bahasa Arab. Kata “Hadab ” dalam Bahasa Arab adalah setiap tempat yang menaik dari permukaan bumi seperti lembah,
gunung dan bukit. Tidak bisa diartikan dari langit atau dari awan. Al-Qurthubi dalam Tafsirnya (11/341), menyebutkan : “Dan al-hadab itu adalah apa-apa yang muncul / menaik dari permukaan bumi (tanah)”. (tiap-tiap/seluruh) menunjukan banyaknya Yajuj Majuj, seakan-akan keluar dari segala arah.
Ketiga : Isa alaihi sallam dan kaum muslimin “mendarat” dibumi
Yang lebih aneh lagi mereka mengatakan kalau Isa alaihi sallam dan kaum muslimin dizamannya menggunakan pesawat atau wahana antariksa semacam piring terbang untuk menyelamatkan diri dari Yajuj Majuj ini. Dalil mereka adalah apa yang tercantum dalam hadits : “Kemudiaan Nabiyullah Isa dan sahabat –sahabatnya “mendarat” di bumi (begini terjemahan mereka –pen).
Mereka tiada mendapati di muka bumi tempat sejengkal pun, melainkan tempat itu telah dipenuhi bau busuk bangkai mereka (Yajuj Majuj)”. (HR. Muslim no. 2937).
Menurut fantasinya, kata „mendarat di bumi itu menunjukan sebelumnya Nabi Isa alaihi sallam dan para sahabatnya di zaman itu tidak berada di bumi alias diselamatkan dalam pesawat angkasa. Demikianlah hayalan mereka tentang masalah ini. Padahal andai mereka menggunakan bahasa Arab dan memperhatikan lafazh hadits sebelumnya niscaya akan jelaslah persoalan sesungguhnya :
“Ketika dalam keadaan seperti itu, Allah mewahyukan kepada Isa: “Sesungguhnya Aku telah mengutus hamba-hamba-Ku (maksudnya Yajuj Majuj) yang tiada kemampuan bagi siapapun untuk memerangi mereka, oleh sebab itu ungsikanlah hamba-hamba-Ku di Gunung Thur”. Jadi Nabi Isa alaihi sallam dan para sahabatnya berlindung di Gunung Thur yang waktu itu diselamatkan oleh Allah dari gangguan Yajuj Majuj.
Maksud kalimat, ”adalah turun dari gunung Thur yang merupakan benteng melindungi mereka dari Yajuj Majuj, bukan turun dari pesawat atau piring terbang. Sebagaimana ada pada sebagian lafazh : “Dibuka lubang Yajuj Majuj sehingga mereka keluar kepada manusia sebagaimana Firman Allah, “Mereka turun dari semua tempat yang tinggi” (Al-Anbiya 96), maka mereka menyebar dimuka bumi. Dan kaum muslimin menghindari mereka ke kota-kota (perlindungan) dan benteng-benteng (perlindungan) mereka”.
Bahkan setelah Yajuj Majuj mati secara massal akibat ulat-ulat dileher mereka, kaum muslimin tetap digambarkan oleh hadits : “Mereka keluar dari kota-kota dan benteng-benteng”. (Hadits ini dikeluarkan oleh Ahmad (3/77) no. 11749, Ibnu Majah (no. 4079), Abu Ya la (no. 4079), Ibnu Hib ban (15/45) no. 6830 dan Al-Hakim (4/535) no. 8504 dengan sanad yang hasan. Disebutkan Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 1793).
Sama sekali tidak pernah digambarkan keluar dari pesawat.
Keempat : Berbagai macam syubhat tentang Yajuj Majuj lainnya
Invasi Yajuj Majuj atas dunia manusia memang cukup mengherankan, kerusakan yang ditimbulkan oleh bangsa yang serupa mereka seperti Tartar dan Mongol merupakan peringatan yang sangat jelas bagi kaum muslimin. Dalam hadits diterangkan, seandainya mereka dibiarkan hidup bersama manusia niscaya rusaklah kehidupan mereka. Akan tetapi, Bangsa Tatar dan Mongol sama sekali bukan yang dimaksud hadits tentang Yajuj Majuj. Imam Al- Qurthubi rahimahullahu mengatakan bahwa mereka hanya sebagai pembuka kedatangan Yajuj Majuj (Tafsir 11/58). Sebagian orang menyangka bahwa Yajuj Majuj ini bukan manusia dan memiliki bentuk tubuh yang bermacam-macam. Ada yang sangat tinggi seperti pohon al-urz yang sangat besar, ada yang ukurannya empat hasta kali empat hasta dan ada yang telinganya sangat panjang sehingga telinga yang satu bertemu telinga yang lain. Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan jika ada orang yang mengatakan bahwa sifat Yajuj Majuj seperti disebutkan diatas, maka orang itu telah berkata tanpa ilmu (An-Nihayah al-Fitan wal Malahim 1/153).
Sebagian lagi mengatakan bahwa Yajuj Majuj merupakan keturunan Adam tapi bukan dari Hawa. Hal itu bisa terjadi karena Adam bermimpi, lalu air maninya bercampur dengan tanah, darinyalah Allah menciptakan Yajuj Majuj. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu mengatakan bahwa pendapat seperti ini terbantahkan dengan hadits marfu yang menyatakan bahwa mereka berasal dari keturunan Nuh, sementara Nuh dari keturunan Hawa (Fathul Baari 13/107).
Penakwilan-penakwilan seperti diatas mungkin saja timbul dari penafsiran berlebihan dari hadits dibawah ini,
“Sesungguhnya Yajuj Majuj dari keturunan Adam, dan seandainya mereka diutus kepada manusia niscaya akan merusak kehidupan mereka, dan tidaklah salah seorang dari mereka mati kecuali meninggalkan seribu keturunan dari mereka atau lebih. Sesungguhnya mereka terdiri dari tiga umat: Tawil, Taris, dan Mansak”.
Imam Al-Haitsami rahimahullahu dalam Al-Majma (8/6) mengatakan, “Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Al-Kabir dan Al-Ausath dan rijalnya tsiqat”.
Adapun zaman sekarang, ada orang yang berpendapat bahwa Yajuj Majuj ini adalah hasil rekayasa genetik alien, atau hasil hybrid antara manusia dengan alien. Takwil ini mirip takwil
(Yajuz Majuz termasuk Bani Adam, jadi DNA mereka juga berhubungan dengan Adam bukan dengan selainnya. Rujuki Risalah “Bani Adam dan Penciptaannya”).
sebelumnya, hanya saja ditambah dengan bumbu kekufuran kepada Sang Pencipta. Sedangkan nash-nash shahih menunjukan bahwa mereka adalah manusia biasa keturunan Adam dengan ciri-ciri mirip orang-orang Mongol, Tartar dan sebangsanya.
“Sesungguhnya kalian berkata tidak ada musuh lagi, padahal kalian akan senantiasa memerangi musuh hingga datang Yajuj Majuj; mukanya lebar, matanya sipit, berambut pirang, mereka datang dari setiap arah, wajah-wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit”.
Imam Al-Haitsami rahimahullahu dalam Al-Majma (8/6) mengatakan, “Diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani, dan rijal keduanya rijal shahih”.
Sebagian lagi menyangka bahwa Yajuj Majuj hidup di dimensi lain atau di Planet lain, dan mereka hanya bisa masuk lewat sebuah lubang yang kini ditutup oleh Dzulqarnain sebagaimana dikisahkan (Banyak buku dikarang tentang tokoh yang satu ini, diantaranya apa yang ditulis oleh Muhammad Khair Ramad an Yusuf yang berjudul Dzulqarnain Al-Qa id al -Fatih wal Hakim as-Shalih, cet Darul Qalam Damaskus 1986). dalam Al-Qur an. Lubang itu adalahwarmhole–seperti dalam film stargate- yang pada saatnya akan terbuka yaitu ketika aktivitas matahari melemah. Ini hipotesis yang terlalu jauh, sebab al-Qur an secara tegas menyebutnya sebuah benteng yang menghubungkan dua gunung: “Hingga apabila dia telah ” (Qs. Al-Kahfi 93), sampai diantara assadain assadain ini maknanya dua buah gunung yang berhadapan. Kemudian Allah Ta ala berfirman, ”…hingga apabila potongan besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu…” (Qs. Al-kahfi 96). Dalam sebuah riwayat disebutkan ada seseorang yang berkata kepada Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam, “Aku telah melihat dinding (Yajuj Majuj) bagaikan kain yang bergaris”, beliau berkata, “Engkau telah melihat (dinding Yajuj Majuj)” (Fathul Baari 6/381).
Jika ada yang bertanya, apabila pintu keluar Yajuj Majuj tersebut adalah sebuah benteng seperti benteng-benteng biasa, lalu kenapa kita tidak bias mengetahuinya? Dan kenapa Yajuj Majuj tidak bias melewatinya setelah berlalu ribuan tahun?. Jawaban dari semua itu adalah bahwa hal-hal tersebut adalah barang ghaib, yang sengaja tersembunyi dari pandangan manusia, sebagaimana tersembunyinya banyak hal lain dari manusia. Sebagaimana udara ini, kita menghirup dan merasakannya walaupun kita tidak pernah melihatnya. Manusia harus menghentikan kesombongan karena merasa „berakal dalam memahami banyak hal yang mereka tidak memiliki pengetahuan tentangnya.
Sebagaimana kematian masal dari Bangsa Yajuj Majuj yang dikatakan hadits : “ karena ulat-ulat yang menyerang leher-leher mereka bahwa Yajuj Majuj lebih baik berada di belakang tembok daripada bercampur baur dengan manusia pada umumnya. Sebagaimana manusia lebih baik tidak mengetahui dimana dan bagaimana benteng Yajuj Majuj itu sekarang. Alasannya bisa jadi pengetahuan tentangnya justru akan merusak manusia itu sendiri. Hanya Allah lah yang mengetahui hakikat sebenarnya.
Tinggalah sebuah pertanyaan besar yang belum terjawab, jika memang tidak pernah ada alien dari luar angkasa, dan Yajuj Majuj tidak berperang melawan alien, lalu siapakah pengendara UFO dan mahluk-mahluk yang konon sering dilihat oleh sebagian orang dan mengaku berasal dari angkasa luar itu?. Bukankah tidak mungkin, orang-orang yang banyak jumlahnya itu dan mengaku melihat alien- sepakat untuk berbohong?. (Sejumlah buku dikarang tentang hal ini, misalkan tulisan-tulisan d ari W. Stevens: UFO Contact From Iarga dan UFO Contact From the Pleiadies. UFO Contact Fro m Planet Koldas oleh Karl van. We Met the Space People oleh Helen and Betty Mitchell, The Janos People oleh Frank Johnson, First Contact oleh Billy Meier dan lainnya banyak sekali). Teruslah melanjutkan membaca buku ini, untuk mengetahui jawabannya.
Underworld Bumi Dibawah Bumi
“Seandainya aku ceritakan kepada kalian tafsir ayat ini, niscaya kalian akan kafir” (Riwayat Ibn Jarir (23/469).
Bumi ini bulat, walaupun ada dari orang-orang terdahulu yang mengingkarinya. Allah Subhanahu Wa Ta ala berfirman : "Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya…" (QS. Ar -Ra'd: 3) Ada diantara orang terdahulu yang berdalil dengan ayat ini akan tidak bulatnya bumi, akan tetapi tafsir seperti itu justru menyelisihi ilmu pengetahuan modern dan ijma (kesepakatan) kaum muslimin, sebagaimana dikutip Syaikhul Islam Ibn Taimiyah rahimahullahu : "Ketahuilah sesungguhnya mereka (ahli ilmu) telah sepakat bahwa bumi itu berbentuk bulat" (Majmu al-Fatawa (5/150).
Imam ar-Razi rahimahullahu dalam Tafsir (9/137) menjelas-kan tafsir yang benar tentang ayat Diatas : “Sesungguhnya telah terbukti bahwasannya bumi itu bulat, maka bagaimana mungkin (mereka) keras kepala mengingkarinya?! Jika mereka berdalil dengan ayat diatas “Membentangkan bumi” dengan berkata, “Jika bumi ini bulat maka tidak mungkin dibentangkan”. Kami katakan: “Tidakkah mereka menyadari bahwa bumi itu sebuah bola yang besar …… dan seterusnya“.
Dalam al-Qur an pula disebutkan bahwa semisal langit, bumi ini pun ada tujuh, Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi (Qs. Ath-Thalaaq 12). Ada yang mengatakan maksud ayat ini bahwa ditiap-tiap langit ada buminya masing-masing. Ada yang mengatakan bahwa jarak antara satu bumi dengan bumi yang lain sebagaimana jarak antara satu langit dengan langit yang lain. Dua pendapat diatas tertolak, yang benar itu bumi yang tujuh berada dibawah perut bumi ini, dibawah kita. Al-Qurthubi rahimahullahu dalam Tafsirnya (18/175-176) menyebutkan bahwa menurutnya tentang bumi ini ada dua pendapat yang beredar dikalangan ulama, pendapat pertama, bahwa antara tiap-tiap bumi jaraknya sebagaimana jarak antara langit dengan langit. Ini bagi orang yang menjadikan bumi ini datar. Dan pendapat ini menurut penulis tertolak, sebab telah terbukti bahwa bumi ini bulat menurut ijma, dan dibuktikan juga oleh ilmu pengetahuan modern.
Adapun tentang pendapat yang kedua, Imam Al-Qurthubi berkata, “Pendapat yang kedua, sesungguhnya mereka (para penduduk bumi yang bawah) tidak melihat langit, akan tetapi Allah menciptakan bagi mereka cahaya yang menerangi mereka. Dan pendapat ini dari orang-orang yang menjadikan bumi ini sebagaimana bola”. Menurut ku inilah yang rajih.
Perlu diketahui, bahwa bumi yang tujuh itu tidak seperti dugaan sebagian orang yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah lapisan-lapisan perutbumi yang tidak berpenghuni. Bahkan jumhur (kebanyakan) ulama berpendapat tentang berpenghuninya bumi dibawah kita ini. Ahli Tafsir Irak, Imam Syihabudin Al-Alusi (w. 1270) dalam Tafsirnya (14/338–Darul Kutub Al-Ilmiyah) mengatakan : “Maka berkata jumhur ulama: “… dan ditiap bumi terdapat para penghuninya dari mahluk ciptaan Allah Azza wa Jalla dan tidak diketahui hakikat mereka kecuali Allah Ta ala”.
Imam As-Syaukani dalam Fathul Qadir (5/295) juga mengatakan bahwa berpenghuninya tiap-tiap lapisan bumi itu merupakan pendapat jumhur. Abdullah bin Salam radhiyallahu anhu berkata, “Allah memulai penciptaan bumi dengan menciptakan tujuh lapis bumi dan menentukan isinya didalam hari selasa dan rabu, serta bersemayam dilangit dan menciptakannya dalam dua hari”. Al-Albani rahimahullahu berkata, “Rangkaian sanadnya shahih”. (Muktashor al-„Uluw no. 96).
Walaupun sudah pasti bumi yang tujuh itu berpenghuni, tapi pengetahuan manusia tentang apa yang ada didalam isi bumi dibawah kita ini masih sedikit. Penggalian-penggalian yang dilakukan belum bisa menjawab apa saja yang ada didalamnya, penggalian terdalam tercatat hanya 12 kilometer jaraknya. Ada juga para peneliti barat yang menduga bahwa bumi ini berlubang (hollow earth). Artinya bahwa didalam bumi ini ada kehidupan sebagaimana diatas bumi, bahkan memiliki semacam matahari yang bisa menerangi para penghuninya. Tetapi, ini hanya sebatas teori yang belum bisa dipastikan kebenarannya. (Teori yang paling terkenal adalah Teori yang dikemukakan Edmund Halley (w. 1742 M) seorang ahli astronomi yang dengan tepat menghitung kedatangan komet Halley den gan perhitungan matematis. Dia percaya adanya rongga atau lubang pada cekungan bumi yang berada pada lapisan kedua sejauh 500 kaki dibawah kita dan disana terdapat suatu kehidupan lain. Dan dalam akhir kesimpulannya, Halley menetapkan bahwasanya Bumi terdiri dari 4 lapisan yang saling mendekap satu sama lain. Teori lainnya dikemukakan oleh Leonhard Euler (w. 1783 M) dia mengatakan bahwa di dalam lapisan bumi terdapat suatu lubang tunggal dan di dalamnya terdapat sinar matahari seluas 600 miles = 1554 km, dan disana tersedia panas dan penerangan yang diperuntuk kan bagi kehidupan makhluk di wilayah tersebut. Ada juga Teori John Leslie (w. 1832 M), yang bahkan mengatakan bahwa di dalam lubang tersebut terdapat 2 matahari).
Ibnu Abbas radhiyallahu anhu yang dikenal sebagai penafsir Al-Qur an dan telah didoakan langsung oleh Nabi shallallahu alaihi wasalam untuk kepandaian tafsirnya pernah berkata: “Seandainya aku ceritakan kepada kalian tafsir ayat ini (Qs. Ath-Thalaaq 12), niscaya kalian akan kafir. Dan kekafiran kalian karena kalian akan mendustakan pada tafsir itu”. (Riwayat Ibn Jarir (23/469).
Mungkin disebabkan betapa musykilnya kabar yang hendak disampaikan, dan betapa anehnya kabar itu kalau didengar oleh orang-orang dizamannya.
Dalam satu riwayat, ternyata sang penafsir Al-Qur an ini, akhirnya menceritakan juga tafsir ayat diatas, kata beliau radhiyallahu anhu: “(yaitu) Tujuh bumi, ditiap bumi ada nabi seperti nabi kalian ini, Adam seperti Adam kalian, Nuh seperti Nuh kalian, Ibrahim seperti Ibrahim kalian dan Isa seperti Isa kalian”.
Kabar ini oleh sebagian orang dianggap kabar israiliyat yang munkar. Tetapi, orang sekaliber Al-Allamah Al-Alusi rahimahullahu dalam Kitabnya Ma Dalla „Alaihi Al-Qur an Min Ma Yadhadhu Al-Haiah Al-Jadidah Al-Qawimah Al-Burhan hal. 132 menjelaskan hadits diatas,
“Maksud khabar ini adalah bahwasannya setiap bumi dihuni oleh mahluk yang berasal dari satu keturunan, seperti misalkan dibumi kita ini yang bersumber dari Adam. Lalu disana ada pula pribadi-pribadi yang memiliki keistimewaan dibanding dengan lainnya
sebagaimana kedudukan Nuh, Ibrahim, dan Nabi-Nabi lain ditengah-tengah kita”. Hadits diatas diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (no. 3822 – Dar Kutub Ilmiyah), lalu beliau berkata, “Hadits ini shahih isnad”, dan disetujui Adz-Dzahabi. Al-Ajluni dalam Kasyful Khafa (1/113) no. 316, berkata, “Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Asma wa Shifat dengan sanad yang shahih”.
Hadits diatas sebenarnya lemah, sebab diriwayatkan oleh Syarik yang buruk hapalannya dari Atho yang juga lemah. Tetapi bagi hadits ini terdapat jalan lain secara ringkas : “Di tiap-tiap bumi ada semisal Ibrohim, dan yang semisal apa-apa yang diciptakan di bumi kita ini”. Diriwayatkan oleh Ibn Jarir dalam Tafsir (23/469) dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (no. 3823–Dar Kutub Ilmiyah), keduanya dari jalan Syu bah dari Amru ibn Muroh dari Abi Dhahi dari Ibn Abbas. Al-Hakim berkata, “Hadits ini shahih dengan syarat Syaikhain (Bukhari dan Muslim)”, dan disetujui Adz-Dzahabi. Berkata Ibn Hajar dalam Fathul Baari (9/476), “Isnadnya shahih”.
Kita ambil saja pemahamannya menurut Globalnya , sebagaimana yang telah dikatakan oleh Al-Alusi rahimahullahu yang telah berlalu perkataannya. Terdapat banyak riwayat lain yang menyebutkan nama dan sifat mahluk-mahluk di lapisan bawah bumi ini, akan tetapi sangat jelas kepalsuan kabarnya. Sehingga tidak pantas kalau disajikan disini. Bahkan sebagian orang menduga bahwa apa yang ada didalam perut bumi kita itu justru lebih tua peradabannya dari pada apa yang dipermukaannya. Kalau tidak begitu lantas kenapa Rasulullah shalla llahu „alaihi sallam tiap memasuki suatu desa, beliau mengatakan, “Ya Allah, Rabb tujuh langit dan apa yang dinaunginya, Rabb penguasa tujuh bumi dan apa yang di permukaannya, Rabb yang menguasai setan-setan dan apa yang mereka sesatkan, Rabb yang menguasai angin dan apa yang diterbangkannya. Aku mohon kepada-Mu kebaikan desa ini, kebaikan penduduknya dan apa yang ada di dalamnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan desa ini, kejelekan penduduknya dan apa yang ada di dalamnya”.
Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dalam Amalul Yaum wal Lailah (no. 525), Ibnu Hibban (no. 2377-Mawaarid) dan lainnya. Ibnu Hajar dalam Takhrij Adzkar 5/154 berkata, “Hadits tersebut adalah hasan”. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Ahaadits ash-Shahihah (no. 2759). Tentang hal ini penulis tidak bisa memastikannya.
(Dalam satu riwayat yang shahih disebutkan perihal Sijjin yang letaknya di bumi paling bawah. Disanalah catatan orang- orang kafir ditulis. “Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Tulislah kitabnya di Sijjin dibumi yang paling bawah”. Lihat kisah lengkapnya dalam Ahkam Al-Janaiz karya Syaikh Al-Albani dimana beliau telah menggab ungkan semua riwayat dari Baro bin Azib radhiyallahu an hu dalam semua tambahan lafazhnya).
Kalau ada pertanyaan kepada kita, “Apakah mungkin terjadi hubungan antara manusia dengan penghuni bumi yang enam lapis dibawahnya?”. Jawabannya, kita tidak memiliki pengetahuan tentang hal tersebut. Tidak ada riwayat yang menyebutkannya sepengetahuan penulis.
Dabbah Bumi
Hanya saja telah datang sebuah riwayat yang shahih perihal akan munculnya dabbah (binatang melata) dari dalam perut bumi diakhir zaman nanti. Tidak menjadi sebuah keheranan andai saja Dabbah itu seperti dabbah-dabbah
lainnya yang keluar dari lobang-lobang bumi semisal ular, kadal, dan semacamnya. Yang menjadi sebuah pertanyaan besar, bahwa riwayat-riwayat yang ada ternyata menyebutkan kemampuan dabbah itu berbicara dan melakukan sesuatu di wajah-wajah manusia. Artinya bahwa Allah Ta ala telah menganugerahkan kepada mahluk ini akal dan kemampuan berkomunikasi dengan manusia. Allah Ta ala berfirman, “Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, (radhiallahu anhu Ibnu Mas ud mengatakan) Kami keluarkan sejenis binatang melata (dabbah) dari dalam bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya m anusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (An-Naml: 82). Ayat ini setidaknya menyebutkan dua hal Tentang dabbah, yaitu bahwa ia benar-benar berbicara seperti manusia berbicara, sebagaimana bacaannya Ubay bin Ka ab radhiyallahu anhu. Kemudian Dabbah ini juga memberikan tanda (cap/tato) kepada manusia, yang demikian sesuai dengan bacaannya Ibnu Abbas radhiyallahu anhu. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
“Bahwa maksud Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka”adalah dengan matinya para ulama, hilangnya ilmu, “Makadan terangkatnya al-Qur an. Kemudian beliau berkata : perbanyaklah membaca al-Qur an sebelum diangkatnya”. (Tafsir Qurthubi 13/234).
“Akan keluar Binatang bumi (dabbah), ia akan memberi cap kepada manusia di wajah mereka. Kemudian jumlah mereka (yang diberi cap) meningkat sehingga seseorang membeli onta dia ditanya, „Dari siapa kamu membeli onta itu? Dia menjawab, „Dari salah seorang yang dicap wajahnya… .” (HR. Ahmad,dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah no. 322).
Para ulama berbeda pendapat tentang Dabbah bumi ini. Al-Qurthubi berpendapat bahwa binatang itu adalah unta Nabi Shalih (13/235), sedangkan Al- Baidhawi mengatakan bahwa ia adalah al-Jassasah, binatang yang bersama Dajjal di Pulau (4/121). Ada juga yang berpendapat bahwa itu adalah seekor ular yang bersembunyi didinding Ka bah, ular ini pernah disambar Elang tatkala Orang Quraisy hendak membangun Ka bah (lihat Asy-Syaukani 4/151).
Ada juga yang berpendapat bahwa Dabbah bumi ini adalah manusia yang berbicara dan mendebat ahli bid ah. Namun ini pendapat yang lemah, diluar kebiasaan Bangsa Arab dan ahli bahasa dalam menyebut alim ulama dengan dabbah . Bahkan ini keluar dari sikap menghormati mereka. (lihat Al- Qurthubi 13/236-237). Ada juga yang berpendapat bahwa binatang disini adalah nama jenis untuk semua binatang, sebagaimana diungkapkan Al-Barjanji dalam Al-Isya ah (hal. 177). Dan mungkin juga ada pendapat-pendapat lainnya yang penulis tidak mengetahuinya. Penulis pun tidak bisa memastikan kalau Dabbah bumi ini adalah penghuni bumi dibawah kita, walaupun telah datang sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa dabbah ini akan keluar dari bawah bumi, tepatnya dari mesjid yang paling besar. Tatkala manusia sedang duduk-duduk tiba-tiba bumi bergetar dan terbelah, dan muncullah dabbah (Majma az- Zawaid 8/7-8). Al-Haitsami berkata bahwa perawinya tsiqah (dapat dipercaya), wallahu alam.
Review :
1. Arguntentasi penulis yang paling diutamakan adalah : Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (Qs. An-Nahl 8)
2. Terdapatnya Hadist-hadits yang tidak shahih, bahkan penulis sendiri meragukannya dalam Ar-Ruuhaaniyyuun dan diulang-ulang penulisan-nya. Dan analisis hadits sama hasilnya tidak termasuk kelompok hadits shahih.
3. Penulis mengetengahkan versi Dabbah yang dihubungkan dengan alien, padahal penulis sendiri ragu.
4. Penulis tidak mengambarkan cerita-cerita UFO awal diketemukan sewaktu Columbus berlayar dan menemukan benua amerika, dan setelah itu beberapa peristiwa terjadi di kawasan segitiga bermuda tersebut. Penulis lupa bawa Jin diberi akal dan kemampuan lebih daripada manusia. Nabi Sulaiman a.s pernah dibantu jin untuk membuat istana ratu bilqis yang tidak bisa dibuat oleh bangsa manusia. Kenyataan bahwa Jin / Iblis bisa membuat sesuatu yang nampak dan real dan lebih hebat dari bangsa manusia.
5. Penulis tidak mengkaitkan dengan al-Jassasah dimana Dajjal telah lama hidup lama sampai akhir zaman. Banyak yang ulama yang mengatakan bahwa dajjal ada di kawasan segitiga bermuda. Dimana Dajjal diberikan umur yang yang panjang. Oleh karena Dajjal telah bersekutu dengan Syaitan maka termasuk manusia yang ditangguhkan oleh Allah S.W.T hingga. Akhir Zaman, kebanyakan orang menyangka dajjal itu lahir menjelang akhir zaman. Padahal itu pendapat yang salah lihat Hadits al Jassasah tentang akhir zaman. dajjal-dajjal yang muncul di zaman nabi hingga sekarang itu hanyalah sistem dajjal dari dajjal yang telah ada dari ribuan tahun tahun yang lalu. Lihat kisah Samiri. Dan alien atau UFO itu kebanyakan penampakan awal di segitiga Bermuda tersebut silahkan Googling di search engine...sejarah awal penampakan UFO. Jangan hubungkan dengan mahluk angkasa aneh eh luar negeri.
Tidak ada komentar
Posting Komentar