New York - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon menyatakan keprihatinannya terhadap pembatasan akses ke situs-situs suci di Yarussalem timur. Termasuk Masjid Al Aqsa.
Wakil juru bicara PBB Eduardo del Buey menjelaskan, Ban melakukan pembicaraan dengan Presiden Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmud Abbas. Upaya ini untuk melancarkan kembali proses perdamaian yang mengalami jalan buntu.
Ban melancarkan tekanan terhadap Netanyahu setelah beberapa hari terjadi masalah di Yerusalem Timur. Pihak kepolisian pada Kamis (16/5) menutup titik rawan kompleks masjid Al-Aqsa bagi para pengunjung non-Muslim.
Mereka menyebut penutupan ini sebagai upaya untuk mengakhiri kekacauan baru-baru ini di Palestina. Pada Rabu (15/5), polisi melemparkan granat dan menembakkan meriam air ke arah para warga Palestina yang melemparkan batu-batu saat melakukan unjuk rasa terkait peringatan terbentuknya Israel tahun 1948.
"Menyangkut ketegangan baru-baru ini di Yerusalem Timur, dan terutama soal pembatasan akses terhadap situs-situs suci Islam dan Kristen, sekretaris jenderal (PBB, red) menyampaikan keprihatinannya kepada pihak berwenang Israel," kata del Buey.
Ban mendesak Israel untuk mematuhi kewajiban-kewajiban yang dimilikinya di bawah hukum kemanusiaan internasional.
"Sekretaris jenderal menekankan kepada kedua pemimpin tentang pentingnya menghormati kebebasan beragama bagi semua, dan bahwa para penganut semua keyakinan harus mendapatkan akses ke situs-situs suci mereka," katanya.
Ban pun menganjurkan Netanyahu dan Abbas untuk memulai kembali perundingan langsung yang membeku sejak September 2010.
Wakil juru bicara PBB Eduardo del Buey menjelaskan, Ban melakukan pembicaraan dengan Presiden Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmud Abbas. Upaya ini untuk melancarkan kembali proses perdamaian yang mengalami jalan buntu.
Ban melancarkan tekanan terhadap Netanyahu setelah beberapa hari terjadi masalah di Yerusalem Timur. Pihak kepolisian pada Kamis (16/5) menutup titik rawan kompleks masjid Al-Aqsa bagi para pengunjung non-Muslim.
Mereka menyebut penutupan ini sebagai upaya untuk mengakhiri kekacauan baru-baru ini di Palestina. Pada Rabu (15/5), polisi melemparkan granat dan menembakkan meriam air ke arah para warga Palestina yang melemparkan batu-batu saat melakukan unjuk rasa terkait peringatan terbentuknya Israel tahun 1948.
"Menyangkut ketegangan baru-baru ini di Yerusalem Timur, dan terutama soal pembatasan akses terhadap situs-situs suci Islam dan Kristen, sekretaris jenderal (PBB, red) menyampaikan keprihatinannya kepada pihak berwenang Israel," kata del Buey.
Ban mendesak Israel untuk mematuhi kewajiban-kewajiban yang dimilikinya di bawah hukum kemanusiaan internasional.
"Sekretaris jenderal menekankan kepada kedua pemimpin tentang pentingnya menghormati kebebasan beragama bagi semua, dan bahwa para penganut semua keyakinan harus mendapatkan akses ke situs-situs suci mereka," katanya.
Ban pun menganjurkan Netanyahu dan Abbas untuk memulai kembali perundingan langsung yang membeku sejak September 2010.
Tidak ada komentar
Posting Komentar