Perbuatan Syirik-kah Ruwatan Itu?

Pengertian ruwatan dalam bahasa Jawa Kuno, ruwat berarti lebur (melebur) atau membuang. Ruwatan adalah salah satu cara untuk melepaskan diri dari dominasi energi negatif yang dalam bahasa Jawa Kuno disebut Sengkala atau Sukerta. Orang yang diruwat adalah orang yang ingin mengikis energi negatif (kesialan) berupa sengkala atau sukerta yang melekat pada dirinya, atau suka dianggap sebagai efek dari dosa dan kesalahan.
Paranormal Bambang Yuwono menjelaskan apabila seseorang mengidap sengkala atau sukerta akibat murka Dewa Batharakala terhadap dirinya, maka tanda-tanda yang langsung dirasakan oleh orang yang bersangkutan adalah sulit mendapat rejeki, kerja selalu salah, berdagang rugi, jodoh sulit, rumah tangga ricuh, sakit-sakitan dan sebagainya.
Dikatakan oleh paranormal yang biasa meruwat bahwa secara supranatural orang tersebut memiliki aura yang redup dan tidak stabil, oleh sebab itu tahap awal orang tersebut (karuwat) perlu diselaraskan auranya, oleh orang yang memiliki aura lebih kuat dan mampu menyalurkan tenaga inti dalam dirinya (pengruwat) untuk membangkitkan potensi diri dari sang karuwat.
Selanjutnya sang karuwat perlu mendapat nasehat (sugesti) dari pengruwat tentang cara memperbaiki diri dalam kehidupan yang berupa perilaku, tutur sapa, moral etika, agar dapat menjaga diri atau membendung datangnya sengkala dan sukerta. Sedangkan jenis-jenis dari ruwatan itu sendiri antara lain:
1. Ruwatan Sukerta

2. Ruwatan Sengkala

3. Ruwatan Lembaga
Adalah pengruwatan untuk kesuksesan suatu lembaga atau organisasi usaha, maupun ruwatan untuk Negara.
Ada yang melakukan ruwatan agar seseorang terhindar dari kutukan Dewa Batharakala tuhannya agama Hindu yang mempunyai sifat jahat. Jelas ini termasuk perbuatan yang sama sekali tidak di anjurkan dalam Islam kepada Allah Swt, sebab tidak ada ilah yang berkuasa melainkan Allah. Karena Allah telah berfirman : “Sekiranya ada langit dan bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al-Anbiyaa [21]: 22)
Mempercayai adanya kesialan akibat pertanda pada tubuh, tanggal lahir, urutan kelahiran, tanda-tanda alam dan semacamnya berarti melakukan tathayyur dan ini merupakan bentuk kesesatan.
Dari Imran bin Hushain ra, ia berkata : “Rasulullah Saw bersabda: ‘Bukan termasuk golonan kami meminta tathayyur (menentukan nasib sial berdasarkan tanda-tanda benda, burung dan lain-lain), yang meramal atau yang meminta diramalkan, yang menyihir atau yang meminta disihirkan dan barangsiapa mendatangi peramal dan membenarkan apa yang ia katakana, maka sesungguhnya ia telah kafir terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Saw,” (HR. Al-Bazzaar dengan sanad yang bagus).
Ada yang melakukan ruwatan agar seseorang terhindar dari kutukan Dewa Batharakala tuhannya agama Hindu yang mempunyai sifat jahat. Jelas ini termasuk perbuatan yang sama sekali tidak di anjurkan dalam Islam kepada Allah Swt, sebab tidak ada ilah yang berkuasa melainkan Allah. Karena Allah telah berfirman : “Sekiranya ada langit dan bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al-Anbiyaa [21]: 22)
Mempercayai adanya kesialan akibat pertanda pada tubuh, tanggal lahir, urutan kelahiran, tanda-tanda alam dan semacamnya berarti melakukan tathayyur dan ini merupakan bentuk kesesatan.
Dari Imran bin Hushain ra, ia berkata : “Rasulullah Saw bersabda: ‘Bukan termasuk golonan kami meminta tathayyur (menentukan nasib sial berdasarkan tanda-tanda benda, burung dan lain-lain), yang meramal atau yang meminta diramalkan, yang menyihir atau yang meminta disihirkan dan barangsiapa mendatangi peramal dan membenarkan apa yang ia katakana, maka sesungguhnya ia telah kafir terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Saw,” (HR. Al-Bazzaar dengan sanad yang bagus).
Post a Comment