Perjanjian Tabut (The Ark of Covenant) dianggap oleh beberapa pihak
sebagai misteri terbesar daripada semua harta yang tersembunyi. Sehingga
saat ini, benda bersejarah sekaligus benda misteri ini tetap menjadi
perhatian setiap ahli arkeologi moden. Perjanjian Tabut berisi 10
perintah yang ditulis di atas lempengan batu oleh Tuhan kepada Musa di
Gunung Sinai.
10 Perintah Allah merupakan dasar perjanjian Allah dengan anak-anak bani
Israel, yang terukir pada dua loh batu yang mengandung titah Tuhan bagi
bani Israel. Menurut catatan Ibrani, Tabut sendiri adalah sebuah peti
yang dibuat oleh tukang dari Bezalel. Bentuknya diperbuat daripada kayu
akasia dan dilapisi oleh emas. Memiliki panjang 1.5 meter, lebar 0.7
meter dan tinggi juga 0.7 meter.
Bangsa Israel menurut kisah mereka selalu membawa Tabut sepanjang mereka mengembara di padang pasir. Tabut ini mereka yakini memiliki kekuatan misteri terhadap musuh-musuh Israel. Menurut Alkitab, tembok-tembok Yerikho dikatakan runtuh ketika orang-orang Yahudi berjalan berkeliling dengan lembaran yang ada dalam Perjanjian Tabut.
Setelah Kuil Pertama dibangun, Raja Salomon menempatkan Perjanjian Tabut di Bait Allah. Perjanjian Tabut itu disimpan di ruang khusus dalam Bait Suci yang disebut Kodesh Kodashim.
Tiada seorang pun diizinkan memasukinya kecuali Imam-imam tinggi Yahudi. Mereka pula hanya dibenarkan masuk sekali dalam setahun iaitu ketika perayaan Yom Kippur, hari yang dianggap paling suci dalam agama Yahudi. Perayaan ini jatuh pada tanggal 10 Tisyri dalam kalendar Yahudi.
Bangsa Israel menurut kisah mereka selalu membawa Tabut sepanjang mereka mengembara di padang pasir. Tabut ini mereka yakini memiliki kekuatan misteri terhadap musuh-musuh Israel. Menurut Alkitab, tembok-tembok Yerikho dikatakan runtuh ketika orang-orang Yahudi berjalan berkeliling dengan lembaran yang ada dalam Perjanjian Tabut.
Setelah Kuil Pertama dibangun, Raja Salomon menempatkan Perjanjian Tabut di Bait Allah. Perjanjian Tabut itu disimpan di ruang khusus dalam Bait Suci yang disebut Kodesh Kodashim.
Tiada seorang pun diizinkan memasukinya kecuali Imam-imam tinggi Yahudi. Mereka pula hanya dibenarkan masuk sekali dalam setahun iaitu ketika perayaan Yom Kippur, hari yang dianggap paling suci dalam agama Yahudi. Perayaan ini jatuh pada tanggal 10 Tisyri dalam kalendar Yahudi.
Namun dalam catatan sejarah, tahun 586 SM Kerajaan Yehuda diserbu oleh
Kekaisaran Babilon dibawah Nebukadnezard, dan kuil itu dihancurkan
termasuk di dalamnya Perjanjian Tabut.
Beribu tahun selepas pasca kejadian itu, Zionis Israel pun berusaha keras untuk mencari Perjanjian Tabut yang hilang. Kononnya menurut mereka, Tabut tersebut dipercayai memiliki kekuatan ghaib yang akan memberikan sentuhan sihir yang luar biasa kepada siapa pun yang menguasainya.
Mereka juga digerakkan oleh faktor teologi dimana mereka meyakini bahawa Tabut adalah Mukjizat yang diberikan Tuhan kepada bangsa Yahudi. Sedangkan menurut Kitab Injil, Tabut merupakan sumber kekuatan tuhan yang bersemayam di dalamnya.
Namun sebagai umat Islam tentunya kita memiliki rujukan sendiri dalam menjelaskan Tabut. Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, sudah seharusnya kita berlepas diri dari anggapan bahawa Tabut memiliki kekuatan mistik bagi orang yang menemuinya, kerana segala kekuatan itu hanyalah milik Allah.
Dalam Al Qur’an, penjelasan mengenai Tabut terangkum dalam surah Al Baqarah ayat 248; “Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.” (QS. Al Baqarah : 248)
Kisah Al Baqarah ayat 248 hanyalah sebuah epik dari rangkaian cerita perperangan Bani Israel. Kisah ini bercerita tentang pasukan Thalut yang melawan Jalut dimana pada akhirnya Daud memenangi pertempuran melawan Jalut.
Menurut Ath-Thabari makna dari bunyi ayat “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja, ialah kembalinya tabut kepadamu” adalah tanda-tanda Thalut akan menjadi raja.
Sesungguhnya Allah telah mengutus seorang raja kepada kalian walaupun bukan dari keturunan raja—adalah “dikembalikannya tabut yang didalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu.”
Ia adalah tabut yang selalu dibawa oleh Bani Israil ketika bertemu dengan musuh. Bergerak bersamanya sehingga musuh tidak mampu menghadapi mereka dan tidak mampu mengalahkan mereka.
Namun kemudian, mereka mengabaikan perintah Allah SWT, banyak berselisih dengan para nabi mereka, sehingga Allah swt melepaskan tabut itu dari tangan mereka kemudian dikembalikan lagi dan dirampas lagi pada waktu yang lain dan tidak dikembalikan lagi bahkan tidak akan sekali-kali dikembalikan kepada mereka selama-lamanya.
Beribu tahun selepas pasca kejadian itu, Zionis Israel pun berusaha keras untuk mencari Perjanjian Tabut yang hilang. Kononnya menurut mereka, Tabut tersebut dipercayai memiliki kekuatan ghaib yang akan memberikan sentuhan sihir yang luar biasa kepada siapa pun yang menguasainya.
Mereka juga digerakkan oleh faktor teologi dimana mereka meyakini bahawa Tabut adalah Mukjizat yang diberikan Tuhan kepada bangsa Yahudi. Sedangkan menurut Kitab Injil, Tabut merupakan sumber kekuatan tuhan yang bersemayam di dalamnya.
Namun sebagai umat Islam tentunya kita memiliki rujukan sendiri dalam menjelaskan Tabut. Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, sudah seharusnya kita berlepas diri dari anggapan bahawa Tabut memiliki kekuatan mistik bagi orang yang menemuinya, kerana segala kekuatan itu hanyalah milik Allah.
Dalam Al Qur’an, penjelasan mengenai Tabut terangkum dalam surah Al Baqarah ayat 248; “Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.” (QS. Al Baqarah : 248)
Kisah Al Baqarah ayat 248 hanyalah sebuah epik dari rangkaian cerita perperangan Bani Israel. Kisah ini bercerita tentang pasukan Thalut yang melawan Jalut dimana pada akhirnya Daud memenangi pertempuran melawan Jalut.
Menurut Ath-Thabari makna dari bunyi ayat “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja, ialah kembalinya tabut kepadamu” adalah tanda-tanda Thalut akan menjadi raja.
Sesungguhnya Allah telah mengutus seorang raja kepada kalian walaupun bukan dari keturunan raja—adalah “dikembalikannya tabut yang didalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu.”
Ia adalah tabut yang selalu dibawa oleh Bani Israil ketika bertemu dengan musuh. Bergerak bersamanya sehingga musuh tidak mampu menghadapi mereka dan tidak mampu mengalahkan mereka.
Namun kemudian, mereka mengabaikan perintah Allah SWT, banyak berselisih dengan para nabi mereka, sehingga Allah swt melepaskan tabut itu dari tangan mereka kemudian dikembalikan lagi dan dirampas lagi pada waktu yang lain dan tidak dikembalikan lagi bahkan tidak akan sekali-kali dikembalikan kepada mereka selama-lamanya.
Namun dalam versi lain, Tabut sendiri dikatakan sudah dihancurkan oleh
Nabi Musa a.s sewaktu ia turun dari gunung Sinai untuk menerima 10
perintah Tuhan bersama dengan Loh Batu. Kaum Bani Israel yang pada
mulanya berjanji untuk beribadah kepada Allah kembali kufur dengan
menyembah patung sapi emas ketika ditinggalkan oleh Nabi Musa a.s ke
Gunung Sinai.
Kekesalan Nabi Musa a.s membuatkannya membanting dan menghancurkan Tabut bersama dengan Loh Batu.
Tetapi ia masih menjadi perdebatan, ada yang mengatakan Nabi Musa a.s hanya menghancurkan Loh Batu yang berisi 10 perintah Tuhan tidak beserta dengan Tabut.
Tetapi yang jelas kisah ini terakam dengan baik di dalam Al Qur’an, sebagai pelajaran bagi kita semua.
“Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahan) sepeninggalannya dan kamu adalah orang-orang yang zalim. Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur. Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk.” (Al Baqarah: ayat 51-53)
Kekesalan Nabi Musa a.s membuatkannya membanting dan menghancurkan Tabut bersama dengan Loh Batu.
Tetapi ia masih menjadi perdebatan, ada yang mengatakan Nabi Musa a.s hanya menghancurkan Loh Batu yang berisi 10 perintah Tuhan tidak beserta dengan Tabut.
Tetapi yang jelas kisah ini terakam dengan baik di dalam Al Qur’an, sebagai pelajaran bagi kita semua.
“Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahan) sepeninggalannya dan kamu adalah orang-orang yang zalim. Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur. Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk.” (Al Baqarah: ayat 51-53)
Haikal Sulaiman (Solomon Temple)
Syahdan, Pada abad 17 SM orang-orang Bani Israel ditimpa kelaparan dan kekeringan sehingga mereka bersama dengan Ya’qub berhijrah dari Palestin ke Mesir menemui Yusuf a.s yang ketika itu menjadi menteri ketika pemerintahan Fir’aun.
Pada abad 14-13 SM, Allah SWT mengutus Musa a.s kepada mereka dan hanya sedikit dari mereka yang tidak mengimaninya dan di sinilah bermulanya, yang mana mereka melakukan penentangan terhadap Fir’aun dan kaumnya.
Penentangan itu mejadikan orang-orang Bani Israel keluar dari Mesir. sebagaimana firman Allah swt :
“Dan (Ingatlah) ketika kami selamatkan kamu (Bani Israil) dari (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu seksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cubaan-cubaan yang besar dari Tuhanmu. Dan (ingatlah), ketika kami belah laut untukmu, lalu kami selamatkan kamu dan kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.” (QS. Al Baqarah : 49-50)
Hijrah tersebut terjadi pada abad 1280 SM pada masa pemerintahan Ramses II. Setelah itu mereka (orang-orang Yahudi) berada dibawah pimpinan Yusa’ yang menggantikan Musa a.s dan menetap di Kan’an (Palestin).
Daud a.s berjaya mendirikan pemerintahannya di Jurusalem pada tahun 990 SM dan disinilah Daud a.s mendapat perintah untuk membangunkan Baitul Maqdis akan tetapi disebabkan kesibukannya berperang maka itu semua tidak sempat dilakukannya.
Sehinggalah Allah SWT mewahyukan kepadanya agar memerintahkan anaknya yang bernama Sulaiman a.s untuk membangunkan Baitul Maqdis dan ditengah pembangunannya itu beliau membangunkan Haikal sebagai tempat ibadah lengkap dengan altar penyembelihan korbannya.
Setelah Sulaiman a.s wafat pada tahun 922 SM, pemerintahan Daud a.s berpecah menjadi dua: Kerajaan Isarel di sebelah utara dan kerajaan Yahudza di sebelah selatan.
Diantara keduanya sering terlibat dalam peperangan panjang sehinggalah mereka dihancurkan oleh Bukhtanshar Raja Babilon pada tahun 587 SM. Ketika serangan ini dilakukan, maka terjadilah penghancuran terhadap Jurusalem termasuk Haikal Sulaiman.
Mereka berjaya menawan dan membawa ramai orang-orang Yahudi ke Babilon dan menetap di sana selama 50 tahun yang dikenali dalam sejarah Yahudi dengan Para Tawanan Orang-orang Babilon.
Ketika Babilon berjaya ditakluki oleh Kirusy Raja Parsi pada tahun 538 SM maka para tawanan tersebut dibebaskan dan dikembalikan ke Palestin akan tetapi mereka tidak memiliki negara namun tetap berada dibawah kekuasaan Parsi.
Didalam Majallah at Tarikh al Arabi disebutkan bahawa setelah orang-orang Bani Israel dipulangkan kembali ke kampung halamannya di Palestin maka mereka membangun kembali tempat ibadah mereka yang telah dihancurkan oleh Bukhtanshar.
Syahdan, Pada abad 17 SM orang-orang Bani Israel ditimpa kelaparan dan kekeringan sehingga mereka bersama dengan Ya’qub berhijrah dari Palestin ke Mesir menemui Yusuf a.s yang ketika itu menjadi menteri ketika pemerintahan Fir’aun.
Pada abad 14-13 SM, Allah SWT mengutus Musa a.s kepada mereka dan hanya sedikit dari mereka yang tidak mengimaninya dan di sinilah bermulanya, yang mana mereka melakukan penentangan terhadap Fir’aun dan kaumnya.
Penentangan itu mejadikan orang-orang Bani Israel keluar dari Mesir. sebagaimana firman Allah swt :
“Dan (Ingatlah) ketika kami selamatkan kamu (Bani Israil) dari (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu seksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cubaan-cubaan yang besar dari Tuhanmu. Dan (ingatlah), ketika kami belah laut untukmu, lalu kami selamatkan kamu dan kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.” (QS. Al Baqarah : 49-50)
Hijrah tersebut terjadi pada abad 1280 SM pada masa pemerintahan Ramses II. Setelah itu mereka (orang-orang Yahudi) berada dibawah pimpinan Yusa’ yang menggantikan Musa a.s dan menetap di Kan’an (Palestin).
Daud a.s berjaya mendirikan pemerintahannya di Jurusalem pada tahun 990 SM dan disinilah Daud a.s mendapat perintah untuk membangunkan Baitul Maqdis akan tetapi disebabkan kesibukannya berperang maka itu semua tidak sempat dilakukannya.
Sehinggalah Allah SWT mewahyukan kepadanya agar memerintahkan anaknya yang bernama Sulaiman a.s untuk membangunkan Baitul Maqdis dan ditengah pembangunannya itu beliau membangunkan Haikal sebagai tempat ibadah lengkap dengan altar penyembelihan korbannya.
Setelah Sulaiman a.s wafat pada tahun 922 SM, pemerintahan Daud a.s berpecah menjadi dua: Kerajaan Isarel di sebelah utara dan kerajaan Yahudza di sebelah selatan.
Diantara keduanya sering terlibat dalam peperangan panjang sehinggalah mereka dihancurkan oleh Bukhtanshar Raja Babilon pada tahun 587 SM. Ketika serangan ini dilakukan, maka terjadilah penghancuran terhadap Jurusalem termasuk Haikal Sulaiman.
Mereka berjaya menawan dan membawa ramai orang-orang Yahudi ke Babilon dan menetap di sana selama 50 tahun yang dikenali dalam sejarah Yahudi dengan Para Tawanan Orang-orang Babilon.
Ketika Babilon berjaya ditakluki oleh Kirusy Raja Parsi pada tahun 538 SM maka para tawanan tersebut dibebaskan dan dikembalikan ke Palestin akan tetapi mereka tidak memiliki negara namun tetap berada dibawah kekuasaan Parsi.
Didalam Majallah at Tarikh al Arabi disebutkan bahawa setelah orang-orang Bani Israel dipulangkan kembali ke kampung halamannya di Palestin maka mereka membangun kembali tempat ibadah mereka yang telah dihancurkan oleh Bukhtanshar.
Ketika kegemilangan Parsi semakin muram maka kekuasaan mereka pun jatuh
ketangan Alexander Al Maqduni sehingga orang-orang Yahudi menunjukkan
kesetiaan, kepatuhan dan sambutan mereka kepada Alexander al Maqduni
tatkala menguasai Jurusalem pada tahun 332 SM. Dan sejak itu mereka
berada dibawah kekuasaan Yunani.
Setelah Alexander al Maqduni wafat maka kekuasaannya terpecah diantara mereka. Mesir berada di tangan Ptolomeus sedangkan negara-negara utara diserahkan ke tangan Selecus. Namun pada tahun 199 SM terjadi peperangan antara Ptolomeus dan Selecus yang kemudian dimenangi Ptolomeus.
Pada tahun 198 SM Jurusalem jatuh ketangan Raja Syria yang bernama Antiochus dan sejak saat itu terjadi pelbagai fitnah, pemberontakan dan peperangan berdarah di Jurusalem hingga semasa kedatangan pemimpin Rom yang bernama Pompy pada tahun 63 SM yang kemudian berjaya menguasai Jurusalem.
Sejak saat itu Jurusalem berada ditangan kekuasaan orang-orang Rom dan menjadikannya sebagai Negara Rom. Pada saat inilah Isa bin Maryam dilahirkan di kota Betlehem di akhir pemerintahan Herodes pada tahun 37-40 M.
Dan sejak saat itu Jurusalem menjadi tempat yang memberikan khabar gembira tentang dakwah tauhid dan menjadi kota suci bagi orang-orang Nasrani.
Ketika orang-orang Yahudi melakukan penentangan dan pemberontakan terhadap pemerintahan Rom di Yerusalem maka Penguasa Rom, Fasbasyan mengutus anaknya yang bernama Titus untuk menghentikan pemberontakan tersebut.
Titus menyerang Jurusalem pada tahun 70 M dan berjaya membunuh ramai orang-orang Yahudi sehingga menjadikan Jurusalem sebuah kota yang hancur lebur dan porak poranda untuk waktu yang sangat panjang, malah tidak dihuni kecuali oleh para penjaga tentera Rom.
Kemudian, orang-orang Yahudi mengadakan pemberontakan kali kedua di Yerusalem antara tahun 132 M dan 135 M yang dikenal sebagai “Pemberontakan Barkukhi”, akan tetapi kerajaan Rom berjaya memadamkan pemberontakan tersebut dan menghapuskan kewujudan Jurusalem dan membangunkan diatasnya sebuah kota baru yang dinamakan Aeilia Capitolina. Malah, mereka tidak mengizinkan orang-orang Yahudi untuk memijakkan kaki mereka di kota Aeilia sejak tahun 135 M.
Ketika kerajaan Rom berpecah menjadi dua dan Palestin termasuk di dalam kekuasaan Rom Timur (Bizantyum), maka Aeilia berada dibawah kekuasaan Bizantyum dari 4 M hingga tahun 614 M tatkala dikuasai oleh Sasani (Kisra Eberwiz) hingga kembali dikuasai oleh Penguasa Bizantyum yang bernama Heraklius tahun 627 M.
Kekuasaan Heraklius tidak berlangsung lama apabila kaum muslimin berjaya membebaskan kota Aeilia pada tahun 15 H / 636 M pada zaman Umar bin Khattab dan sejak itulah kaum muslimin membenarkan orang-orang Yahudi untuk kembali ke al Quds. (Majallah at Tarikh al Arabi juz I hal 5114 – 5126)
Dari penjelasan diatas membuktikan bahawa Haikal tersebut didirikan pada masa Sulaiman a.s. Dan setelah sempurna pembangunan Haikal tersebut oleh Sulaiman a.s, ia mengalami kehancuran sebanyak tiga kali iaitu ketika serangan tentera Bukhtanshar, Raja Babilon pada tahun 587 SM kemudian berjaya dibangunkan semula oleh orang-orang Yahudi setelah mereka dibebaskan oleh Kirusy Raja Parsi.
Haikal kembali dihancurkan untuk kali kedua oleh Antiochus, Raja Syria tatkala berusaha memadamkan fitnah yang dilakukan orang-orang Yahudi pada tahun 198 SM. Lalu kembali dibangunkan untuk kali ketiga oleh Herodeus pada tahun 40 M.
Haikal dihancurkan sekali lagi oleh Titus, pemimpin Rom apabila menyerang Jurusalem dan menjadikan kota itu hancur lebur malah tidak didiami kecuali oleh para penjaga tentera-tentera Rom.
Adapun tentang letaknya Haikal itu sendiri, tidak terdapat dalil yang menunjukkan tempat didirikan bangunan itu.
Beberapa sumber menyebutkan bahawa bangunan itu terletak diluar perkarangan Masjidil Aqsa sementara yang lain menyebutkan bahawa tempatnya adalah dibawa Kubah Kuning.
Sementara itu, orang-orang Yahudi dan Nasrani yakin bahawa tempat Haikal Sulaiman berada di Puncak al Haikal atau al Haram asy Syarif atau berada di bawah Baitul Maqdis.
Sebab itulah orang-orang Yahudi sejak beberapa tahun terakhir ini berusaha merobohkan Masjidil Aqsa untuk mencari Haikal Sulaiman dibawahnya. (ar.wikipedia.org)
Akan tetapi itu semua hanyalah rekaan yang dicari-cari oleh orang-oang Yahudi semata-mata untuk menghancurkan al-Quds dengan mengatakan bahawa mereka akan mengembalikan Haikal Sulaiman kepangkuan mereka.
Setelah Alexander al Maqduni wafat maka kekuasaannya terpecah diantara mereka. Mesir berada di tangan Ptolomeus sedangkan negara-negara utara diserahkan ke tangan Selecus. Namun pada tahun 199 SM terjadi peperangan antara Ptolomeus dan Selecus yang kemudian dimenangi Ptolomeus.
Pada tahun 198 SM Jurusalem jatuh ketangan Raja Syria yang bernama Antiochus dan sejak saat itu terjadi pelbagai fitnah, pemberontakan dan peperangan berdarah di Jurusalem hingga semasa kedatangan pemimpin Rom yang bernama Pompy pada tahun 63 SM yang kemudian berjaya menguasai Jurusalem.
Sejak saat itu Jurusalem berada ditangan kekuasaan orang-orang Rom dan menjadikannya sebagai Negara Rom. Pada saat inilah Isa bin Maryam dilahirkan di kota Betlehem di akhir pemerintahan Herodes pada tahun 37-40 M.
Dan sejak saat itu Jurusalem menjadi tempat yang memberikan khabar gembira tentang dakwah tauhid dan menjadi kota suci bagi orang-orang Nasrani.
Ketika orang-orang Yahudi melakukan penentangan dan pemberontakan terhadap pemerintahan Rom di Yerusalem maka Penguasa Rom, Fasbasyan mengutus anaknya yang bernama Titus untuk menghentikan pemberontakan tersebut.
Titus menyerang Jurusalem pada tahun 70 M dan berjaya membunuh ramai orang-orang Yahudi sehingga menjadikan Jurusalem sebuah kota yang hancur lebur dan porak poranda untuk waktu yang sangat panjang, malah tidak dihuni kecuali oleh para penjaga tentera Rom.
Kemudian, orang-orang Yahudi mengadakan pemberontakan kali kedua di Yerusalem antara tahun 132 M dan 135 M yang dikenal sebagai “Pemberontakan Barkukhi”, akan tetapi kerajaan Rom berjaya memadamkan pemberontakan tersebut dan menghapuskan kewujudan Jurusalem dan membangunkan diatasnya sebuah kota baru yang dinamakan Aeilia Capitolina. Malah, mereka tidak mengizinkan orang-orang Yahudi untuk memijakkan kaki mereka di kota Aeilia sejak tahun 135 M.
Ketika kerajaan Rom berpecah menjadi dua dan Palestin termasuk di dalam kekuasaan Rom Timur (Bizantyum), maka Aeilia berada dibawah kekuasaan Bizantyum dari 4 M hingga tahun 614 M tatkala dikuasai oleh Sasani (Kisra Eberwiz) hingga kembali dikuasai oleh Penguasa Bizantyum yang bernama Heraklius tahun 627 M.
Kekuasaan Heraklius tidak berlangsung lama apabila kaum muslimin berjaya membebaskan kota Aeilia pada tahun 15 H / 636 M pada zaman Umar bin Khattab dan sejak itulah kaum muslimin membenarkan orang-orang Yahudi untuk kembali ke al Quds. (Majallah at Tarikh al Arabi juz I hal 5114 – 5126)
Dari penjelasan diatas membuktikan bahawa Haikal tersebut didirikan pada masa Sulaiman a.s. Dan setelah sempurna pembangunan Haikal tersebut oleh Sulaiman a.s, ia mengalami kehancuran sebanyak tiga kali iaitu ketika serangan tentera Bukhtanshar, Raja Babilon pada tahun 587 SM kemudian berjaya dibangunkan semula oleh orang-orang Yahudi setelah mereka dibebaskan oleh Kirusy Raja Parsi.
Haikal kembali dihancurkan untuk kali kedua oleh Antiochus, Raja Syria tatkala berusaha memadamkan fitnah yang dilakukan orang-orang Yahudi pada tahun 198 SM. Lalu kembali dibangunkan untuk kali ketiga oleh Herodeus pada tahun 40 M.
Haikal dihancurkan sekali lagi oleh Titus, pemimpin Rom apabila menyerang Jurusalem dan menjadikan kota itu hancur lebur malah tidak didiami kecuali oleh para penjaga tentera-tentera Rom.
Adapun tentang letaknya Haikal itu sendiri, tidak terdapat dalil yang menunjukkan tempat didirikan bangunan itu.
Beberapa sumber menyebutkan bahawa bangunan itu terletak diluar perkarangan Masjidil Aqsa sementara yang lain menyebutkan bahawa tempatnya adalah dibawa Kubah Kuning.
Sementara itu, orang-orang Yahudi dan Nasrani yakin bahawa tempat Haikal Sulaiman berada di Puncak al Haikal atau al Haram asy Syarif atau berada di bawah Baitul Maqdis.
Sebab itulah orang-orang Yahudi sejak beberapa tahun terakhir ini berusaha merobohkan Masjidil Aqsa untuk mencari Haikal Sulaiman dibawahnya. (ar.wikipedia.org)
Akan tetapi itu semua hanyalah rekaan yang dicari-cari oleh orang-oang Yahudi semata-mata untuk menghancurkan al-Quds dengan mengatakan bahawa mereka akan mengembalikan Haikal Sulaiman kepangkuan mereka.
Sebagaimana disebutkan didalam pelbagai sejarah kota Jurusalem, yang
sebenarnya Haikal tersebut sudah dihancurkan sehingga tidak berbekas
ketika serangan dilakukan oleh Pasukan Rom di bawah pimpinan Titus pada
tahun 70 M sehingga akhirnya Jurusalem berjaya dibebaskan oleh kaum
muslimin pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 15 H
/ 636 M.
Orang-orang Yahudi sekarang sedang sibuk mencari Tabut yang mereka anggap sebagai mu’jizat orang-orang Yahudi dan kiblat mereka yang hilang. Mereka meyakini apabila Tabut itu berjaya ditemui maka keagungan dan kejayaan mereka akan kembali dan dapat menguasai dunia.
Dalam melihat Tabut yang diyakini masih ada dan terus dicari oleh Yahudi, kita boleh menyimpulkan tiga perkara;
Pertama, Teologi Kebencian. Kewujudan Tabut di Masjid Al-Aqsa adalah rekaan mereka untuk menguasai Jurusalem. Dengan meyakini bahawa Tabut tersimpan dalam kedudukan Al-Aqsa, mereka terus bergerak mencari Tabut hingga menggerudi dasar masjid yang pernah menjadi kiblat umat muslim. Kehancuran Masjid Al-Aqsa akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka yang memang menaruh kebencian kepada kaum muslimin.
Orang-orang Yahudi sekarang sedang sibuk mencari Tabut yang mereka anggap sebagai mu’jizat orang-orang Yahudi dan kiblat mereka yang hilang. Mereka meyakini apabila Tabut itu berjaya ditemui maka keagungan dan kejayaan mereka akan kembali dan dapat menguasai dunia.
Dalam melihat Tabut yang diyakini masih ada dan terus dicari oleh Yahudi, kita boleh menyimpulkan tiga perkara;
Pertama, Teologi Kebencian. Kewujudan Tabut di Masjid Al-Aqsa adalah rekaan mereka untuk menguasai Jurusalem. Dengan meyakini bahawa Tabut tersimpan dalam kedudukan Al-Aqsa, mereka terus bergerak mencari Tabut hingga menggerudi dasar masjid yang pernah menjadi kiblat umat muslim. Kehancuran Masjid Al-Aqsa akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka yang memang menaruh kebencian kepada kaum muslimin.
Faktor kedua. Motivasi paganistik-kabbalah yang mempercayai
kesaktian Tabut. Mereka yang menemui Tabut dipercayai akan mendapat
kekuatan mistik yang akan meresap ke dalam tubuh dan jiwa mereka.
Ketiga, faktor teologi-politik. Selama ini kaum zionis, masih menganggap bahawa Tabut adalah kurniaan atau mu’jizat yang diberikan Tuhan kepada orang-orang Yahudi. Mereka meyakini apabila Tabut berjaya ditemui maka keagungan dan kejayaan mereka akan kembali dan dapat menguasai dunia lagi.
Namun, sekalipun Tabut masih ada dan Yahudi berjaya menemuinya, dengan akal waras kita mampu berfikir: Tidak mungkin Allah SWT memberikan rahmat dan mukjizat kepada bangsa yang terus membunuh nabi-nabi-Nya dan ingkar terhadap ajaran-Nya.
Ketiga, faktor teologi-politik. Selama ini kaum zionis, masih menganggap bahawa Tabut adalah kurniaan atau mu’jizat yang diberikan Tuhan kepada orang-orang Yahudi. Mereka meyakini apabila Tabut berjaya ditemui maka keagungan dan kejayaan mereka akan kembali dan dapat menguasai dunia lagi.
Namun, sekalipun Tabut masih ada dan Yahudi berjaya menemuinya, dengan akal waras kita mampu berfikir: Tidak mungkin Allah SWT memberikan rahmat dan mukjizat kepada bangsa yang terus membunuh nabi-nabi-Nya dan ingkar terhadap ajaran-Nya.
Tidak ada komentar
Posting Komentar