Bagaimana Anak Orang Kafir yang Meninggal Sebelum Baligh
Tulisan ini hampir sama dengan tulisan yang sebelum diposting. Ulama berselisih pendapat tentang status mereka (anak orang kafir) di akhirat. Al-Hafidz Ibnul Qoyim dalam bukunya Thariqul menyebutkan delapan pendapat ulama dalam masalah ini. Demikian pula disebutkan Al-Hafidz Ibnu Hajar. Pendapat yang mendekati paling benar ada dua pendapat:
Pertama, mereka diuji di hari kiamat. Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Al-Aswad bin Sari’ radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Pada hari kiamat akan didatangkan orang yang tuli, tidak bisa mendengar sama sekali, orang yang dungu, orang yang pikun, dan orang yang hidup di masa tidak ada dakwah nabi. Orang yang tuli beralasan, ‘Ya Allah, Islam datang sementara aku tidak mendengar apapun’. Orang yang dungu beralasan, ‘Ya Allah, Islam datang, sementara anak-anak kecil melempariku dengan kotoran (mempermainkan aku)’. Orang yang pikun beralasan, ‘Ya Allah, Islam datang sementara aku tidak bisa memahami apapun’. Orang yang hidup di masa tidak ada dakwah nabi beralasan, ‘Ya Allah, belum pernah ada rasul yang diutus untuk kami’. Kemudian Allah mengadakan perjanjian dengan mereka yakni mereka harus menaati perintah Allah. Kemudian Allah perintahkan kepada mereka agar masuk ke dalam neraka.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan, “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, andaikan mereka mau masuk neraka, pasti api neraka itu langsung dingin dan tidak membahayakan.” (HR. Ahmad dan Thabrani. Ibnul Qoyim menyatakan sanadnya sahih bersambung, dan dishahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah, no. 1434).
Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa (di antara orang-orang tersbut) yang memasuki neraka, maka neraka akan menjadi dingin dan tidak membahayakan. Namun siapa yang enggan masuk, maka akan dilemparkan ke neraka.” (HR. Ahmad, Ibnu Abi ‘Ashim, Al-Baihaqi, dan dishahihkan Al-Albani)
Kedua, mereka semua di surga. Berdasarkan hadis, kisah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bermimpi diajak seseorang melakukan perjalanan dan melihat beberapa hal ghaib yang Allah tunjukkan. Salah satunya, beliau melihat ada seseorang yang dikelilingi banyak anak kecil. Kemudian beliau bertanya tentang orang itu, dan dijawab,
“Orang tua di bawah pohon adalah Ibrahim. Sedangkan anak-anak kecil yang ada di sekitarnya adalah anak-anak umat manusia (yang mati sebelum baligh).”
Yang dimaksud “anak-anak umat manusia” mencakup anak-anak kaum muslimin dan anak orang kafir yang mati sebelum baligh. Karena mereka semua belum mendapatkan beban syariat. Allah berfirman:
“Kami tidak akan menyiksa (hamba) sampai Kami mengutus seorang rasul.” (QS. Al-Isra’: 15)
Intinya, karena mereka belum baligh. Karena itu, pendapat yang kuat, mereka di surga.
Penjelasan di atas adalah hukum yang berlaku di akhirat. Ketentuan ini berbeda dengan hukum di dunia. Hukum di dunia untuk keturunan orang kafir yang mati sebelum baligh, mengikuti status bapaknya. Seperti tidak boleh dishalati, cara pemakamannya mengikuti ritual agama mereka, dan dimakamkan di kompleks pemakaman orang kafir. Dengan demikian, anak orang kafir yang mati sebelum baligh memiliki hukum tersendiri ketika di dunia yang berbeda dengan statusnya ketika di akhirat.(sumber)
Wa Allahu a’lam
Disadur dari penjelasan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Ar-Rajihi
Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
Pertama, mereka diuji di hari kiamat. Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Al-Aswad bin Sari’ radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يكون يوم القيامة رجل أصم لا يسمع شيئاً، ورجل أحمق، ورجل هرم ورجل مات في فترة فأما الأصم فيقول: رب لقد جاء الإسلام وما أسمع شيئاً، وأما الأحمق فيقول:رب لقد جاء الإسلام والصبيان يحذفونني بالبعر، وأما الهرم فيقول:رب لقد جاء الإسلام وما أعقل شيئاً، وأما الذي مات في الفترة فيقول:رب ما أتاني لك رسول، فيأخذ مواثيقهم ليطيعنه، فيرسل إليهم أن ادخلوا النار، قال:فوالذي نفس محمد بيده لو دخلوها لكانت عليهم برداً وسلاماً
“Pada hari kiamat akan didatangkan orang yang tuli, tidak bisa mendengar sama sekali, orang yang dungu, orang yang pikun, dan orang yang hidup di masa tidak ada dakwah nabi. Orang yang tuli beralasan, ‘Ya Allah, Islam datang sementara aku tidak mendengar apapun’. Orang yang dungu beralasan, ‘Ya Allah, Islam datang, sementara anak-anak kecil melempariku dengan kotoran (mempermainkan aku)’. Orang yang pikun beralasan, ‘Ya Allah, Islam datang sementara aku tidak bisa memahami apapun’. Orang yang hidup di masa tidak ada dakwah nabi beralasan, ‘Ya Allah, belum pernah ada rasul yang diutus untuk kami’. Kemudian Allah mengadakan perjanjian dengan mereka yakni mereka harus menaati perintah Allah. Kemudian Allah perintahkan kepada mereka agar masuk ke dalam neraka.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan, “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, andaikan mereka mau masuk neraka, pasti api neraka itu langsung dingin dan tidak membahayakan.” (HR. Ahmad dan Thabrani. Ibnul Qoyim menyatakan sanadnya sahih bersambung, dan dishahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah, no. 1434).
Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فمن دخلها كانت عليه برداً وسلاماً، ومن لم يدخلها سحب إليها
“Siapa (di antara orang-orang tersbut) yang memasuki neraka, maka neraka akan menjadi dingin dan tidak membahayakan. Namun siapa yang enggan masuk, maka akan dilemparkan ke neraka.” (HR. Ahmad, Ibnu Abi ‘Ashim, Al-Baihaqi, dan dishahihkan Al-Albani)
Kedua, mereka semua di surga. Berdasarkan hadis, kisah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bermimpi diajak seseorang melakukan perjalanan dan melihat beberapa hal ghaib yang Allah tunjukkan. Salah satunya, beliau melihat ada seseorang yang dikelilingi banyak anak kecil. Kemudian beliau bertanya tentang orang itu, dan dijawab,
وَالشَّيْخُ فِى أَصْلِ الشَّجَرَةِ إِبْرَاهِيمُ - عَلَيْهِ السَّلاَمُ - وَالصِّبْيَانُ حَوْلَهُ فَأَوْلاَدُ النَّاسِ
“Orang tua di bawah pohon adalah Ibrahim. Sedangkan anak-anak kecil yang ada di sekitarnya adalah anak-anak umat manusia (yang mati sebelum baligh).”
Yang dimaksud “anak-anak umat manusia” mencakup anak-anak kaum muslimin dan anak orang kafir yang mati sebelum baligh. Karena mereka semua belum mendapatkan beban syariat. Allah berfirman:
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا
“Kami tidak akan menyiksa (hamba) sampai Kami mengutus seorang rasul.” (QS. Al-Isra’: 15)
Intinya, karena mereka belum baligh. Karena itu, pendapat yang kuat, mereka di surga.
Penjelasan di atas adalah hukum yang berlaku di akhirat. Ketentuan ini berbeda dengan hukum di dunia. Hukum di dunia untuk keturunan orang kafir yang mati sebelum baligh, mengikuti status bapaknya. Seperti tidak boleh dishalati, cara pemakamannya mengikuti ritual agama mereka, dan dimakamkan di kompleks pemakaman orang kafir. Dengan demikian, anak orang kafir yang mati sebelum baligh memiliki hukum tersendiri ketika di dunia yang berbeda dengan statusnya ketika di akhirat.(sumber)
Wa Allahu a’lam
Disadur dari penjelasan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Ar-Rajihi
Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
Post a Comment