Bagaimana Memahami Yesus Sebagai Firman dan Apakah Yesus Itu Sebagai Firman Yang Mendaging?
Saudara Kristen selalu memahami firman
sehingga Yesus dianggap Firman yang mendaging. Tentu kita harus
membedakan apa itu firman dan apa itu daging. Firman adalah petunjuk,
yang bisa dipindahkan dari satu pikiran orang kepada pikiran orang lain.
Dan petunjuk ini biasanya dituangkan dalam tulisan. Sebelum orang
mengenal tulisan biasanya petunjuk dituangkan dalam hafalan yang mana
orang yang paling hafal mentransfer ke orang lain lewat suatu
penceritaan.
Semua nabi dari Adam hingga nabi Muhammad
boleh dibilang orang-orang yang hafal akan firman Tuhan, jadi jika
saudara Kristen menganggap Yesus sebagai firman yang mendaging tentu
keliru. Jika pahamnya demikian, berarti Adam, Ibrahim, Musa , Muhammad
dan lainnya juga bisa dikatakan firman yang mendaging.
Jika Yesus dianggap firman yang
mendaging, maka dari kecil sampai usia 30 tahun seharusnya tidak ada
kata-kata yang terucap selain firman Tuhan. Tetapi ini adalah hal yang
mustahil. Selama 30 tahun kehadirannya di dunia, pasti Yesus
bercakap-cakap dengan orang-orang disekitarnya dimana konteksnya bukan
sedang menyampaikan Firman!. Misalnya : Yesus sebagai seorang anak
mengajak anak-anak lainnya bermain, Yesus sebagai anak kecil yang
meminta ibunya agar dibuatkan sesuatu,Yesus sebagai seorang pemuda
meminta ijin ibunya untuk mencari kayu bakar, layaknya seorang manusia
bercakap-cakap dengan manusia lain membicarakan hidup sehari-hari dan
lain-lain, tentu itu konteksnya bukan Yesus sedang menyampaikan Firman
Tuhan!.
Pemahaman terdekat Saudara Kristen yang
menganggap Yesus sebagai firman yang mendaging adalah karena Yesus lahir
dari seorang perawan dimana Yesus dianggap sebagai penjelmaan Tuhan
(Roh Tuhan), dimana Kristen mempunyai dogma bahwa Firman itulah Tuhan
dan sesuatu tercipta oleh firman.
Apakah benar Yesus lahir dari seorang perawan?. Untuk mengetahuinya anda harus membaca artikelnya (Klik Disini)
Pemahaman ini merupakan pemahaman
terdekat dengan Filsafat Helenisme (Plato), ataupun Yahudi sendiri. Jadi
Firman menciptakan firman, dimana yang perlu digarisbawahi adalah bahwa
dalam pemahaman Helenisme (Plato) dan (Yahudi), Firman (Tuhan)
menciptakan firman (Makhluk) dengan tingkat berbeda. Dimana Tuhan
sebagai Firman (God) memiliki kedudukan lebih tinggi terhadap firman
(god).
Jauh sebelum Yesus lahir para pemikir
filsafat semisal Plato, Philo dll berusaha mencari jalan untuk memahami
hubungan antara Tuhan dan Manusia. Para pemikir sadar bahwa Tuhan itu
tidak dapat di gambarkan dan diketahui jati diri-NYA. Dalam artian Tuhan
itu misterius dan menciptakan dengan cara misterius pula.
Salah satu cara Tuhan dalam menciptakan sesuatu hanya dapat dimengerti oleh kalimat sebagai berikut: Dalam Kejadian 1:3 Allah berfirman : “Jadilah terang, maka terang pun jadi”. Dalam Al-Quran juga dikenal kalimat Kun Fayakun yang berarti :”Jadilah, maka terjadi”. Seperti dalam ayat berikut :… Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia. (QS 3:47)
Kalau kita perhatikan ayat Kejadian dan
Al-Quran diatas, penciptaan terhadap sesuatu tercipta dengan Kalimat
Allah. Kalimat Allah inilah yang kita ketahui sebagai Firman. Tetapi
bagaimana untuk memahami Firman?. Untuk memahami firman kita bisa membaca di ayat Yesaya sebagai berikut :
Demikianlah
firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku
dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan
akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya. (Yesaya 55:11)???
Untuk memahami ayat diatas anda bisa
menganalogikan firman sebagai suara yang keluar dari mulut anda. Ketika
suara itu keluar dari mulut anda maka suara itu didengar oleh orang
lain. Jadi ketika anda berhenti bicara, suara anda sudah berdiri sendiri
menjadi sesuatu yang bebas. Suara bukan anda dan bukan orang lain yang
mendengar suara dari anda. Tetapi dalam paham ke-Tuhan-an, meski suara
sudah bebas ia tetap milik Allah yang bisa melakukan sesuatu atas
kehendak Allah. Karena suara Allah punya kekuatan. Seorang raja
memerintah juga dengan suara, yang mana terkadang suara itu dituliskan.
Jadi Firman adalah sesuatu yang diciptakan oleh Allah. Hal ini dapat kita pahami dari ayat Amsal 8:22 “TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala”.
Ayat diatas menerangkan bahwa permulaan
berasal dari tidak ada. Menjadi ada karena diciptakan oleh Allah.
Seperti Adam dan Hawa yang merupakan manusia pertama. Tetapi ada yang
berpendapat bahwa kata menciptakan dalam Amsal 8:22 seharusnya diartikan
“memiliki” seperti dalam Amsal 4:5 yang mana akar katanya sama-sama
dari akar kata “qanah”. Tetapi meski ini dipahami “memiliki” apa lalu
firman itu adalah Allah?. Coba anda lihat lagi pemahaman ayat Yesaya
55:1 diatas tentang suara. Suara awalnya memang milik kita karena
kitalah yang bicara pertama. Tetapi ketika kita sudah berhenti bicara,
suara itu menjadi barang bebas yang didengar oleh orang lain.
Tuhan memerintah alam semesta dengan
Firman. Firman dianggap sebagai penghubung antara Allah yang tidak
tampak dengan kehidupan manusia yang materiil. Dan firman dalam
menghubungkan antara 2 alam yang beda sering memakai perantara, misalnya
para nabi atau para malaikat. Para nabi dan malaikat dianggap sebagai
pembawa firman yang menghubungkan antara alam Allah dengan Alam manusia.
Karena lewat keduanyalah Allah sering bercakap-cakap dengan manusia.
Bagaimana jika ada yang berkata bahwa
Firman adalah Allah?. Saudara-saudara Kristen mengatakan Firman adalah
Allah. Hal ini bisa kita lihat dalam pembukaan ayat Yohanes sebagai
berikut :
Pada mulanya adalah Firman ; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. “In the beginning was the Word, and the Word was with “God,” and the Word was “God”.
Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana ayat diatas dipahami?. Bagaimana memahami Firman sebagai Allah?.
Jika ayat diatas dipahami secara apa
adanya dapat disimpulkan bahwa Firman adalah Allah dan segala sesuatu
terjadi karena Firman. Boleh dibilang semua yang tampak maupun yang
tidak tampak adalah Firman, berarti semuanya adalah Tuhan. Itulah
mengapa dalam pemahaman Hindu juga ditemukan bahwa segala sesuatu adalah
Tuhan. Tetapi seperti halnya konsep Dewa-dewa ada Dewa yang paling
kuasa dan ada Dewa yang menjadi Bawahan. Filsafat ini merupakan filsafat
kuno yang juga menjadi pemahaman filsafat bagi orang Yunani kuno dan
orang-orang yang sepaham dengan mereka. Bahwa pada mulanya ada Dewa yang
paling kuasa, kemudian Dewa yang paling kuasa ini menciptakan Para Dewa
bawahan.
Itulah mengapa dalam Kitab Perjanjian
Lama (Taurat) begitu kental dengan istilah Anak Tuhan. Anak Tuhan
sebagai tuhan kecil (t kecil). T-uhan dan t-uhan jelas memiliki
pengertian berbeda layaknya “God” dan “a god”. God adalah Tuhan itu
sendiri yang Maha Pencipta sedangkan “a god” adalah sifat ketuhanan atau
religiusitas yang ada pada diri seseorang. Saksi Yehowa juga memaknai
Yohanes 1:1 dimana kata “Word” sebagai “a god” (The Word was a god).
Jadi dalam konsep Perjanjian Lama Tuhan
berbeda dengan Firman. Layaknya dalam Islam, dalam Taurat Firman masih
dipandang sebagai sesuatu yang dibuat oleh Tuhan tetapi bukan Tuhan.
Lalu mengapa Yohanes bisa menuliskan ayat Yohanes 1:1 dimana Firman
sebagai Allah?. Yang perlu dicermati adalah apakah ayat diatas ada
kesalahan penulisan kata, ataukah salah di pemahaman kalimat?.
Kesalahan ini kemungkinan terjadi sejak
Bible diterjemahkan dalam bahasa Barat. Kita mengetahui bahwa dalam tata
bahasa barat mengenal huruf kecil dan huruf besar. Sedangkan dalam
bahasa Yahudi atau Arab tidak mengenal huruf kecil dan besar. Sehingga
ketika kata “Word” disandingkan dengan kata “God” bisa membuat salah
pengatian. Dimana Hal ini jelas membuat pengertian yang berbeda antara
“God” dan “god”. Coba perhatikan ayat
diatas, ada dua kata God disana. Keduanya berhuruf G semua. Dalam kaidah
Yunani seharusnya yang pertama huruf besar “G” dan yang kedua huruf
kecil “g”. Mengapa?. kata God dalam “And the word was with God” adalah HO-THEOS yang berarti THE GOD. Sedangkan kata god pada kalimat “and the word was with god” adalah Ton-theos yang berarti a god(sifat ketuhanan).
Jadi dalam kalimat akhir “Firman adalah
Tuhan” atau “The Word was God” seharusnya tidak diterjemahkan seperti
itu. Dalam bahasa Yunani God = theos, mengindikasikan sebagai Bapa. Hal
ini juga digunakan untuk menunjuk Tuhan Palsu (2 Korintus 4:4) ,
Tuhan-tuhan lain (1 Korintus 8:5), Orang-orang suci (Yohanes 10:34-35).
Jadi akan menjadi suatu kebingungan bagaimana kita tahu kata theos itu
mengacu ke siapa, apakah Bapa, Tuhan Palsu, Tuhan-tuhan lain atau
manusia suci!. Sehingga Yohanes 1:1 seharusnya diterjemahkan sebagai
berikut.
In the beginning was the Word, and the Word was with “the theos,” and the Word was “theos.” kata yang sama sebagai “In the beginning was the Word, and the Word was with “God,” and the Word was “a god.”
Kata “logos/Word” merupakan inspirasi Tuhan, kehendak tuhan, maksud
Tuhan, seperti dalam ROMA1:19-Karena apa yang dapat mereka ketahui
tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada
mereka. 1:20-Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu
kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran
dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat
berdalih.
Itulah mengapa Bapa Gereja Saint Agustine memandang bahwa ayat Yohanes 1:1
“ Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan
Firman itu adalah Allah” terdapat kesalahan penulisan yang fatal.
Seharusnya ayat itu berbunyi sebagai berikut : “Pada mulanya adalah
Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah
(DARI) Allah”.
Jika kita memperhatikan ayat diatas jelas
sekali bagaimana Allah menampakkan kuasanya yang tak bisa dipahami
manusia kedalam sebuah ciptaan untuk menunjukkan kuasanya. Bahwa Tuhan
mampu dan kuasa menciptakan segala sesuatu yang irasional. Jika Firman
dikaji sebagai Allah sendiri dimana Allah adalah Yesus hal itu sangatlah
tidak mungkin. Coba perhatikan surat Amsal berikut :
8:22 TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala.
8:29 ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi,
8:30
aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi
kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya;
Mari kita perhatikan, bahwa dalam Amsal
8:22 Tuhan memulai perkataan dengan Menciptakan. Tuhan telah menciptakan
aku. Sehingga apabila Yesus dan bapa adalah satu pun harus dipahami
sebagai kesatuan antara Tuhan dan ciptaan Tuhan.
Untuk memahami hubungan antara Tuhan dengan ciptaan-NYA (word-logos) kita bisa memahami dari beberapa ayat dibawah ini :
KEJADIAN 39:2 Tetapi
TUHAN menyertai Yusuf (Word-logos), sehingga ia menjadi seorang yang
selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya,
orang Mesir itu.
KELUARAN 19:17 Lalu Musa (Word-logos) membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai ALLAH dan berdirilah mereka pada kaki gunung.
Contoh yang paling nyata adalah ayat
dalam “Wisdom of Solomon” yang dianggap Apokrifa dan ditolak oleh
Kristen Modern dimana mengatakan sebagai berikut : Oh Tuhan dari ayahku
dan Raja belas kasih yang telah membuat segala sesuatu dengan Firman ““O God of my fathers and Lord of mercy who hast made all things by thy word (logos)…”.
Dari keterangan ini dapat dipahami
bagaimana Yesus diposisikan sebagai Firman. Yesus sebagai personifikasi
dari kehendak Tuhan. Dalam Kolose 1:15
Dikatakan bahwa Yesus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang
sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan. Juga dalam Yohanes 14:9…….Barangsiapa
telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa;….. Hal ini sama saja ketika
Allah menggambarkan kehendaknya pada Yusuf dan Musa seperti ayat diatas.
Lihatlah ayat dibawah ini dimana pada ayat-ayat ini memiliki kata “pada mulanya/permulaan/awal” yang maknanya hampir sama :
Jika kita perhatikan masing-masing
penulis menggunakan kata “pada mulanya/permulaan/awal” dengan konteks
yang berbeda-beda. Dalam konteks Yohanes 1:1 kata “pada mulanya” dipakai
sebagai konteks bahwa alam semsesta dibentuk dengan Firman Tuhan. Jadi
pada mulanya adalah Tuhan, Tuhan ingin membuat alam semesta, Tuhan dalam
membuat alam semesta menggunakan Firman, apa Firman itu?. Firman
sebagai Hasrat Tuhan, Keinginan, Ide, Gagasan dan sejenisnya.
Post a Comment