Serangan Udara ke Suriah oleh Israel, Netanyahu Bicara Demi Keamanan Zionis


Dalam pidato publiknya hari Ahad (5/5/2013) Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak menyinggung sama sekali tentang serangan udara yang dilancarkan pasukan negaranya ke Suriah dalam beberapa hari terakhir.

“(Ayah saya) mengajarkan bahwa tanggungjawab terbesar kita adalah memastikan keamanan Israel dan menjamin masa depannya,” kata Netanyahu, saat meresmikan jalan raya yang diberi nama seperti nama ayahnya, Benzion Netanyahu, seorang sejarawan yang meninggal tahun lalu.

Pidato dalam peresmian itu merupakan pidato pertama Netanyahu di depan publik, sejak Israel pada hari Sabtu kemarin mengumumkan secara resmi bahwa serangan udara pertama hari Jumat ke Suriah dilancarkan untuk membalas serangan misil Hizbullah, militan bersenjata Syiah asal Libanon yang ikut perang si Suriah membantu rezim Bashar al-Assad.

Sebuah sumber intelijen Barat mengatakan, Israel melakukan serangan udara kedua pada hari Ahad dini hari, yang juga mengenai misil-misil dari Iran yang akan diberikan ke Hizbullah. (dikutip dari Reuters).


Rusia dan Chinan Prihatin Serangan Israel terhadap Suriah

Rusia pada Senin menyuarakan keprihatinan atas serangan udara Israel terhadap sasaran di Suriah. Moskow menyebut serangan itu mengancam meningkatkan ketegangan di negara tetangga.

"Kami memperhatikan dan mengulas semua keadaan, khususnya di sekitar laporan tentang serangan udara Israel pada 3 dan 5 Mei," kata pernyataan Kementerian Luar Negeri.

"Ekalasi kemelut bersenjata itu meningkatkan ancaman penciptaan pusat ketegangan di Lebanon serta Suriah dan juga menggoyahkan keadaan yang relatif tenang di wilayah Perbatasan Israel-Lebanon itu," kata pernyataan itu.

Israel belum secara resmi memastikan menyerang sasaran di Suriah, termasuk menggempur peluru kendali permukaan-ke-udara. Menurut satu sumber rudal Suriah itu diyakini pemberian Rusia, sekutu lama pemerintah Assad

Perdana Menteri Isael Benjamin Netanyahu menyatakan, Israel berhak mempertahankan keamanan setiap saat.

Kementerian luar negeri Rusia juga mendesak Barat tidak memolitisasi laporan penggunaan senjata kimia di Suriah, yang disebut-sebut dilakukan kedua pihak bertikai, militer dan oposisi.

"Kami selalu mendesak penghentian politisasi topik sangat berbahaya itu yang berpotensi menimbulkan kebencian terhadap Suriah," kata pernyataan kementerian tersebut.

Rusia dan China juga telah mengikuti langkah Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dalam mengutarakan keprihatinan mengenai apa yang dikatakan para pejabat intelijen serangan udara Israel hari Minggu terhadap sarana militer di luar ibukota Suriah.

Kementerian luar negeri China mengatakan hari Senin (6/5) pihaknya menentang penggunaan kekuatan militer, dan mengulangi seruannya bahwa kedaulatan negara dihormati. Rusia mengutarakan keprihatinan konflik di Suriah dapat menyebar.

Ban juga meminta kepada semua pihak agar bertindak dengan bertanggung-jawab demi mencegah meruncingnya konflik di Suriah yang menurutnya sudah gawat dan sangat berbahaya.

Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry hari Senin berangkat ke Rusia, dimana ia akan membicarakan keadaan di Suriah dengan Presiden Vladimir Putin.

Sumber-sumber intelijen yang tidak disebut namanya  di Timur Tengah mengatakan Israel  menyerang peluru kendali Fatah-110 yang sangat akurat itu yang dikirim dari Iran dan disimpan di gudang di bandara internasional Damaskus yang dimaksudkan bagi kelompok militan Hezbollah yang berbasis di Lebanon itu untuk digunakan terhadap Israel.

Anggota parlemen Israel Tzachi Hanegbi, yang dekat dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, tidak mengukuhkan Israel berada di balik serangan udara itu, tetapi mengatakan hari Senin jika memang ada kegiatan Israel, serangan tersebut ditujukan terhadap Hezbollah dan bukan Suriah. 


Iran Tuding AS Dukung Serangan Israel atas Suriah

Teheran - Otoritas Iran ikut mengecam serangan udara Israel ke wilayah Suriah. Iran menyatakan, serangan ini justru akan menghancurkan negara Yahudi tersebut.

"Serangan yang dilakukan oleh rezim Zionis ini akan memperpendek umur rezim palsu itu," tegas Menteri Pertahanan Iran, Jenderal Ahmad Vahidi seperti dilansir Asia One, Senin (6/5/2013).

Lebih lanjut, Iran menuding Amerika Serikat (AS) juga berada di balik serangan ini. "Serangan yang dilakukan dengan persetujuan AS ini, mengungkap hubungan antara teroris bayaran dan tuannya, rezim Zionis," imbuh Ahmad Vahidi.

Dalam kesempatan terpisah, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Ramin Mehmanparast juga mengecam serangan udara Israel yang dilancarkan pada Jumat (3/5) dan Minggu (5/5) kemarin.

"Iran mengecam serangan rezim Zionis dan menyarankan negara-negara lainnya untuk melawan agresi semacam itu," ujar Mehmanparast kepada kantor berita Fars.

Selama ini, Iran memang menjadi sekutu pemerintahan Suriah, yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad. Beberapa waktu lalu, Iran juga mengkritik Turki, Qatar dan Arab Saudi yang disebutnya mendukung kelompok pemberontak Suriah yang berniat menjatuhkan rezim Assad.

Serangan udara yang dilancarkan Israel pada Minggu (5/5) dini hari ini, merupakan serangan kedua Israel ke Suriah selama beberapa hari terakhir. Pada Jumat (3/5) lalu, Israel juga melancarkan serangan udara yang sama ke wilayah Suriah.

Diduga kuat, Israel menargetkan rombongan pembawa roket buatan Iran yang dicurigai akan dikirimkan kepada kelompok Hizbullah di Libanon. Israel selalu menegaskan niatnya untuk mencegah roket Iran jatuh ke tangan kelompok militan, terutama Hizbullah.


Serangan Udara Israel Tewaskan Puluhan Tentara Suriah

Serangan udara Israel pada hari Ahad kemarin (5/5/2013) di Suriah melanda beberapa fasilitas militer penting dekat Damaskus serta menewaskan puluhan tentara elit yang ditempatkan dekat istana presiden, seorang pejabat militer tinggi Suriah mengatakan kepada New York Times pada hari Senin ini (6/5/2013).

Seorang dokter di Rumah Sakit militer Tishreen Suriah mengatakan setidaknya ada 100 tentara Suriah yang tewas dan lusinan lainnya mengalami cedera, menurut laporan New York Times.

Sementara itu, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi pada hari Senin ini mengatakan bahwa serangan Israel terhadap sasaran militer Suriah pada akhir pekan telah menewaskan sedikitnya 15 tentara dan puluhan lainnya yang masih belum ditemukan.

“Setidaknya 15 tentara tewas, dan puluhan lainnya hilang setelah serangan di dekat Damaskus pada hari Ahad dini hari,” kata kepala Observatorium Rami Abdel Rahman kepada kantor berita AFP.

“Ketiga situs yang menjadi target serangan biasanya memiliki sekitar 150 tentara di dalamnya, tapi tidak jelas apakah mereka semua ada di lokasi pada saat serangan terjadi.”

Suriah mengatakan pada hari Ahad kemarin bahwa Israel telah menargetkan tiga lokasi militer di dekat Damaskus, di mana sumber diplomatik di Beirut mengatakan serangan terjadi terhadap fasilitas militer, depot senjata dan unit anti-pesawat Suriah.



Namun Tak Lupa Pula kekejaman Suriah Terhadap Rakyat Tak Berdosa 



Angkatan Udara Suriah menyerang warga sipil, seperti diperingatkan oleh kelompok pegiat hak asasi manusia. Human Rights Watch mengatakan mereka mendatangi 52 lokasi di Suriah barat dan mendokumentasikan 59 serangan.

HRW mencatat ada dua macam serangan yang diperkirakan menewaskan ribuan orang dan merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional. Mereka mengritik Rusia dan Cina karena memblokir sanksi PBB terhadap Damaskus.

Di antara Oktober 2011 dan Juli 2012 mereka memveto tiga proposal resolusi Dewan Keamanan PBB terhadap pemerintah Suriah, seperti dilansir dari BBC, Kamis (11/04/2013).

HRW mengatakan tindakan yang dilakukan PBB, seperti menjatuhkan saksi, embargo senjata dan menginformasikan situasi yang terjadi pada Mahkamah Internasional sangat diperlukan.

Mereka mengatakan tindakan melanggar hukum pemerintah Suriah adalah penyebab tewasnya 70.000 orang dalam konflik tersebut.

Dalam laporan berjudul Death from the Skies, HRW mengatakan bahwa sejak Juli 2012 serangan udara oleh jet-jet tempur dan helikopter Suriah telah dilakukan di sejumlah kota dan wilayah di bawah kendali pasukan oposisi.

HRW mendatangi lokasi-lokasi yang dikuasai oposisi di Aleppo, Idlib dan Latakia di barat negara itu antara Agustus dan Desember dan berbicara dengan sejumlah saksi serta korban serangan, bersama empat pembelot dari Angkatan Udara Suriah. HRW juga menyaksikan serangan itu secara langsung.

Mereka menemukan bukti bahwa pemerintah menyerang toko-toko roti dan warga sipil yang mengantre untuk membeli roti serta banyak rumah sakit. Terdapat bukti kuat bahwa bangunan-bangunan itu memang sengaja dijadikan sasaran. 


Lebih 70.000 orang telah tewas dalam konflik Suriah sejak konflik itu mulai terjadi bulan Maret 2011. 

Tidak ada komentar