Freemason, Yahudi dan JIL

Freemason adalah satu aliran yang mengedepankan moralitas tanpa peran agama. Humanisme menjadi cita-cita tertinggi kelompok freemason dalam memasarkan ide-idenya dengan tujuan merusak semua agama termasuk Islam. Jargon-jargon humanisme, pluralisme seolah-olah bagus dan memikat, seperti persaudaraan umat manusia, kemanusiaan universal, kecintaan terhadap perikemanusiaan, persamaan, kasih sayang, toleransi, perdamaian, dan lain sebagainya. Penganut aliran freemason menghendaki tidak adanya intervensi atas kehendak manusia dalam bersikap dan berperilaku, termasuk negara, bahkan Tuhan sekalipun.

Kelompok Freemason dan Jaringan Islam Liberal (JIL) sama-sama didalangi oleh zionis yang memiliki agenda besar untuk mempersatukan semua manusia dibawah bendera Yahudi Raya. Cara kerja zionis Internasional dengan merekrut orang-orang lokal membentuk jaringan kerja, mulai dari aktivis kampung hingga para birokrat dan petinggi negeri. Jaringan ini bekerja di berbagai sektor kehidupan: pendidikan, perekonomian, birokrasi, politik, dan sosial kemasyarakatan.
Penganut freemason

Pemahaman yang kuat terhadap agenda zionis Yahudi, karakter, gerak-gerik dan perilakunya, dipastikan akan menanam kebencian atau minimal tidak ikut menyukseskan agenda besar mereka. Namun mengapa beberapa saudara muslim kita bisa terjerumus ke dalam lingkaran zionis Yahudi?

Ada beberapa sebab yang melatarbelakangi seseorang menjadi penganut freemason atau anggota JIL di Indonesia: Pertama, adanya pergulatan pikiran hebat yang terjadi dalam diri seseorang yang cenderung terlalu berpikir kritis terhadap fenomena di sekelilingnya. Pada diri orang ini terjadi sebuah proses dialektika antara keberadaan diri, Tuhan dan agama (Islam). Sayangnya orang ini tidak menemukan jawaban di dalam akidah Islam yang lurus. Salah satu penyebab karena pengetahuan dan pemahaman yang lemah tentang Islam.

Hal ini bisa disebabkan oleh intensitas interaksi dengan Alquran dan hadis yang masih kurang. Orang ini belum memahami Islam secara kaffah (menyeluruh). Ia hanya memahami ayat Alquran dan hadis sepotong-potong atau sepenggal-penggal dalam bagian-bagian yang terpisah, yang kemudian dikritisi dengan menggunakan akal pikirannya sendiri. Kehausan ilmu yang ditandai dengan pergulatan pikiran ini dimanfaatkan oleh pengikut setia zionis Yahudi.

Sejak 2001 freemason memang giat mengintai orang-orang muda usia 20-40 tahun. Mereka umumnya para mahasiswa, organisatoris, kolomnis, jurnalis, pengajar dan peneliti. Tujuannya adalah menyebarkan gagasan liberal seluas-luasnya. Ketangguhan dalam berdiskusi dan berpikir kritis dimanfaatkan JIL untuk mengonstruksi dasar-dasar pemikiran baru atau diistilahkan dengan cuci otak.

Dalam perjalanan waktu, seolah-olah orang ini telah menemukan jawaban atas kedahagaannya, padahal ia telah membuat ketimpangan besar antara ilmu dan akal pikiran. Penganut freemason sangat mengagungkan akal pikiran, mereka lupa bahwa di balik akal pikiran manusia punya hawa nafsu dan keterbatasan;

Kedua, pendidikan. Gerakan JIL ini sangat gencar melakukan sekulerisasi terhadap ilmu melalui lembaga-lembaga pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan, terutama di negara-negara mayoritas penduduk Islam. Di Indoneisa, misalnya, lembaga pendidikan maupun organisasi yang berbau agama menjadi sasaran utama kelompok freemason ini. Sejumlah dalil dan ayat-ayat Alquran ditafsirkan secara bebas sesuai dengan keinginan dengan mengatasnamakan hak azasi manusia (HAM), demokrasi dan keadilan;

Ketiga, pengaruh teman dan lingkungan pergaulan. Orang-orang yang terbuka, suka berdiskusi dan mengkaji sesuatu secara mendalam tanpa disertai pondasi ilmu dan akidah yang kuat sangat mudah dipengaruhi. Orang ini kerap menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya dari teman dan lingkungan pergaulannya. Persis seperti kata pepatah, berteman dengan penjual minyak wangi akan terbawa harumnya, berteman dengan pandai besi akan merasakan panasnya;

Keempat, kebutuhan finansial, fasilitas dan jaringan secara nasional maupun international yang dianggapnya hebat dan memberi pengaruh bagi kehidupannya. Orang yang telah terlibat dalam jaringan JIL cenderung sulit melepaskan diri, karena mereka telah diikat oleh sponsor keuangan dan fasilitas-fasilitas kehidupan. Teman-teman mereka berasal dari jaringan yang sangat luas baik secara nasional maupun internasional.

Mereka siap melindungi dan terus merekonstruksi pemikirannya (cuci otak) melalui diskusi-diskusi, forum ilmiah, media cetak maupun elektronik yang digelar secara intens, dan; Kelima, keinginan untuk terkenal. Tidak jarang pengikut gerakan JIL dan kelompok freemason awalnya hanya bertujuan untuk membuat sensasi publik saja. Dengan begitu dirinya akan cepat dikenal umum.  
 Agar tak terjerumus
Setidaknya ada beberapa hal yang harus kita lakukan untuk menghindari diri dan keluarga kita agar tak terjerumus ke dalam jaringan kelompok laknatullah ini: Pertama, Kenalkan terlebih dahulu anak dan keluarga dengan Allah dan Rasulnya sebelum ia mengenal dunia. Kenal yang dimaksud adalah kenal dengan sebenar-benarnya kenal.

Kedua, kaji dan dalami ilmu pengetahuan apapun secara ikhlas terlebih dalam memahami Al-Quran dan Hadist. Sebenarnya semua jawaban atas kehidupan ini ada dalam Al-Quran dan Hadist, hanya saja manusia perlu mengkajinya secara ikhlas. Ikhlas berarti berbuat sesuatu hanya dilatarbelakangi niat karena Allah dan diperuntukkan sebagai ibadah kepada Allah. Orang yang ikhlas akan terbebas dari budak nafsu dan keinginan pribadi dalam menginterpretasi sesuatu terlebih ayat-ayat Al-Quran dan sunnah. Seorang ilmuan yang ikhlas dipastikan tidak akan terjerumus dalam JIL dan menjadi pengikut aliran freemason.

Ketiga, pilih-pilih teman dan pergaulan. Pilih-pilih di sini diartikan sebagai waspada. Semua orang bisa dijadikan teman namun tidak semua teman bisa menjadi sahabat. Memutuskan pertemanan dan persahabatan dengan orang-orang dalam lingkungan JIL dan aliran freemason merupakan salah satu cara dalam menolong orang yang sudah terlanjur masuk dalam lingkaran JIL. Kemudian orang tersebut perlu mendapat lingkungan dan teman dari orang-orang yang berakidah lurus.

Pembinaan ini bertujuan untuk membantu meluruskan kembali jalan pikirannya yang telah dikontruksi oleh gerakan JIL dan kelompok freemason. Namun demikian hal utama adalah adanya motivasi dari dalam diri sendiri untuk berubah. Ahli Psikologi dan agama dapat menolong orang tersebut untuk bangun dari alam bawah sadarnya. Sertakan pula istri dan keluarga, karena dibalik seorang suami ada pengaruh seorang istri, dan sebaliknya.

Keempat, boikot produk Yahudi. Rencana besar Yahudi didukung oleh perekonomian yang mapan. Boikot produk-produk Yahudi yang memberi keuntungan untuk menyukseskan agenda besarnya, dan; Kelima, Aktivis dakwah Islam jangan eksklusif. Risalah dakwah perlu disosialisasikan pada semua orang, tidak hanya pada sesama muslim dalam kelompok sendiri. Aktivis dakwah Islam jangan sampai kalah start dengan kelompok di luar Islam. Harus berani dan gencar melakukan promosi dan rekruitmen kepada semua lapisan masyarakat apalagi pejabat dan politisi pemegang kebijakan.(Hafnidar Hasbi)

Tidak ada komentar

Posting Komentar