Syrik Dan Azab Allah
مَنْ لَقِيَ اللهَ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ
“Barangsiapa menemui Alloh dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada-Nya sedikitpun, pasti masuk surga. Sedangkan barangsiapa menemui-Nya dalam keadaan berbuat sesuatu kesyirikan kepada-Nya, pasti masuk neraka.” (HR. Muslim)
Kesyirikan telah menyebar dimana-dimana bagaikan jamur di musim hujan, mulai dari desa sampai ke kota. Kesyirikan merebak di sekitar kita dengan macam dan sampul yang berbeda. Namun hakikatnya adalah satu, yaitu mempersekutukan Allah dalam ibadah, dan rububiyah-Nya. Mulai dari praktek ngalap (mencari) berkah dari pohon, benda-benda “bertuah”, keris, mencari rejeki dari jin di Gunung Lawu, mendatangi dukun (seperti, Ponari), penampakan makhluk halus, menggunakan jimat atau rajah-rajah, percaya kepada tathoyyur (primbon), praktek horoskop (ramal nasib), pengajaran ilmu kekebalan atau kebatinan, istighotsah akbar (meminta pertolongan di kala susah) kepada Syaikh Abdul Qadir Jailaniy, sembelih hewan untuk Nyi Roro Kidul, lempar sesajen ke lautan, potong sapi untuk mayit di kala kematian, dan sederet bentuk kesyirikan lainnya.
Tragisnya lagi, kesyirikan-kesyirikan seperti ini semakin laris dan tersebar di kalangan orang-orang jahil di kalangan kaum muslimin, akibat bantuan perusahaan pertelevisian dan media massa lainnya demi meraup dan menjarah keutamaan sebesar-besarnya, walapun harus merusak aqidah dan iman umat. Semua ini akan dipertanggungjawabkan oleh para pemilik perusahaan tersebut jika mereka tak segera bertaubat kepada Allah -Azza wa Jalla-. Demi Allah, merusak AQIDAH dan IMAN orang bukanlah perkara ringan; mereka harus pertanggungjawabkan di Padang Mahsyar.
Tragisnya lagi, kesyirikan-kesyirikan seperti ini semakin laris dan tersebar di kalangan orang-orang jahil di kalangan kaum muslimin, akibat bantuan perusahaan pertelevisian dan media massa lainnya demi meraup dan menjarah keutamaan sebesar-besarnya, walapun harus merusak aqidah dan iman umat. Semua ini akan dipertanggungjawabkan oleh para pemilik perusahaan tersebut jika mereka tak segera bertaubat kepada Allah -Azza wa Jalla-. Demi Allah, merusak AQIDAH dan IMAN orang bukanlah perkara ringan; mereka harus pertanggungjawabkan di Padang Mahsyar.
Orang yang mempersekutukan Allah dengan makhluk dalam hal beribadah, dengan artian selain ia beribadah –seperti, berdoa, dan meminta- kepada Allah Allah, maka si musyrik juga beribadah kepada selain Allah. Jika ia tetap musyrik, lalu ia mati di atas syirik, maka dosa syiriknya tak akan diampuni oleh Allah Swt.
Allah berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”. (QS. An-Nisaa’: 116).
Ahli Tafsir Negeri Yaman, Muhammad bin Ali Asy-Syaukaniy-rahimahullah- berkata Fathul Qodir (1/717), “Tak ada khilaf di antara kaum muslimin bahwa seorang yang berbuat syirik, jika ia mati di atas kesyirikan, maka ia bukanlah termasuk orang berhak mendapatkan ampunan yang Allah anugrahkan kepada orang yang tidak berbuat syirik sebagaimana yang dituntut oleh kehendak-Nya”.
Ayat ini menunjukkan betapa besarnya dosa syirik ini, hingga Allah -Ta’ala- tidak mau mengampuninya. Padahal Allah -Ta’ala- memiliki ampunan yang sangat luas, rahmat dan kasih sayang yang paling sempurna; amat mencintai hamba-hamba-Nya, melebihi cintanya seorang hamba kepada dirinya sendir!! Sekalipun demikian, Allah -Ta’ala- tidak akan mengampuni dosa pelaku kesyirikan. Kenapa? Karena mereka telah berbuat zholim kepada Allah. Mereka tinggal di bumi Allah, mereka makan dari rizki Allah; mereka hidup dengan nikmat-nikmat Allah; Semua fasilitas-fasilitas yang mereka butuhkan, semua itu datangnya dari sisi Allah. Namun mereka tidak mau beribadah hanya kepada Allah -Ta’ala- semata. Mereka justru beribadah, bersyukur dan meminta kepada makhluk yang tidak memiliki menciptakan apapun, walaupun hanya seekor lalat.
Fenomena syirik yang merebak di sekitar kita, memaksa dan mengharuskan kita untuk takut kepada kesyirikan dengan segala bentuknya. Apalagi terkadang syirik dipoles dengan teknologi, dilindungi oleh sebagian orang-orang yang lahiriahnya “baik” dengan dalih “budaya”. Memang budaya, tapi budaya syirik yang diharamkan dalam agama Islam!! Bahkan di sebagian tempat, kesyirikan dilariskan oleh para kiyai pesantren sehingga masyarakat banyak yang tertipu. Sebab mereka menganggap bahwa jika suatu perbuatan dilakukan oleh sang kiyai, maka tak mungkin salah. Padahal tidaklah demikian halnya; Sang kiyai bukan nabi yang ma’shum (terjaga) dari kesalahan dan kekeliruan. Sangkaan mereka terhadap sang kiyai ini adalah perangkap setan.
Tersebarnya syubhat, dan perangkap-perangkap setan di sekeliling kita dalam usaha menyesatkan kita dari tauhidullah (mengesakan Allah) adalah suatu perkara yang membuat kita perlu super hati-hati dalam menjaga tauhid kita; kita harus takut jangan sampai TAUHID kita hilang, berganti SYIRIK. Oleh karena itu, Ibrahim pernah berdo’a kepada Allah -Azza wa Jalla- agar diselamatkan dari menyembah dan mengibadahi selain-Nya,
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri Ini (Makkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah Aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala”. (QS. Ibrahim : 35).
Al-Qodhi Sulaiman bin Abdillah At-Tamimiy-rahimahullah- berkata, “Ibrahim takut kepada kesyirikan dan beliau berdo’a kepada Allah agar beliau dan anak cucunya diselamatkan dari beribadah kepada berhala. Jika Ibrahim saja memohon agar ia dan anak cucunya dijauhkan dari menyembah BERHALA (yaitu, segala sesuatu yang disembah dari selain Allah), maka bagaimana kira-kira persangkaanmu dengan orang selain beliau? Sebagaimana kata Ibrahim At-Taimi, “Siapakah yang merasa lebih aman dari bala’ (yakni, syirik) daripada Ibrahim?” [HR. Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim]. Ini mengharuskan hati yang hidup untuk takut kepada kesyirikan. Bukan seperti yang dikatakan sebagian orang-orang jahil bahwa syirik tak akan terjadi pada umat ini. Karenanya mereka merasa aman dari syirik. Akhirnya, mereka pun terjerumus ke dalam syirik”. [Lihat Taisir Al-Aziz Al-Hamid (hal. 92), tahqiq Muhammad Aiman Asy-Syabrowiy, cet. Alam Al-Kutub, 1419 H]
Betapa celakanya jika ada orang yang diharamkan untuk merasakan kenikmatan dan keindahan surga. Itulah pelaku kesyirikan; Allah haramkan surga bagi mereka sebagai adzab (siksa) yang paling menghinakan disebabkan ke-syirik-an mereka. Allah berfirman,
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah akan mengharamkan baginya surga dan tempat kembalinya ialah neraka tidalah ada bagi orang-orang yang dholim itu seorang penolong pun”. (QS.Al-Maidah :72 ).
Al-Allamah Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah-rahimahullah- berkata dalam Al-Jawab Al-Kafiy (hal.89), “Tatkala kesyirikan kepada Allah meniadakan maksud (penciptaan) ini, maka syirik menjadi dosa besar yang paling besar secara mutlak. Allah telah mengharamkan surga bagi setiap pelaku syirik; Dia halalkan darah, harta, dan keluarganya bagi orang yang bertauhid; Allah halalkan orang bertauhid menjadikan mereka sebagai budaknya, karena mereka tidak melaksanakan tugas peribadahan kepada Allah. Allah –Subhanahu- enggan untuk menerima amalan seorang yang berbuat syirik; enggan menerima syafa’at atau menerima do’a mereka di akhirat; enggan menerima ma’af mereka”.
Allah -Ta’ala- telah menghikayatkan di dalam Al-Qur’an tentang orang-orang yang diharamkan untuk merasakan kenikmatan di dalam surga
“Dan penduduk neraka memanggil penduduk surga, tuangkanlah air kepada kami atau dari apa-apa yang Allah telah rezkikan kepada kalian. Penduduk surga berkata: “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya bagi orang-orang yang kafir” .((QS.Al-A’raf :50 ).
Mengingat sedemikian gawatnya masalah syirik, maka kita berharap mudah-mudahan Allah berkenan melindungi kita dari perbuatan syirik, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan mematikan kita di atas tauhid.
SYIRIK inilah yang pernah ditakutkan oleh Nabi kita, Muhammad -Shollallahu ‘alaihi wasallam- menimpa umatnya. Beliau khawatir jika umatnya tertimpa syirik kecil, bagaimana lagi jika yang menimpa mereka adalah syirik besar yang merupakan kekafiran, bisa mengeluarkan manusia dari Islam. Karenanya, beliau -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ, قَالُوْا: وَمَا الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ يَا رَسُوْلَ اللهِ, قَالَ: الرِّيَاءُ, يَقُوْلُ اللهُ -عَزَّ وَجَلَّ- لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جَزَى النَّاسَ بِأَعْمَالِهِمْ: اِذْهَبُوْا إِلَى الَّذِيْنَ كُنْتُمْ تُرَاؤُوْنَ فِي الدُّنْيَا, فَانْظُرُوْا هَلْ تَجِدُوْنَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً
“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas diri kalian adalah syirik ashghor (kecil)”. Mereka (Para sahabat) berkata, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Riya’ (ingin diperhatikan saat beramal). Allah -Azza wa Jalla- berfirman di hari kiamat saat Allah memberikan balasan kepada manusia berdasarkan amalan-amalan mereka, “Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian berbuat riya’ (di depannya) ketika di dunia; perhatikanlah, apakah kalian mendapatkan pada mereka balasan”. [HR. Ahmad (5/428-429). Di-hasan-kan oleh Al-Arna'uth dalam Takhrij Al-Musnad (no. 23680, 23681, & 23686)]
Jika syirik kecil saja dikhawatirkan oleh Nabi -Sholllallahu alaihi wa sallam- berupa riya’ (beribadah karena mencari perhatian), maka tentunya syirik besar lebih beliau takutkan, seperti berdoa kepada penghuni kubur atau kepada jin. Karenanya beliau bersabda,
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَدْعُوْ مِنْ دُوْنِ اللهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ
“Barangsiapa yang meninggal, sedang ia menyeru (berdoa) kepada sembahan selain Allah, maka ia akan masuk neraka ”. [HR. Al-Bukhoriy (4227)]
Berdo’a kepada selain Allah, memohon kesembuhan dan berkah kepada selain Allah merupakan syirik besar yang banyak menimpa manusia di zaman ini. Lihatlah segerombol manusia yang mendatangi Dukun Cilik, PONARI. Mereka semua datang meminta kesembuhan dari PONARI dari segala macam penyakit; seakan-akan PONARI adalah tuhan selain Allah yang dapat menyembuhkan segala penyakit. Ketahuilah, hanya Allah yang menyembuhkan semua penyakit, bukan makhluk. Karenanya, mintalah dan harap kesembuhan itu dari Allah -Azza wa Jalla-. Janganlah kalian meminta dan mengharap kesembuhan dan berkah dari Ponari !! Sebab itu adalah kesyirikan yang terlarang dalam agama kita !!! Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan syrik, maka ia akan masuk neraka dalam keadaan kekal di dalamnya. Na’udzu billahi min dzalik.
Nabi -Sholllallahu alaihi wa sallam- bersabda,
مَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan berbuat syirik (mempersekutukan Allah) dengan sesuatu apapun, maka ia akan masuk neraka”. [HR. Al-Bukhoriy (1181)]
Inilah kondisi orang yang musyrik yang mempersekutukan Allah -Ta’ala- dengan makhluk-Nya; ia tak akan masuk surga, bahkan masuk neraka!!
Seorang ulama Syafi’iyyah , Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolaniy -rahimahullah- berkata saat mengomentari hadits di atas, “Sesungguhnya orang-orang yang tidak bertauhid (alias musyrik) tidak akan masuk surga”. [Lihat Fathul Bari (3/111)]
Wahai Pembaca yang budiman, hindarilah dan waspadailah syirik karena ia adalah penyebab yang menjerumuskan kalian ke dalam neraka.
Jabir -radhiyallahu ‘anhu- berkata, “Ada seorang laki-laki yang pernah datang kepada Nabi -Sholllallahu alaihi wa sallam- seraya berkata, “Wahai Rasulullah, apakah dua penyebab itu (yakni, penyebab masuk surga, dan penyebab masuk neraka)?” Beliau bersabda,
مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئاً دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئاً دَخَلَ النَّارَ
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka ia akan masuk surga; barangsiapa yang meninggal dalam dalam keadaan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka ia akan masuk neraka”. [HR. Muslim (93)]
Hadits ini adalah ancaman yang amat keras bagi orang-orang yang melakukan kesyirikan; ia diancam dengan neraka, dan akan masuk surga lagi. Kita memohon kepada Allah sebagaimana doa Ibrahim, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri Ini (Makkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah Aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala”.
Post a Comment