Kewajiban Dakwah Wajib Bagi Setiap Muslim

Tahukah Anda Jika Dakwah Bukan Cuma Tanggung-Jawab Ustadz, Tapi Wajib Bagi Setiap Muslim?

Kecintaan mereka pun tampak begitu mencuat di dalam dakwah. Banyak sekali sahabat yang meninggalkan kampung halaman, meninggalkan keluarga,  meninggalkan tanah,  rumah,  harta, l alu mengembara ke negeri nun jauh untuk melaksanakan kewajiban.

Menyebarkan Islam yang mulia ini. Tak jarang kita temui makam sahabat di berbagai pelosok negeri seperti Afrika, Malaysia, Brunai, China, Thailand, Philipin, India,spanyol, maroko, rusia, dan juga tanah air.


MEREKA RELA MENINGGALKAN KAMPUNG HALAMAN, MENINGGALKAN TANAH KELAHIRAN, MENINGGALKAN KELUARGA, MENINGGALKAN RUMAH, TANAH, HARTA, MERANTAU DAN BERKORBAN TENAGA, PIKIRAN, WAKTU, HARTA, JIWA, RAGA DAN BAHKAN NYAWA SERTA RELA DIKUBUR DI PERANTAUAN DEMI  AL-ISLAM.

Bagaimana dengan kita?walaupun tidak dengan dakwah langsung dengan tulisan bisa bukankah Firman Allah dan Perkataan nabi Muhammad s.a. w dikalamkan dalam al-quran dan as-sunnah..

Qs.3:20 … Apakah kamu (mau) masuk Islam?". Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, MAKA KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
Qs.42:48 ...Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan
Qs.16:82 ...Kewajiban yang dibebankan atasmu hanyalah menyampaikan
QS.3: 20 ...Apakah kamu mau masuk Islam?
QS.3: 20 ....Kewajibanmu hanyalah menyampaikan
Qs.8: 38 Katakanlah pada orang-orang kafir itu…...
Qs.5: 92 ......Kami, hanya menyampaikan dengan terang
Qs.64: 12  .....Kami hanya menyampaikan dgn terang
Qs.16:125 Serulah pada jalan Tuhan-mu dgn hikmah dan ajaran baik

Sampaikan Ilmu Dariku Walau Satu Ayat

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

بَÙ„ِّغُوا عَÙ†ِّÙ‰ ÙˆَÙ„َÙˆْ آيَØ©ً

“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)
 

Poin kandungan hadits :

Pertama hukumnya fardhu kifayah

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menyampaikan perkara agama dari beliau, karena Allah subhanahu wa ta’ala telah menjadikan agama ini sebagai satu-satunya agama bagi manusia dan jin (yang artinya), “Pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu dan telah kusempurnakan bagimu nikmat-Ku dan telah aku ridhai Islam sebagai agama bagimu” (QS. Al Maidah : 3). Tentang sabda beliau, “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat”, Al Ma’afi An Nahrawani mengatakan, “Hal ini agar setiap orang yang mendengar suatu perkara dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersegera untuk menyampaikannya, meskipun hanya sedikit. Tujuannya agar nukilan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dapat segera tersambung dan tersampaikan seluruhnya.” Hal ini sebagaimana sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Hendaklah yang hadir menyampaikan pada yang tidak hadir”. Bentuk perintah dalam hadits ini menunjukkan hukum fardhu kifayah.

Kedua Tabligh / Dakwah

Tabligh, atau menyampaikan ilmu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terbagi dalam dua bentuk :

- Menyampaikan dalil dari Al Qur’an atau sebagiannya dan dari as-Sunnah, baik sunnah yang berupa perkataan (qauliyah), perbuatan (amaliyah), maupun persetujuan (taqririyah), dan segala hal yang terkait dengan sifat dan akhlak mulia Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Cara penyampaian seperti ini membutuhkan hafalan yang bagus dan mantap. Juga cara dakwah seperti ini haruslah disampaikan dari orang yang jelas Islamnya, baligh (dewasa) dan memiliki sikap adalah (sholeh, tidak sering melakukan dosa besar, menjauhi dosa kecil dan menjauhi hal-hal yang mengurangi  muru’ah).

- Menyampaikan secara makna dan pemahaman terhadap nash-nash yang ada. Orang yang menyampaikan ilmu seperti ini butuh capabilitas dan legalitas tersendiri yang diperoleh dari banyak menggali ilmu dan bisa pula dengan mendapatkan persaksian dari para ulama. Hal ini dikarenakan memahami nash-nash membutuhkan ilmu-ilmu lainnya, di antaranya bahasa, ilmu nahwu (tata bahasa Arab), ilmu-ilmu ushul, musthalah, dan membutuhkan penelaahan terhadap perkataan-perkataan ahli ilmu, mengetahui ikhtilaf (perbedaan) maupun kesepakatan yang terjadi di kalangan mereka, hingga ia mengetahui mana pendapat yang paling mendekati dalil dalam suatu masalah khilafiyah. Dengan bekal-bekal ilmu tersebut akhirnya ia tidak terjerumus menganut pendapat paham yang ‘nyeleneh’.

Ketiga :

Sebagian orang yang mengaku sebagai da’i, pemberi wejangan, dan pengisi ta’lim, padahal nyatanya ia tidak memiliki pemahaman (ilmu mumpuni) dalam agama, berdalil dengan hadits “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat”. Mereka beranggapan bahwasanya tidak dibutuhkan ilmu yang banyak untuk berdakwah (asalkan hafal ayat atau hadits, boleh menyampaikannya). Bahkan mereka berkata bahwasanya barangsiapa yang memiliki satu ayat maka ia telah disebut sebagai pendakwah, dengan dalil hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tersebut. Menurut mereka, tentu yang memiliki hafalan lebih banyak dari satu ayat atau satu hadits lebih layak jadi pendakwah.

Pernyataan di atas jelas keliru dan termasuk pengelabuan yang tidak samar bagi orang yang dianugerahi ilmu oleh Allah. Hadits di atas tidaklah menunjukkan apa yang mereka maksudkan, melainkan di dalamnya justru terdapat perintah untuk menyampaikan ilmu dengan pemahaman yang baik, meskipun ia hanya mendapatkan satu hadits saja. Apabila seorang pendakwah hanya memiliki hafalan ilmu yang mantap, maka ia hanya boleh menyampaikan sekadar hafalan yang ia dengar. Adapun apabila ia termasuk ahlul hifzh wal fahm (punya hafalan ilmu dan pemahaman yang bagus), ia dapat menyampaikan dalil yang ia hafal dan pemahaman ilmu yang ia miliki. Demikianlah sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Terkadang orang yang disampaikan ilmu itu lebih paham dari yang mendengar secara langsung. Dan kadang pula orang yang membawa ilmu bukanlah orang yang faqih (bagus dalam pemahaman)”. Bagaimana seseorang bisa mengira bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan orang yang tidak paham agama untuk mengajarkan berdasarkan pemahaman yang ia buat asal-asalan (padahal ia hanya sekedar hafal dan tidak paham, ed)? Semoga Allah melindungi kita dari kerusakan semacam ini.
Diterjemahkan dari : “Ta’liqat ‘ala Arba’ina Haditsan fi Manhajis Salaf” Syaikh Ali bin Yahya Al Haddadi  (http://haddady.com/ra_page_views.php?id=299&page=24&main=7)


Alangkah kokohnya Islam jika Setiap muslim menunaikan kewajiban menyampaikan kebenaran Islam, hidup dalam ukhuwah serta saling ingat mengingati dalam kebenaran dan kesabaran. QS.103 Al ‘Ashr: 3 ... dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. 

Mereka rela berkorban harta, tenaga, jiwa, raga dan bahkan nyawa serta rela mati dan dimakamkan di negeri perantauan demi tegaknya Islam di seluruh penjuru dunia. Tak jarang kita dapati makam para sahabat dan para tabi’in tersebar di Afrika, Eropa, China, Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand, Myanmar, Singapur, India dan penjuru dunia lainnya. Sama sekali mereka tidak meminta bayaran, tidak pula memungut sumbangan dalam menyampaikan kebenaran Islam. Alangkah indahnya jika semua ustadz,  kyai dan haji berdakwah seperti ini.

Apa yang dilakukan sahabat ini tidak lain ialah ajaran al-Qur’an yang melarang para sahabat (dan juga kita) untuk mengambil upah dalam menyampaikan kebenaran Islam ke seluruh penjuru dunia.


MARI PERERAT UKHUWAH : 1 ALLAH, 1 QUR’AN, 1 KIBLAT, 1 ISLAM, 1 HATI

HENDAKLAH MENYERU DENGAN HIKMAH DAN CARA BAIK DISERTAI BUKTI SEPERTI PARA NABI MENYERU SELALU DISERTAI BUKTI.

Sebelum kita lanjutkan, kami bahas dulu sedikit tujuan tulisan ini :

☑ Sama-sama bercermin d terapkan iman para sahabat di diri kita
☑ Meniru cara Rasulullah Muhammad SAW membina Sahabat
☑ Agar kita jadi sempurna imannya / minimal meningkat tajam
☑ Agar kita berkorban pikiran, tenaga, harta, jiwa, raga bagi Islam
☑ Agar sisa hidup digunakan untuk mengabdi penuh pada Allah
☑ Agar kewajiban dakwah setiap individu muslim kembali hidup
☑ Meniru cara Rasulullah Muhammad SAW menyampaikan Islam
☑ Penerapan kaffah al-Quran Hadits di keseharian, minimal niat
☑ Kebangkitan Islam dari timur


HANYA SESAL ASA TAK TERHINGGA GIGIT JARI MENGELUS DADA BUANG TENAGA BUANG MASA DAN TAK DAPAT TERURAI OLEH KATA-KATA

MANA TANDA CINTA, PENGORBANAN, SYUKUR DAN TERIMA KASIH KITA PADA ISLAM?

Shalat adalah untuk kita, bukan untuk Islam
Sedekah pun adalah untuk kita, bukan untuk Islam
Zakat adalah untuk kita, bukan untuk Islam
Puasa adalah untuk kita, bukan untuk Islam
Amal baik adalah untuk kita, bukan untuk Islam
Haji adalah untuk kita, bukan untuk Islam

MANA TANDA CINTA, PENGORBANAN, SYUKUR DAN TERIMA KASIH KITA PADA ISLAM?

Tidak ada komentar