Bakrie Brothers Disadap Hacker Dari Perancis?

Kantor berita Reuters menyampaikan kabar yang cukup mengejutkan: Telepon dan email Grup Bakrie disadap. Seperti  saya kutip dari detik, Juru bicara grup Bakrie Christofer Fong mengatakan jaringan komunikasi dan percakapan para petinggi grup Bakrie disadap oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Menurut sumber di kepolisian, pelaku penyadap berasal dari benua Eropa.

“Kami memperoleh fakta adanya perbuatan curang yang dilakukan secara melawan hukum oleh pihak-pihak tertentu dengan cara melakukan hacking terhadap email manajemen dalam lingkungan Grup Bakrie untuk mencuri data termasuk melakukan penyadapan telepon,” kata Senior Vice President Bakrie Group, Christopher Fong.

Setahu saya penyadapan jalur komunikasi hanya legal jika dilakukan untuk keperluan penyelidikan kasus, itupun harus melewati proses perijinan dan birokrasi yang tidak sembarangan. Jadi oknum yang berani menyadap Grup Bakrie jelas bukan orang sembarangan; baik dalam arti kemampuan juga dukungan yang berada di belakang aksinya.

Saya sendiri menduga motif penyadapan ini (jika bukan untuk penyelidikan kasus) antaral dua:
1. dilakukan oleh orang yang bergerak di bidang bisnis media (jual info ke kantor berita); atau 
2.  dilakukan oleh saingan bisnis dari grup Bakrie.

Penyadapan untuk kepentingan bisnis media massa sebetulnya sering terjadi. Saya pernah ingat film ‘Paparazzi’ dimana kisahnya adalah tentang seorang public figure yang diumbar rahasianya (bahkan difitnah) melalui trik-trik canggih seperti kamera tersembunyi dan penyadapan telepon.

Hal tersebut tidak sepenuhnya fiktif. Dalam arti, praktik penyadapan yang dilakukan oleh jurnalis nakal memang sungguh-sungguh terjadi. News of the World (NOW) pernah melakukannya. Kantor berita milik konglomerat media, Rupert Murdoch ini akhirnya ditutup karena ketahuan menjalankan aksi kotor (ilegal) untuk mengoleksi informasi. Murdoch sendiri akhirnya diusir keluar dari tanah Inggris.

Sementara brutalnya aksi penyadapan dan spionase antar korporasi juga pernah saya saksikan lewat film ‘Duplicity’. Dalam film yang dibintangi Julia Roberts dan Clive Owen ini saya jadi paham bahwa dalam persaingan bisnis, sebuah perusahaan bisa diibaratkan sebagai sebuah negara di era perang dingin. Kalau di film tersebut, digambarkan trik penyadapannya sampai pada tahap: semua lembar dokumen yang difotocopy bisa langsung terkirim ke perusahaan saingan secara otomatis.Dilihat dari teknologinya ternyata sangat mungkin untuk dilakukan, cukup sederhana dan tidak secanggih alat-alat kepunyaan James Bond. Apalagi jika hanya menyadap telepon dan email Grup Bakrie. Dengan beberapa baris code, hacker bisa mengintip inbox email atau mungkin langsung mengirim data percakapan yang terjadi. Toh, teknologi seperti keylogger dan malware sudah bisa dijumpai di komputer milik siapa saja.

Grup Bakrie sendiri mencurigai penyadapan ini dilakukan oleh saingan bisnis mereka.

“Beberapa nama yang kami curigai juga sudah kami serahkan kepada pihak kepolisian,” tambah Christopher.

Sementara menurut kabar dari kepolisian, dilihat dari jejak yang ditinggalkan tampaknya pelaku penyadapan berasal dari benua Eropa, tepatnya Negara Perancis. Seorang hacker ternama dari Perancis dicurigai sebagai pelakunya.

Jadi kira-kira siapa yang membayar hacker tersebut untuk menyadap Bakrie? Jangan-jangan otak di belakang aksi penyadapan ini adalah Rothschild yang akhir-akhir ini terus berusaha merebut perusahaan tambang milik Bakrie, sebab rasanya dialah orang yang punya motif dan kemampuan untuk membuat Bakrie disadap.

Tidak ada komentar